Leony sedang asyik berdandan di dalam kamar. Kamar yang bernuansa gelap dan tak terlalu luas itu sudah menampung hidupnya. Hidup dengan Mira membuatnya terasa bagaikan di neraka. Melayani para pria hidung belang dan sudah mempunyai istri, memang terlihat menjijikkan baginya.
Setiap sentuhan yang menggerayang di tubuh, menjadi bukti bahwa dirinya hanya bisa pasrah diperlakukan seperti itu oleh para pria. Leony tak bisa berontak. Ikhlas menjalani setiap lika-liku hidupnya. Sejak kedua orang tuanya tiada, saat itulah dirinya berasa sudah mati.
Kini, ia sudah selesai memoles wajah dengan bedak dan juga memakai lipstik. Tiba-tiba saja terdengar suara bising dari luar. Leony makin mempertajam indra pendengarannya.
"Kenapa, ya, di luar? Kok pada ribut-ribut gitu, sih?" tanyanya pada diri sendiri.
Leony enggan ke luar dari kamar dan melihat kejadian langsung. Namun, ia juga merasa penasaran dengan apa yang terjadi. Juga terdengar suara Mira yang bersitegang dengan orang lain. Leony bangkit dari kursi dan melangkah menuju ke depan pintu. Tangannya siap untuk menggenggam pegangan pintu.
Ia pun memutuskan ke luar dan melangkah ke ruang depan. Terlihat di sana ada Mami Mira, pria yang bertubuh tambun bernama Arif itu, dan salah satu pria lagi. Ruangan pun seketika telah dibanjiri oleh para ladies dan juga pria-pria hidung belang menyaksikan pertunjukan gratis ini.
"Ayah ngapain sih di tempat terkutuk ini?!" ucap salah satu pria yang berhadapan dengan Arif. "Ayo, pulang ke rumah! Mama lagi nyariin Ayah tau!"
'Apa, Ayah? Berarti dia anaknya Mas Arif kah?'
"Berani banget ya kamu buat kegaduhan di sini!" ujar Mira pada pria itu. "Pergi kamu dari sini sekarang juga!"
Anak buah Mira sudah siap membawa dengan kasar pria itu. Pria itu sempat melakukan perlawanan dengan mereka. Arif terlihat masa bodoh dengan anaknya sendiri.
"Ayah udah gak peduli lagi sama kamu, Dika! Lebih baik kamu pulang ke rumah dan temani ibu kamu yang sakit-sakitan itu!"
"Tuh, dengar sendiri kan, apa kata Arif sama kamu! Jadi, anak tuh jangan ngebantah, deh! Udah pulang sana, anak kemarin sore juga jangan sok-sok'an!" bentak Mira pada pria yang bernama Dika itu.
"Ayah keterlaluan! Gak punya hati!"
Leony menangkap sesuatu, bahwa pria bertubuh tambun itu tak setia dengan sang istri di rumah. Melihat pemandangan ini membuat hatinya terasa teriris-iris. Ia tak tega dengan pria yang bernama Dika itu, lantaran ingin menyuruh ayahnya pulang ke rumah.
Kedua tangan Dika dicekal dengan kuat. Mencoba berontak tapi kalah jumlah. Anak buah Mira beramai-ramai menggotong pria itu ke luar dari tempat ini.
Mata Leony sontak menatap lekat ke arah pria bernama Dika itu. Lantas, pria itu balas menatapnya sambil tubuhnya didorong-dorong oleh anak buah Mira. Rasa tak tega kemudian menyelimuti hatinya. Leony pun menyusul pria itu dan ditatap dengan tajam oleh Mira.
"Eh, eh, mau ke mana lagi si Leony itu! Kalian berdua awasi dia!" suruh Mira pada anak buahnya yang lain.
Untuk membuat kondisi kondusif seperti semula, Mira menyuruh yang lain membubarkan diri. Kemudian, mengajak pria bertubuh tambun itu masuk ke dalam kamar Leony. Arif pun setuju dengannya.
Sementara di halaman luar, Leony melihat pria itu didorong dan dijatuhkan tubuhnya ke atas tanah. Mata mereka lalu bertemu lagi dan saling menatap. Pria bernama Dika itu mencoba bangkit berdiri dan menepuk-nepuk pakaiannya sendiri akibat bercak kotor dari tanah.
"Ngapain kamu ke luar juga? Nanti dimarahin Mami Mira baru tahu rasa!" ucap salah satu anak buah Mira.
Kemudian, anak buah Mira menarik tangan Leony dengan kasar. "Tunggu dulu! Aku mau bicara sama pria itu!"
"Buat apa? Lebih baik masuk sana!"
Leony pun dibawa masuk dengan paksa ke dalam. Kedua tangannya ditarik kuat, sedangkan Dika masih menatap kepergian Leony yang berusaha berontak dan menjerit minta dilepaskan.
Dika berdiri mematung di depan. Ia merasakan ada yang menjalar dalam hatinya, tiba-tiba menghangat. Jantungnya pun seakan terpacu dan berdetak cepat. Entah apa sebabnya. Mungkinkah saat menatap manik mata Leony tadi?
Dika memegang dadanya sendiri beberapa saat sebelum memutuskan untuk pulang ke rumah. Ia pandangi sekali lagi tempat ini. Dari arah luar terlihat seperti gedung yang sederhana. Namun, di dalamnya sangat-sangat terkutuk. Banyak aktivitas seks di sana.
"Ayah benar-benar keterlaluan! Dia gak peduli lagi sama Ibu di rumah."
Alhasil, pria yang berwajah tampan nan mempunyai rahang yang tegas itu masuk ke dalam mobil. Ia menyalakan mesinnya dan segera tancap gas ke rumah.
***
Leony saat ini berada di dalam kamar bersama Arif. Pria paruh baya itu menatapnya dengan tatapan buas, seakan ingin menerkam habis-habisan. Apalagi saat ini, baju yang dikenakan oleh Leony memang benar-benar menggoda. Belahan buah kembar itu tampak sangat menggoda matanya.
"Ony," panggil Arif dengan lembut seraya tangannya menyentuh punggung belakang Leony.
Leony hanya diam saja sambil mengembuskan napas panjang. Ia kembali memikirkan kejadian tadi. Benar-benar, sosok Arif adalah pria yang tidak setia dan juga tega menelantarkan anak dan istri di rumah.
"Kamu sangat cantik, Sayang," ujar Arif.
Tangan Arif bergerayang-gerayang di punggung belakang Leony, hingga membuatnya bergerak ke kanan dan kiri agar Arif tak memegangnya lagi.
"Kenapa?" tanya Arif.
"Apa Mas Arif tuh gak kasihan sama anak sendiri, hah?!" Leony masih memikirkan tentang kejadian tadi. Tak tega melihat anaknya Arif diusir dengan paksa dari tempat ini.
"Kamu jangan ikut campur, Ony! Lebih baik kamu bercinta denganku aja malam ini!"
"Aku gak mau sama Mas Arif!" tolak Leony dengan kasar.
Arif pun jadi naik pitam karena keinginannya ditolak mentah-mentah oleh Leony. Pria berkepala plontos itu lalu menyerang dan menghujaninya dengan ciuman paksa.
Tubuh Leony langsung direbahkan dengan paksa. Arif menciumi wajah Leony bertubi-tubi. Kemudian, mencium leher jenjang berwarna seputih susu itu. Tak lupa juga, ia menurunkan bibirnya ke area dada, di mana buah kenikmatan itu tak luput dari pandangan mata.
Arif menyingkap dengan paksa dress yang dikenakan oleh Leony, hingga hanya menyisakan bra dan juga celana dalam saja. Pria itu meremas-remas buah kembar itu penuh nikmat, sedangkan Leony tampak tak senang.
"Nikmati saja, Ony!" sergah Arif.
Tak hanya remasan tangan yang penuh gairah, tapi juga Arif mencumbu bibir Leony dengan begitu panas. Hingga dirinya tak berkutik karena badan pria itu berada di atas tubuhnya.
Pria tua itu malah menjadi-jadi. Ia merasakan miliknya sudah menegang di bawah. Tanpa berlama-lama, Arif pun memasukkan si junior ke dalam lubang kenikmatan itu.