Tiana menahan geraman di dalam hatinya karena ucapan Qiana. perempuan itu masih terlihat santai meskipun ancaman sudah terlihat di depan mata. Ini sangat tidak masuk akal. Itu hanyalah sebuah ketenangan sesaat yang dimilikinya, atau memang Qiana benar-benar tak peduli?
Untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang menggaung di dalam kepala Tiana, perempuan itu harus bisa mendesaknya. Sedangkan Qiana yang merasa jika Tiana tak lagi bersuara, maka perempuan itu undur diri.
"Kalau begitu, saya pergi dulu. Saya berharap luka yang kamu miliki sekarang bisa segera sembuh." Qiana berdiri dan menatap Tiana dengan sungguh-sungguh. Untuk sekarang, cukup sampai di sana saja berurusan dengan Tiana. Karena urusan nya tidak hanya tentang masalah ini.