Rani merasa tak curiga sama sekali dengan penampilan Dika. Pria itu mengenakan kemeja tangan panjang dan juga celana jeans, berbeda sekali dengan pakaian sopir kebanyakan.
"Nak, kamu hati-hati di jalan ya. Jangan ngebut bawa mobilnya nanti."
Rani selalu memberi perhatian pada anak semata wayangnya itu. Keselamatan Dika saat berkendara memang yang menjadi keutamaan baginya. Pun ia juga tak luput mendoakan sang anak dalam bekerja.
"Iya, Bu. Dika berangkat kerja dulu ya."
"Iya, Nak. Doa Ibu selalu menyertai kamu."
Dika masuk ke dalam mobil dan mulai menyalakan mesinnya. Rani melambai-lambaikan tangan ke arahnya. Melihat wajah sang Ibu yang ceria seperti ini, malah membuat Dika merasa bersalah karena sudah membohongi ibu kandungnya sendiri.
"Maafkan aku, Bu. Aku harus bohong kayak gini sama Ibu."
***