"Baikan?" alis Davie menukik tajam ketika mendengar kata itu. keinginan untuk mengerjai istrinya muncul begitu saja. "Apa satu kata itu bisa merubah semuanya?"
Kini kening Qiana yang terlihat mengkerut. "Maksudnya?"
"Aku juga merasa kecewa karena kamu mengambil langkah dan seolah menyalahkan aku karena kejadian ini." Tatapan penyesalan itu terlihat di mata Qiana. Perempuan itu menipiskan bibirnya dan kemudian menunduk.
"Aku minta maaf. Tapi aku merasa jika semua yang aku lakukan adalah tindakan alami yang akan dilakukan oleh seorang perempuan. Karena aku merasa kecewa, marah, ketika suamiku diincar oleh perempuan lain. Bahkan sebuah perpisahan terasa mengambang di mataku." Panjangnya kalimat Qiana membuat Davie mengerti kekhawatiran yang dirasakan oleh istrinya.