Baixar aplicativo
56.45% Sleep and See / Chapter 34: Selamat datang di rumah

Capítulo 34: Selamat datang di rumah

"Welcome Home Mr and Mrs Immanuel"

Sandra menyambut kami dengan kejutan saat pulang ke rumah. Ia mengumpulkan dua pelayan di rumah ini, petugas keaman pengemudi. Tentu masing-masing dengan tugas mereka. membawa bunga, kertas-kerta serpihan, meyalakan terompet.

"Aku menyiapkan makan malam untuk peryaan pernikahan kalian" katanya.

"Sekali lagi selamat, Nona Vina" kata Luke menyalami kami.

"Aku mengundang beberapa orang." Kata Sandra lagi. Ada Angela di dalam ruangan tersebut.

"Vina, hah kenapa harus dia? Aku patah hati" , ujar Hansel.

Ia memelukku dan mngeluarkan hadiah kecil untukku.

"Baiklah, kita akan makan malam. Dan membicarakan beberapa hal penting." Kata Sandra. "Makanan akan siap dalam tiga puluh menit. "

Sandra pergi ke ruang meja makan bersama chef dan dua pelayan kami. Ia seperti sangat sibuk sekali.

"Nyonya, kita harus bicara. Ada beberpa dokumen yang harus anda tanda tangani."

Aku mengalihkan pandanganku pada Luke. Ia memintaku mengikutinya di sebuah ruangan dekat ruang tamu. Sementara Lux, ia pergi naik ke kamarnya.

Luke membuka beberapa berkas fisik. Ia meletakknya di depanku.

"Apa ini?"

'Ini adalah beberpa surat berharga. Ini pemindah tanganan. Dari Tuan Lux ke anda, sebagai istrinya."

Aku terkejut. Bukankah kami hanya main-main saja dengan pernikahan ini?

"Tuan Lux ingin memberikan setengah yang ia miliki kepada anda. Beberapa property dan setengah dari sleep and see. Silahkan tanda tangani di setiap tempat yang di sediakan pada dokumen-dokumen ini. Sisanya, aku akan mengurus surat kepemilikan anda."

Mendengar penjelasan Luke aku jadi terlintas sesuau.

"Bukankah Lux selama ini bersetru dengan Nyonya Georgia?"

"…Ya?" jawab Luke dengan sangat tidak yakin.

"Kurasa bosmu tidak ada niatan memeberikan setengah hartanya padaku. Ia hanya mencoba menyelamatkan dirinya dari Georgia. Apa aku benar?"

Luke terdiam tak bisa menjawab.

"Baiklah, aku benar dalam hal ini."

Aku berdiri dan meletakkan kembali pena di meja. "Aku rasa, aku tak akan menandatangani apapun, Luke. Terimakasih"

Luke berdiri menghentikan langkahku.

"Baiklah, kurasa anda perlu mempertimbangkannya terlebih dahulu. Aku akan mengirimkan salinananya ke ponsel anda. Kapan pun anda ingin menandatanganinya, beri tahu saya."

Aku memberikan anggukan tanda mengerti.

Aku ke kamar dan Sandra menghentikanku.

"kami sudah memindahkan semua barang ke kamar atas."

Cepat sekali, mereka memeindahkan barang-barangku ku kamar Lux. Bahkan mereka melakukannya tanpa pamit terlebih dahulu.

Aku menaiki tangga dan membuka pintu kamar. Saat sensor mendeteksi sidik jariku, perlahan pintu kamar terbuka.

Lux telah selesai mengganti pakaiannya. Ia menggunakan kemeja santai berlengan pendek.

"Apa kau sudah menandatangani semua dokumennya?"

"Aku tidak akan menandatangani apapun." jawabku singkat sambil membuka-buka lemari pakaian. Aku mencari pakaian tapi tak menemukan pakaianku sama sekali.

"Duduklah, ada yang ingin aku bicarakan."

Ingin menolak tapi hati ini tak bisa. Aku menutup pintu almari dan duduk di sampingnya.

"Ini"

Lux memberikan sebuah kotak perhiasan. Aku mematung dan melihatnya. Tanpa reaksi dariku, ia meletakan di sofa di antara kami duduk. Ia hela nafas.

"Menikahlah denganku" kata Lux mengejutkan ku. "Aku belum memintamu secara resmi menikah denganmu bukan? Jadi menikahkahlah denganku." Katanya lagi.

"Ha ha ha" suara tawaku mebuat Lux mengernyitkan dahinya. "Aku sudah menandatangi akta pernikahan, apa gunanya semua ini?"

Wajah kecewa terlinatas diwajah Lux seketika itu juga.tiba-tiba terbersit di pikiranku bahwa pria ini tak tahu caranya menjadi laki-laki yang benar.

"Maka setidaknya cincin tunangan itu menjadi milikmu. Ambilah. Jika kau mau kau bisa memakainya."

Lux berdiri dan masuk ke kamar mandi. Ia pasti hanya membutuhkan ruangan untuk melampiaskan ke kesalannya saat ini.

Aku mengambil kotak berwarna ungu tua. Sebuah warna yang sama seperti jubah yang King David pergunakan.

"Berlian?" gumamaku melihat berlian dengan mata putih iandah yang menawan. Tidak terlalu besar tapi sangat elegant. Seleranya bagus juga. Saat membalik kotak perhiasaan terselip sebuah surat kecil menandakan easlian dan tafsiran harga perhiasan itu.

Cukup untuk membeli sebuah mobil sport. Dasar tukang pamer.

"Lux, keluarlah" kataku mengetuk pintu kamar mandi kami. Aku memegang kotak perhiasan di salah satu tanganku.

"Setidaknya, kau harus memakaikannya padaku"

Lux menyetujui hal itu. Ia mengeluarkan cicin perlahan dan memakaikannya padaku. sangat elegant. Tidak berlebihan. Ia memakaikannya tanpa berlutut. Sudah ku duga, ia memang tidak mengerti bagimana bersikap romantis.

"Sudah," katanya.

"Aku ingin tahu, mengapa kau memberikan sebagain hartamu?"

Pertayaanku membuat suasana kami yang perlahan mencair menjadi tegang kembali.

"Aku hanya memberikan bagianmu sebagi istriku", jawabnya.

"Begitukah? Demi aku atau demi nyawamu?"

Raut wajah Lux berubah. "Aku tak mengerti"

"Kau lari dari Georgia dengan cara menikahiku bukan? Kau ingin lari darinya yang terus mengejar hartamu. Dengan menikahi dan memindahkan setengahnya maka Georgia tidak akan bisa meminta apapun lagi dari mu."

Melihat reaksi dingin Lux, terkonfirmasi sudah bahwa dugaanku benar. Ia tak memiliki satu patah kata pun untuk membela diri.

"Dasar licik" kataku dengan pelan tapi pasti. "Jika aku menandatanganinya, Georgia akan mengejar dan melakukan apa pun. Tamat sudah riwayatku."

"Vina" lux mengiterupsi pernyataanku. "Aku mencintaimu" katanya.

"Jika memang aku seperti yang kau katakan, aku bisa saja memilih wanita paling cantik dengan harga bayaran paling mahal sekalipun. Tapi aku tidak melakukannya."

"Entah apa yang meracuni pikiranmu, aku melakukan itu demi dirimu. Jika aku terbukti bersalah, maka setidaknya kau memiliki setengah asset untuk bertahan dan memulai hidup baru."

"Begitukah?"

Lux menghentikan ocehannya. "Bagaimana jika kau tidak bersalah? Kau akan memintanya kembali dan menceraikan aku?"

"Berdoalah agar aku tidak bersalah, maka semua boleh kau dan anakmu miliki."

Glek, aku menelah ludahku. "Anak?"

"Benar, aku ingin kau melahirkan anakku. Hiduplah bahagia dengan uangku setelah aku mati. Terima saja kenyataan jika aku sudah 58 tahun dan pasti akan pergi terlebih dahulu. Masalah Georgia, semua terserah padamu. Aku akan melakukan apa yang ingin kau lakukan padanya."

Aku kehabisan kata-kata.

"Mungkin kau berniat menceraikanku dan menikah dengan orang lain setelah ini. Jika itu terjadi kau boleh membawa setengah yang aku berikan padamu. Hanya saja ingatlah, semua yang kamu miliki berada dalam tanggung jawabmu. Jadilah bijak. Aku tak ingin kau seperti Gerogia. Jatuh cinta pada orang yang salah"

Kakiku lemas dan aku terduduk di lantai. "Maaf aku memaksamu menikah. Setidaknya dengan ini aku menyelamatkanmu dari tangan orang yang tidak benar. Terima dan tanda tanganilah, semua harta itu tidak ada artinya bagiku. Alasan aku tidak memberikannya pada Georgia adalah, karena aku sudah cukup terluka dengan semua hal yang ia lakukan padaku.

Jika kini aku harus mengalami hal yang sama, mungkin itu adalah takdir.

Lux berjongkok mendekatiku.

"JIka kau menang? Apa aku boleh memiliki semuanya?" tanyaku serius. Ia menatapku dengan tajam.

"Bahkan kau boleh membunuhku kapan pun kau mau" katanya sambil mengambil bibirku untuk ia nikmati.


next chapter
Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C34
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login