Suasana yang masih terasa begitu adem dengan sinar mentari yang baru saja muncul dari persembunyiannya.
Sekarang Prisya tengah duduk dengan santai di kursi meja makan bersama dengan Reka. Sudah tidak ada alasan untuk dia menjauh dari Reka.
Semua itu sudah jelas, karena kalau dipikirkan ternyata dirinya itu hanya merasakan yang namanya sayang berlebihan, sehingga pikirannya hanya bisa berpikir sepihak saja.
"Bang," panggil Prisya dengan suara yang terdengar begitu lembut. Ada sebuah hal yang ingin Prisya bicarakan sekarang.
Reka menengok ke arah Adiknya dan menjawab, "Iya?"
"Abang pergi kapan?" tanya Prisya yang merasa penasaran dengan hal ini.
"Lusa," jawab Reka enteng.
Prisya mengangguk-anggukkan kepalanya. "Oh, sama siapa?" tanya Prisya yang menjadi penasaran dengan siapa Abangnya akan pergi.
Mendapatkan pertanyaan itu, membuat Reka melirik ke arah Adiknya. Memperhatikan Adiknya dengan tatapan yang penuh dengan keseriusan.
"Bokap mantan lo," jawab Reka dengan sangat datar.