Devie berdiri untuk 'menyambut' kedatangan keluarga Arkan. Gadis itu menatap perempuan paruh baya tersebut dengan ketenangan yang begitu kental bahkan seolah tak seorang pun sanggup untuk mencairkannya.
"Iya, Bu." Orang sejenis ibu Davie seperti ini adalah orang yang memiliki ego yang tinggi. Bahkan hanya untuk sebuah panggilan wajar saja terkadang dia merasa orang tersebut tak pantas mengucapkannya. Karena itu, Devie harus lebih dulu mempersiapkan diri. Karena bagaimanapun, dia adalah orang yang malas mengurus hal-hal remeh temeh seperti itu. Tak lupa, Devie mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan beliau. Tapi wanita itu sama sekali tak menerimanya. Devie jelas saja merasa malu namun ditahannya. Dia kembali menurunkan tangannya dan kali ini benar-benar memasang wajah datarnya.
"Apa yang kamu lakukan kepada putrinya saya?" tuduhnya tepat sasaran. Seolah dia tahu, jika Devie lah yang harus disalahkan dengan dengan kejadian ini.