Baixar aplicativo
9.67% Sleep and See / Chapter 5: Usaha Yang Sia-Sia

Capítulo 5: Usaha Yang Sia-Sia

Aku merasa kaget saat ia menyebutkan Sleep and See corpooration.

"Apa kau benar-benar mantan direktur di sini? Kau pasti bercanda?", tanyaku.

Julient berdehem menghentikan segala pertanyaanku. Ia memberi peringatan bahwa ialah yang pegang kendali. Tak ada yang boleh melewati batas tanpa seizinnya.

"Baik, sekarang apa tujuan kalian mengikuti program tidur 20 tahun. Dimulai dari anda Nona Covina Ven" tanya Julient lagi.

Aku blank. Tak tau harus jawab apa. Aku memang nyaris tak ada alasan apapun.

"Nona, Covina?" tanya Julient lagi. Ia mengingatkan bahwa sekarang saatnya aku membuka mulut.

Satu dua menit. Aku masih bingung. "Baiklah, giliran anda Tuan Lux Hemel pendiri Sleep dan See Corporation", sambung Julien mengalihkan perhatinya pada Stanly.

"Astaga apa dia benar-benar pendirin perusahaan ini?"

Julen menarik nafas. "Nona, bukan giliranmu bicara."

"Maaf", aku mencoba menahan diri dari rasa ingin tahuku.

Kembali ke Lux Hemel, ia ogah-ogahan menjawab. "Bukan urusanmu Julien. Aku sudah lelah tolong percepat sesi ini."

"Tuan, bukan begitu cara kerja kelas ini." jawab Julient menegor Lex Hemel

"Kenapa dia boleh tak mengatakan apapun? Apa aku harus mengatakan semua hal pribadi dihadapan orang asing? Julient ini sudah keterlaluan!"

Julien terdiam dengan kesal. "Baik, tapi memang inilah cara kerja kelas ini. Kami ingin memastikan kalian tidak mengambil keputusan yang salah." Terangnya.

"Jika kau, Covina Ven dan Anda Lux Hemel Imanuel tak mau menjawab, maka aku nyatakan kelas ini tak bisa dilanjutkan. Sampai jumpa besok!"

"Apa?" tanyaku heran. Julient seperti tak menghiraukan ku dan keluar dari ruangan ini begitu saja.

Tak lama, masuklah John dan seorang wanita yang berdiri di depan. John menghampiriku. Dan wanita itu mendatangi Lux Hemel.

"Katakan, apa sebenarnya tujuan kelas ini?" tanyaku pada John.

"Membuat Anda berfikir dua kali sebelum memutuskan untuk tertidur selama dua puluh tahun."

"Apa?" Tanyaku lagi. Aku merasa jawabannya tak menjelaskan apapun.

"He is the one who will make us stop and cancle our partication." Sela Lux Hemel.

Aku berdiri mendekati Lux Hemel dan wanita yang ada disampingnya.

"Apa Tuan Lux Hemel Imanuel benar-benar pemilik perusahaan ini?" , tanyaku dan ia tak menjawab apapun.

"Julient adalah konselor, tugasnya adalah membuat siapa pun yang ingin berpatisipasi mengurungkan niat dan tetap menjalani hidup normal."

Aku semakin tak mengerti. "Kamu meminta partisipan dan membuat program untuk membujuk mereka membatalkan niat mereka?"

Lux Hemel berdiri dari kursinya. "Pada dasarnya, perusahaan ini hanya tak mau mereka mendapat tuntutan dari pihak siapa pun saat orang yang mengikuti program ini mulai masuk kedalam kapsul. Itulah sebabnya, mereka membuka kels trial satu bulan agar siapapun kembali berfikir dalam waktu satu bulan."

"Lebih tepatnya, membatalkan niat mereka Nona. Jika klien tetap bersi keras, mereka akan menandatangai banyak kertas berisi berbagai macam perjanjian." Terang wanita cantik berambut putih.

"Ini tuan Lux Hemel Imanuel, klien saya." Kata wanita berambut putih itu.

"Kita sudah saling kenal tadi. Kau bisa memanggilku Lux (Luks)" Kata Lux Hemel menambahkan.

"Aku Vina, Covina Ven."

Sebelum John pergi, ia menerangkan bahwa selama satu bulan kami akan berada di ruang no 21 lantai 40. Ruangan ini secara teknis terlihat seperti semuah Apartemen eksklusif dengan dua kamar tidur. Aku berada di sisi kamr sebelah kanan dan Lux berada di utama lainnya. Cukup menempelkan kartu akses aku bisa masuk ke alam Artement 4021. Aku juga bisa masuk ke kamarku. Tapi tidak bisa masuk ke kamar Lux.

Dengan kartu akses yang terbatas membuat apatermen ini hanya bisa dibuka dari dalam dengan. Fasilitas di dalam kamar sangat mengesankan.

Tempat tidur bisa di masukkan ke dalam lantai melalui sebuah remote control. Televisi, meja dll semua bisa diatur masuk ke dalam tembok atau keluar. Ada sebuah toilet yang tak kalah mewah di kamar ini. Aku pikir dengan berbagi ruangan di satu apartement aku akan berbagai toilet. Tapi nyatanya tidak. Tiap kamar memiliki fasilitanya sendiri.

John memperlihatkan isi dari walk in closet. Beberapa deret pakaian santai dan gaun dengan ukuran tubuhku. Juga ada beberapa make up. Jika aku membutuhkan sesuatu yang khusus, aku bisa menghubungi pihak resepsionis dengan telepon pintar yang terpatri di dinding. Dengan metode smart light, ruangan ini otomatis akan mati jika tidak ada orang di dalamnya.

"Apa semua orang mendapatkan fasilitas yang sama?", tanyaku pada John.

"Tidak, tergantung dari paket mana yang akan kalian ambil. Jika kalian mengambil paket dengan harga yang rendah, tentu tidak akan semewah dan secanggih ini."

"Bukankan aku hanya seorang partisipan?", tanyaku.

"Benar, tapi anda masuk prioritas kami. Dua puluh tahun menjadi sukarelawan adalah waktu yang lama. Selain itu Nona Covina juga adalah wanita pertama yang mengajukan diri. Pria pertama lainnya adalah Tuan Lux Hemel Imanuel. Tapi dengan statusnya sebagai pendiri perusahaan,publik akan kurang yakin dengan ke-ikutsertaan beliau. Jadi anda sangat istimewa"

John menyerahkan kartu akses padaku. Ia juga menyerahkan sebuah sebuah ponsel pintar berisi nomor-nomor dahrurat yang mungkin aku butuhkan.

"Jadi kau serius hanya aku dan Tuan Lux yang mengikuti program ini?", tanyaku.

"Sangat serius." Jawab John

Spontan aku melihat ke arah Lux yang duduk di ruang tamu dengan wanita berambut putih berdiri di dekatnya. Entah apa yang mereka bicarakan, semua tampak begitu serius.

"Baik, jika sudah jelas, kami akan meningalkan kalian. Jika butuh bantuan, kalian bisa menelpon kami lewat fasilitas yang ada. Kami akan datang secepat mungkin." Kata wanita itu melihat John dan aku keluar dari kamar.

"Satu lagi", kata John. "Jangan bertengkar. Jika merasa ada yang kurang nyaman dengan pengaturan ini. Silahkan konfirmasi. Kami akan berikan solusi yang terbaik."

Setelah memberikan tanda mengerti, John pergi diiringi rekannya. Kini tinggal aku dan Lux . Suasana menjadi canggung. Aku tak pernah tinggal dengan orang asing sebelumnya. Setelah tersnyum pada Lux, aku putuskan untuk berdiam di ruanganku.

Aku mengunci pintu dan meletakkan kartu di meja samping tempat tidurku. Aku melepaskan seleuruh pakaian dan menuju kamar mandi. Tanpa pikir panjang, aku menyalakan air dan mencampurnya dengan air hangat.Setelah suhunya terasa sesuai aku mulai berendam.

Rasanya nyaman berada di bak mandi. Untuk membuat tubuhku semakin rileks aku memutar musik klasik. Dengan satu suara, musik mulai terdengar di kamar mandiku. Aku melihat ke langit-langit, apa yang Lux lakukan pada saat ini? Mengapa orang seperti dia nampak tak bahagia?

Puas melamun dan memanjakan diri, aku mengambil beberapa pakaian dan merikas laci berisi make up. Semuanya bukan merek yang murah, semuanya merek yang mahal dan terkenal. Apakah ini endorse atau pemberian sponsor?

Aku memilih beberapa perawatan sederhana, dan make up ringan kewajahku. Setelahnya, aku memutuskan berbaring dan tidur.

Baru beberapa menit, aku mendengar bunyi bell. Aku terbangun, dan melirik layar kecil di sudut kamar. Dari situ aku bisa melihat seseorang berdiri tepat di depan pintu kamarku.


next chapter
Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C5
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login