Baixar aplicativo
21.73% Si Kembar dan Ibu Sambung [END] / Chapter 5: Meminta Bantuan

Capítulo 5: Meminta Bantuan

Ucapan seorang Daniel Sebastian tidak bisa dianggap remeh. Ketika dia sudah memutuskan sesuatu hal, pasti akan dilakukannya. Termasuk mencarikan guru les tambahan bagi kedua putranya

Ada alasan tersendiri kenapa Danny ngotot memberikan les tambahan bagi Ali dan Alex. Danny merasa selama ini kedua putranya kurang maksimal dalam belajar. Bukan karena nilai yang buruk, melainkan karena mereka sedikit kesulitan dengan materi belajar. Dia sadar setiap sekolah memiliki aturan dan pelajaran yang berbeda.

"Nanti sore guru les kalian datang. Jadi jangan kemana-mana." ucap Danny disela sarapan.

Satu lagi. Setelah mendapat ijin untuk berkunjung ke rumah Miss Nadira, Danny tahu kedua putranya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah guru mereka. Bahkan hampir setiap hari mereka kesana. Alasannya sekalian mengantar Miss Nadira pulang. Kedua anaknya memang licik dan pandai mengambil kesempatan.

"Setelah kami mengantar Miss Nadira pulang." ucap Ali.

Alasan kenapa Danny tidak melarang kedua putranya dekat dengan Miss Nadira adalah karena ibu guru itu bisa membawa dampak yang positif bagi mereka. Lihat saja sekarang, Ali yang biasanya pendiam menjadi lebih banyak bicara. Memang belum sebanyak Alex ketika bercerita, tapi menurut Danny, ini adalah sebuah prestasi yang luar biasa.

"No. Miss Nadira pulang jam 3, dan kalian ada les jam 3. Jadi langsung pulang."

"Tapi Dad, kasihan Miss Nadira kalau pulang sendiri. " sanggah Alex.

"Apa ini cara Dad memperlakukan perempuan?" tambah Ali dengan nada sinis.

Wah lihat sekarang. Si Kembar sudah bisa memojokkan sang ayah.

"Sebelum ada kalian, Miss Nadira bisa pulang sendiri. Lalu kenapa sekarang tidak?" Danny tak mau kalah.

Bukan putra Danny Sebastian namanya kalau menurut. Nyatanya, mereka tetap mengotot untuk mengantar pulang Miss Nadira dan mengorbankan les tambahan mereka. Tidak hanya sekali dua kali, tapi setiap kali les. Membuat Danny mendapat keluhan dari sang guru les.

"Jadi, apa mau kalian?" tanya Danny dengan wajah garang. Batas kesabarannya sudah habis dalam menghadapi tingkah dua remaja ini.

"Kami sudah bilang kalau kami ingin mengantar Miss Nadira pulang terlebih dahulu." jawab Ali.

"Seharusnya Dad paham akan hal itu. Dan lagi, Dad nggak pernah bertanya ke kami, apa kami setuju dengan jamnya." Alex menambahi.

Danny tidak pernah menyangka, kalau perkembangan Ali yang mau berbicara bisa membuat dirinya dalam kesulitan.

"Kalian bukan siapa-siapa, dan Dad rasa bukan masalah kalau kalian tidak mengantar Miss Nadira." Danny masih dengan pendiriannya.

"Dad nggak tahu gimana rasanya diperhatikan sama orang yang bukan keluarga. Dia bisa memahami kami tanpa perlu banyak bertanya." setelah mengatakan hal itu, baik Ali maupun Alex langsung berjalan menuju kamar mereka.

Seketika kepala Danny rasanya mau pecah. Bukan ingin mengeluh, tapi karena dia merasa gagal dalam mendidik kedua putranya. Padahal niatnya baik dengan memberi les tambahan, agar mereka bisa mengejar ketertinggalan di sekolah baru mereka. Dan juga, sangat sulit mendapatkan jadwal guru les terbaik yang ada di kota.

Kalau sudah begini, Danny merasa sangat membutuhkan kehadiran seorang istri. Dia butuh bantuan untuk bisa mengendalikan dua remaja yang terkadang tidak bisa ditebak pemikirannya. Sayangnya Danny tidak tahu apakah ada perempuan yang mau menjadi istrinya ketika dia adalah seorang duda berumur 45 tahun dan memiliki dua remaja.

***

Sejak adu pendapat itu, hubungan ayah dan anak itu semakin memburuk. Danny merasa tidak ingin membuka pembicaraan yang berakhir dengan perdebatan. Dan si dua remaja itu menutup mulut sebagai aksi protesnya kepada sang ayah.

Soal les tambahan, Ali dan Alex masih tidak mau pulang sebelum jam 3 sore. Kalau supir mereka sudah pulang, mereka tetap akan menunggui guru favorit mereka sampai selesai dengan pekerjaannya dan mengantarnya pulang.

Entah apa yang sudah dilakukan seorang Nadira Prastiwi hingga bisa membuat kedua putra Daniel Sebastian membangkang kepada ayahnya.

Untuk menjawab semua pertanyaan itu, cara terbaik adalah dengan bertanya sendiri terhadap sang guru. Jadi, memanfaatkan waktu luangnya yang hanya beberapa jam, Danny menghubungi Miss Nadira dan meminta untuk bertemu.

Awalnya sangat sulit meminta guru muda itu menemui wali muridnya diluar area sekolah. Tapi setelah memberi alasan menyingkat waktu dan urusan pekerjaan, akhirnya Miss Nadira mau menemui Danny di sebuah tempat makan.

Sore menjelang malam, Danny yang baru saja selesai meeting langsung berjalan menuju tempat janji temu itu. Sengaja memilih di restoran yang ada di dalam mall, agar tidak perlu berpindah tempat terlalu jauh.

Waktu masih kurang dari 5 menit menuju waktu janjian, dan Danny belum melihat sosok guru favorit kedua anaknya. Well, apa guru favorit mereka sebaik itu dengan datang tepat waktu?

Mata Danny menangkap sosok mungil yang berlari terburu-buru. Bahkan dia sempat menabrak seseorang yang berpapasan dengannya. Ah, perempuan jaman sekarang memang tidak bisa diharapkan, batik Danny sedikit kesal.

Semakin mendekat, sosok mungil itu membuat Danny harus memastikan penglihatannya lagi. Miss Nadira, berlari kecil menuju ke arah mejanya. Sedikit terengah, dia berdiri dihadapan Danny.

"Maaf, saya terlambat." suara lembut itu terdengar merdu, menyapa pendengaran Danny dengan cara yang sangat halus.

Butuh waktu agar Danny bisa tersadar dari lamunannya.

"Ah, bukan masalah. Saya juga baru sampai." balas Danny ketika sudah berhasil mendapatkan kesadarannya lagi.

Setelah ramah tamah, keduanya sepakat untuk menikmati makan malam lebih awal sembari membicarakan masalah tentang Ali dan Alex. Rencananya sih begitu, tapi nyatanya tidak berjalan lancar.

Berulang kali Danny melihat kearah Miss Nadira dengan tatapan yang sulit diartikan. Tidak bisa menyangkal, Danny terpesona kepada guru favorit kedua anaknya itu.

Penampilan Miss Nadira sangat berbeda dengan apa yang dilihat Danny selama ini. Lupakan setelan formal dan juga kacamata berbingkai tebal. Dihadapan Danny sekarang adalah sosok perempuan yang terlihat manis dan juga tampak jauh lebih muda dari yang biasanya Danny lihat.

"Saya minta maaf, karena mengantar saya pulang, twins jadi terlambat les. Mereka tidak pernah membahas soal les tambahan itu." suara Miss Nadira terdengar penuh penyesalan.

"Saya ingin meminta bantuan Miss Nadira. Itu juga kalau tidak merepotkan." akhirnya Danny bisa menguasai diri dan fokus pada percakapan.

"Apa itu?"

"Tolong nasehati Alistair dan Alexander agar mereka mau les tambahan. Saya khawatir mereka kesulitan mengejar pelajaran, itu sebabnya saya ngotot mereka harus les."

"Saya akan berusaha." ucap Miss Nadira.

Memang itu yang ingin Danny dengar dari Miss Nadira.

Sisa waktu digunakan untuk berbincang mengenai Ali dan Alex Sebastian. Mereka saling bertukar informasi tentang kedua remaja itu. Mencari solusi dalam menghadapi lonjakan emosi yang biasanya terjadi pada remaja yang mengalami pubertas.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Danny sadar pertemuan mereka harus segera diakhiri. Dia merasa lelah, tapi juga merasa berat untuk berpisah dari sosok guru favorit kedua putranya.

"Mari saya antar. Ini sudah malam." ucap Danny sopan. Seorang pria sejati harus bisa bersikap gentleman kan? Dan Danny sedang berusaha bersikap gentleman.

"Ah tidak perlu. Baru pukul 9, masih ada banyak angkutan umum yang lewat."

"No, Miss. Anda adalah guru favorit putra saya. Akan merasa bersalah kalau saya membiarkan anda pulang sendirian."

Perdebatan itu dimenangkan oleh Danny. Membuat pria itu merasa sangat senang bisa mengantar Miss Nadira pulang.

Sejak pertemuan itu, rasanya Miss Nadira juga menjadi guru favorit Danny. Setiap ada kendala komunikasi dengan kedua putranya, Danny akan mendiskusikan hal ini dengan Miss Nadira melalui pesan. Membuat Danny memiliki kesibukan lain selain emngyurus perusahaan dan juga kedua putra remajanya itu.


next chapter
Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C5
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login