Baixar aplicativo
30.43% SANG DEWI AZURA 2 / Chapter 7: BAB 45

Capítulo 7: BAB 45

Afnan: "aku ingin memberitahu mu sesuatu yang penting mengenai Azra, sekarang aku sedang dirumah dan kamu harus berada di depanku dalam waktu 15 menit, jika tidak kamu akan menyesal."

Afnan :"Rahasia pribadi Azra yang tak terduga!"

"Dalam 15 menit? apa dia sudah gila? bagaimana bisa aku sampai kesana dalam waktu singkat seperti itu!?" gerutu Rhyan

Afnan: "Jika kamu terlambat sedetik saja maka jangan harap aku akan memberitahumu!!!"

"Si*l*n.. apa dia benar-benar berniat membunuhku?" Rhyan segera mengambil jaket dan kunci motor dari atas meja.

dalam perjalanan Rhyan menggunakan kecepatan penuh, berusaha menyalip setiap kendaraan yang berada di depannya dengan sangat gesit. Dia tidak ingin informasi penting tentang Azra hilang begitu saja.

Dalam kurun waktu 15 menit dia akhirnya sampai di rumah Afnan, dia pun berjalan masuk ke dalam dan segera menuju ke kamar Afnan.

"Emm... sepertinya kamu terlambat!" ucap Afnan sambil melihat jam tangannya.

"Terlambat? bukankah aku tiba di rumahmu tepat 15 menit, jangan menguji kesabaranku!" ucap Rhyan jengkel.

"No..no.." kata Afnan sambil menggelengkan kepalanya kekanan dan kiri.

"Aku mengatakan padamu dalam 15 menit kamu harus berada di hadapanku bukan di depan rumahku! dan waktu kedatanganmu adalah 15 menit lewat 30 detik."

mendengar ucapan Afnan membuat Rhyan menjadi benar-benar stress, bagaimana tidak sepanjang perjalanan kesini dia hampir mengalami kecelakaan sebnyak 3 kali dan yang tetakhir hampir menabrak seorang nenek-nenek yang sedang menyebrang jalan. Sampai sekarang wajahnya masih terlihat pucat karena adrenalinnya yang terpacu begitu sangat cepat. Dan Afnan malah menjebaknya dengan sangat licik.

Rhyan akhirnya menyerah, dia melemparkan kunci motornya di atas meja dan merebahkan dirinya di atas kasur, melihat sahabatnya yang frustasi itu Afnan tersenyum dan berhenti menggodanya.

"Baiklah, aku hanya bercanda! sekarang dengarkan baik-baik apa yang akan aku katakan!"

"Emm.." Rhyan menjawabnya dengan malas, dia sudah merasa sangat lelah dan tenaganya seakan telah terkuras hampir seluruhnya. untuk membalikkan kepalanya saja dia merasa tak mampu, maka dia hanya akan mendengarkam perkataan Afnan.

"Besok adalah hari ulang tahun Azra!"

Jrengggg...

seakan sambaran petir menghantam tubuh Rhyan, memberikan sebuah energi baru yang mengisi tubuhnya 100 persen, matanya terbuka lebar dan segera bangkit dari tidurnya.

"Benarkah? darimana kamu mengetahuinya? atau mungkin kamu hanya menggodaku lagi?" tanya Rhyan bertubi-tubi tanpa memberikan kesempatan kepada Afnan untuk membalasnya.

"Terserah padamu! mau percaya atau tidak, setidaknya aku telah memberitahumu!"

"Ok.. thanks bro atas infonya!" kata Rhyan sambil menepuk bahu Afnan sebagai tanda terimah kasihnya. Saat dia ingin berbalik pergi tiba-tiba Afnan menahannya, dia pun berbalik dan mendapati senyuman yang aneh di wajah Afnan.

"Apakah kau ingin mencarikannya sebuah hadiah?" Rhyan hanya mengangguk sebagai jawabannya.

"Bagus!" Afnan pun melangkah pergi dan tidak lupa membawa kunci mobilnya.

Ada apa ini? apa yang terjadi? apakah dia bermaksud untuk pergi bersamaku! pikir Rhyan.

"Cepatlah, kita harus bergegas!" suara Afnan mengembalikan kesadaran Rhyan.

"Si*l*n... rupanya dia punya maksud tertentu!" Rhyan segera berlari keluar.

"Ada apa dengan dirinya hari ini, bukankah dia harusnya bersyukur padaku karena memberikan informasi yang sangat berguna padanya!" Afnan tau pasti tentang perasaan Rhyan terhadap Azra, semua sahabatnya juga sudah mengetahuinya. Sikap Rhyan memperlihatkannya secara jelas.

*

Hari ini Azra berniat berbelanja bahan makanan, biasanya dia meminta bantuan Dhyan untuk menemaninya, namun sepertinya hari ini Dhyan sedang sibuk maka terpaksa dia harus pergi sendirian.

Azra pun keluar dari dalam kosnya dan memanggil sebuah taxi.

Sekarang Azra sedang sibuk memilih bahan makanan segar yang ingin di belinya, setengah jam pun berlalu dan dia sudah memilih cukup banyak bahan makanan, dan membawanya ke kasir untuk dibayar.

Azra pun berjalan keluar dengan membawah belanjaannya hari ini, bawannya lumayan berat membuat Azra sedikit kesulitan untuk membawanya sendirian. Saat dia sedang melangkah tiba-tiba kakinya terkilir, kantong plastik yang dipegangnya terlepas dan dia terjatuh kebelakang.

tanpa sadar Azra berteriak panik dan memejamkan matanya secara spontan. Tapi beberapa detik kemudian dia tak merasakan sakit sedikitpun, apakah terjatuh memang tidak sakit seperti yang dia bayangkan.

Saat Azra membuka matanya hal pertama yang dia lihat adalah anting-anting hitam yang melekat di telinga seseorang, lalu mengalihkan sedikit pandangannya kesamping, mata Azra akhirnya membulat dengan sempurna. Dengan mulutnya yang melongo tidak percaya dia berucap satu kata.

"Kamu!"

"Selain galak kamu juga ceroboh!" ucap alman kepadanya.

sebelum Azra sempat terjatuh, Alman dengan sigap menangkapnya. Sekarang posisi Azra berada dalam pelukan Alman.

mendengar ucapan Alman, wajah Azra memerah karena marah.

"Lepaskan!" dia berusaha melepaskan pegangan Alman pada tubuhnya. saat dia ingin bertumpuh pada kakinya, dia merasakan sakit yang teramat dan membuatnya kembali terhuyung, dengan cepat Alman menahan tubuhnya.

"Bisakah galakmu itu di pending untuk sementara? lihatlah bagaimana kakimu sekarang!" kata alman jengkel.

Azra hanya terdiam mendengar ucapan alman, dia sungguh tidak berniat untuk berdebat lebih lama lagi dengannya. Alman kini membungkuk dihadapan Azra.

"Kamu mau apa?"

"Naiklah!" alman mencoba untuk menggendong Azra sampai ke dalam mobil.

"Tidak usah, aku bisa jalan sendiri!" Azra berusaha untuk menolak namun alman masih saja bersih keras.

"Untuk berdiri saja kamu sudah merasa sulit, bagaimana caramu untuk berjalan?"

mendengar ucapan Alman, menurutnya itu ada benarnya juga. Dengan terpaksa Azra naik kebelakang punggung Alman, dan alman memegang belanjaan Azra di kedua tangannya.

saat berada di depan Taxi alman membantunya untuk masuk ke dalam mobil dan memberikan barang bawaannya kepada supir untuk di simpan ke dalam bagasi. Langkah selanjutnya membuat Azra tercengang.

"Ngapain kamu ikut masuk kedalam mobil? keluar sana, aku sudah tidak membutuhkanmu lagi!" usir Azra tanpa perasaan.

Tapi Alman tidak menghiraukan perkataan Azra dan dengan santai berbicara kepada supir.

"Jalan pak!" lalu berbalik ke arah Azra.

"Kamu pikir bisa membawa barang bawaanmu yang berat itu dengan kakimu yang terkilir?"

"Aku bisa minta bantuan pada pak supir!"

"Lalu untuk menggendongmu juga?"

sang supir taxi yang mendengar ucapan Alman terkejut dan merasa sedikit canggung dengan hal itu. Dia hanyalah seorang laki-laki dengan usia lanjut yang berusaha mencari nafkah halal untuk keluarganya.

mendengar ucapan Alman, dia pun berbalik melihat ke arah supir dan meneguk ludanya secara kasar. Benar juga yang dia katakan, bapak supir ini sudah terlalu tua untuk bisa mengangkat beban beratku.

Akhirnya sekali lagi Azra hanya bisa pasrah dan menerima perlakuan Alman.


next chapter
Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C7
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login