Baixar aplicativo
16.66% Suddenly Married With Stranger / Chapter 53: Dan Kamu Marah Sama Aku?

Capítulo 53: Dan Kamu Marah Sama Aku?

Kedai Es Krim

Suasana meja tempat keduanya duduk sepi, saat Vian kembali memojokkan Aliysia yang kembali menampilkan ekspresi gelisah, entah karena apa dan itu membuat Vian memiliki pemikiran yang tidak-tidak.

Aku tidak ingin berharap, sebab masa depanmu jauh lebih penting dan juga perjalananmu masih sangat panjang, aku tidak ingin menjadi penghalang bagimu, Liysa, batinnya nyeri di tengah keterdiaman Aliysia.

Ya, Aliysia memang terdiam dengan apa yang ditanyakan Vian yang saat ini semakin menatapnya serius.

Pertanyaan yang sebenarnya ia pun tidak tahu apa alasannya, kenapa bisa sampai kesal dengan si paman hanya karena kedatangan si mantan dan juga teman-teman kampus yang bertanya tentang Vian.

Aliysia tahu seharusnya ia tidak perlu sekesal itu, ketika ada wanita lain mencari masalah dengan Vian atau juga saat teman di kampus bertanya tentang siapa si paman. Ia hanya perlu membiarkan dan juga menjawab pertanyaan mereka dengan jawaban seadanya.

Ia hanya perlu mengatakan kalau Vian kenalan biasa dan tidak perlu diperpanjang. Bukankah seperti itu, seharusnya begitu 'kan?

Namun sayang tidak bisa, Aliysia tidak bisa mengatakan atau membiarkannya begitu saja. Ada sebagian hati yang tidak menerima, tidak menyukai kenyataan yang harus diterimanya.

"Liysa, kamu mau diam saja atau menjelaskannya? Aku tidak akan memaksamu, jika kamu tidak ingin menjawabnya."

Ucapan dari Vian menarik kembali Aliysia ke alam sadar, ketika ia sibuk melamunkan apa jawaban yang harus diberikannya.

Akan sangat tidak adil jika ia tidak menjawab pertanyaan, sedangkan Vian sudah menjelaskan dengan hati-hati pertanyaan darinya.

"Maaf -

"Bukan maaf yang mau aku dengar darimu, Liysa," sahut Vian menyela ucapan Aliysia dengan lugas, menatap serius kepada si bocah yang diam dan semakin merasa bersalah, karena ketidakjelasan sikap yang ditunjukannya selama dua minggu ini.

Kembali keduanya sama-sama terdiam, ketika Aliysia sendiri dibuat menghembuskan napas perlahan dan kini mencoba kembali menjelaskan.

"Vian."

"Hn?"

"Vian dengarkan aku. Aku.... Jujur aku sama sekali tidak tahu apa yang aku rasakan saat itu. Aku tidak suka dengan wanita itu, aku marah dengannya, aku tidak habis pikir dengannya. Bagaimana dia bisa dengan sengaja mencoba merendahkan kamu di tempat umum seperti itu," ujar Aliyisa dengan sengaja mengantung kalimat, ingin melihat bagaimana reaksi Vian ketika ia menjelaskan apa yang dirasakan sesungguhnya.

Vian hanya diam sempat tertegun, meski tetap menatap dengan makna belum puas. Seakan tahu jika Aliysia belum menjelaskan semuanya, menjawab dengan jelas apa yang ditanyakan olehnya.

"Bukankah dia hanya perlu melewati meja kita begitu saja, tidak perlu mencari masalah seperti kemarin. Lalu, kalau mau menyapa, ya silakan sapa. Tidak perlu mencari masalah seperti itu. Iya 'kan?" lanjut Aliysia menggebu, mengeluarkan segala kekesalan yang tidak bisa ia tunjukan ketika malam kejadian berlangsung.

Ekspresinya tampak alami, sama sekali tidak dibuat-buat dan Vian yang melihatnya entah harus tertawa atau menggeleng kepala.

Aneh sekali, kesal dengan mantannya, yang didiami dirinya. Sungguh gagal paham dengan wanita, kenapa harus dibuat ribet disaat bisa katakan dengan terang-terangan.

"Itu haknya, Liysa. Kita hanya perlu mengabaikan, maka akan selesai dan tidak perlu diperpanjang," jawab Vian dengan nada tenang, berusaha untuk tidak kembali speechless dengan kelakuan si bocah.

Namun, Aliysia yang merasa tidak suka tetap protes. Padahal, belum tentu semua laki-laki mau begitu saja di permalukan seperti oleh wanita, apalagi mantan yang pernah memiliki hubungan dengannya. "Tapi aku tidak suka, Vian," timpalnya cepat.

"Itu juga hak kamu, Liysa."

Ukh, kenapa dia santai sekali bicaranya, menyebalkan, batin Aliysia.

"Ck! Aku tetap tidak suka saat ada orang lain seperti itu kepadamu."

"Okay, aku mengerti. Jadi kamu tidak suka, maka itu kamu tidak menegur aku dua minggu ini?" tanya Vian, menyimpulkan apa yang terjadi dengan tebakan seenaknya.

"Isk! Vian. Sudah aku bilang, itu semua karena kamu duluan yang tidak segera menjelaskan tentang siapa wanita itu, ketika kita sampai di apartemen," jawab Aliysia kembali menjelaskan.

Vian mengangguk-anggukan kepala, entah maksudnya apa. "Baik untuk yang ini dan kamu juga sudah dapat penjelasan dariku 'kan. Kenapa aku tidak segera menegurmu saat itu, heum?"

Saat ini giliran Aliysia yang mengangguk, mengiyakan apa yang dikatakan Vian karena ia sudah mendengar sendiri alasannya. "Um," gumamnya singkat.

"Lalu, kalau dengan temanmu bagaimana?" tanya Vian kembali membuat Aliysia yang seketika itu juga terdiam. "Aku masih menunggu penjelasan antara hubungan teman dan aku yang dikasih wajah masam?" lanjutnya, kali ini dengan tangan bersedekap dan menatap lurus.

"Ukh.... Sabar, ini aku jelaskan."

"Hn."

Vian hanya bergumam, kembali diam dan menunggu jawaban. Sedangkan Aliysia kembali mencoba menjelaskan apa yang aku rasakan dengan kata-kata, saat ia sendiri tidak yakin dengan apa yang saat ini dirasakannya.

"Saat kamu menjemputku, ketika aku kembali ke aula setelah kita selesai bicara. Banyak temanku yang bertanya mengenai siapa kamu kepadaku."

Aliysia mencoba mengingat lagi awal mula dirinya bisa sebal dengan si paman. Sampai-sampai ia menampilkan raut wajah tidak sedap dua minggu lalu, ditambah dengan kedatangan si mantan yang semakin membuatnya sebal.

"Hmm?"

"Mereka bertanya di hampir tiap hari aku berlatih. Disetiap waktu bertemu denganku, siapa kamu, kenal dimana, apakah kamu sudah punya pacar atau tidak dan bla-bla-bla. Pertanyaan yang membuatku kesal, sampai-sampai aku muak dan tidak tahu harus menumpahkannya dengan siapa."

"Dan kamu menyalahkanku, begitu?" sahut Vian dengan senyum, err.... Senyum menahan kesal, sepertinya. Apalagi ketika Aliysia mengangguk polos tanpa ada sangkalan sedikit pun.

"Iya dong! Kan memang kamu biang masalahnya. Andai saja malam itu kamu tidak menjemputku, mereka tidak perlu melihat kamu 'kan? Aku tidak perlu-

"Kamu marah aku menjemputmu?"

"Tentu saja tidak." Aliysia seketika terdiam setelah menjawab pertanyaan cepat dari Vian. Pertanyaan sama dengan malam itu, di mana ia pun menjawab dengan cepat pertanyaan sama ini.

Kata siapa Alisyia tidak suka dan marah Vian menjemputnya?

Justru ia sangat menyukainya. Hanya saja ia tidak suka, ketika si paman menjadi pembicaraan di antara teman-temannya.

Tidak boleh ada yang berkenalan dengannya, karena dia ....

"Lalu, kenapa mereka tidak boleh tahu bagaimana aku atau siapa namaku?"

"Eh?"

"Apa alasannya? Bukankah kamu hanya perlu memberitahu jika namaku Viandra Geonandes, aku teman seapartemen, bisa juga kamu mengenalkan aku sebagai kakak atau suami-

"Mana bisa begitu!"

Akibat suara Aliysia yang terlampau keras saat menyela apa perkataan Vian, keduanya pun menjadi sorotan dari beberapa pengunjung yang kini melihat ke arah meja mereka.

Aliysia sampai bergerak salah tingkah ketika mendengar bisik-bisik terdengar, juga mendapat lirikan mata aneh dari para pengujung. Sedangkan Vian, ia meminta maaf dengan kepala mengangguk kecil, sehingga para pengunjung pun mulai mengabaikan dan kembali melanjutkan kegiatan masing-masing.

"Kamu ini, Liysa. Bisa tidak sih, sehari saja tidak memekik seperti itu? Ck!" desis Vian dengan mata menatap tajam, membuat Aliysia sedikit takut karena tahu jika suaranya memang benar-benar mengganggu.

"Maaf."

"Hmm, tidak penting. Lalu, kamu maunya apa?"

Bersambung


next chapter
Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C53
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login