Dadanya berdebar-debar ketika mata cokelatnya bertemu dengan mata Ryan. Gadis cantik itu refleks menarik tangannya. Malu akan debaran dadanya yang keras, Stefanie meremas kaosnya sendiri. Jangan sampai Ryan bisa mendengarkannya.
Suasana menjadi canggung. Jujur ketika pertama bertemu dengan Ryan setelah sekian lama berpisah, Stefanie bisa merasakan adanya tekanan seksual dalam dirinya. Lelaki yang ada dihadapannya kini adalah teman semasa kecilnya di panti asuhan, mereka selalu bersama selayaknya saudara sendiri. Rasanya tidak normal jika sampai menyukainya.
Tangannya meraba pelan gelas americanonya, berharap dengan menyedot dalam jumlah banyak bisa mendinginkan wajahnya yang terlanjur panas. Matanya melirik ke arah Ryan yang tiba-tiba tersenyum dengan mengaduk gelasnya. Hati Stefanie terasa semakin tidak menentu.