Baixar aplicativo
80% Run And Run / Chapter 7: [Kim Taehyung] Pianis Psycho

Capítulo 7: [Kim Taehyung] Pianis Psycho

"Selanjutnya, berita terpanas dari liga major. Kim Soohyun, pitcher kebanggaan korea selatan yang telah merumput bersama klub Tiger selama sepuluh tahun lebih, akhirnya memutuskan pensiun dari olahraga yang telah melambungkan namanya itu. Bertepatana dengan kontraknya yang habis di musim kemarin, Kim memutuskan untuk tak memperpanjang kontrak dan justru menyatakan pensiun setelah diagnosis dari sang dokter--bahwa cidera bahunya semakin parah dan harus segera di operasi. Beberapa fans merasa kecewa dan sedih atas keputusan Kim, namun mereka juga menghargai dan berterimakasih atas pencapaian Kim selama ini. Terbukti dengan hastag #ThankYouKimSoohyun yang menjadi trending selama berjam-jam di beberapa media sosial sejak berita pensiun ini keluar. Mari kita doakan yang terbaik untuk Kim Soohyun, si legenda baseball dari Korea Selatan."

Kim Taehyung mematikan saluran radio dari ponsel pintarnya. Harinya semakin buruk setelah mendengar kabar itu. Sebagai fans garis depan dari sang pitcher, Taehyung merasa dunianya hampir terasa runtuh. Sedikit berlebihan memang. Tapi begitulah... Bagi Taehyung, Kim Soohyun itu bukan hanya panutannya, tapi juga sosok yang telah menyelamatkannya hidupnya.

"Sudahlah, Tae. Mungkin itu keputusan terbaik bagi Kim Soohyun-nim." Seokjin menghibur.

"Kim Soohyun-nim mungkin memang pensiun bermain di lapangan, tapi bukan berarti dia akan selamanya berhenti dari baseball kan?" Jimin menimpali.

Taehyung menggeleng. Menyugar rambutnya frustasi. "Masalahnya, dari rumor yang beredar. Dia telah menolak tawaran Tiger untuk menjadi pelatih setelah masa pemulihan dan dia akan berhenti selamanya dari dunia baseball. Makanya aku sampai sekacau ini."

Baik Seokjin, Jimin, dan Jungkook hanya bisa menghela napasnya.

"Sorry to hear that, hyung. Tapi mungkin saja, Kim Soohyun-nim punya rencana sendiri yang belum ingin ia sampaikan." Giliran Jungkook yang berujar.

"Entahlah... Semoga saja," balas Taehyung.

Suasana dorm hening sejenak. Hingga Jimin memekik dan membuat ketiga orang lainnya berjengit, lalu mengomel pada si pembuat keributan.

"Apa sih, Jim?" Omel Taehyung.

"Aku lupa. Kemarin gadis itu menghubungiku," lapor Jimin. Lalu merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel miliknya.

"Siapa?" Tanya Seokjin.

"Itu! Si pianis pyscho," jawab Jimin sambil menscroll layar ponselnya.

"Ah, Kim Sohyun."

"Ini!" Jimin menunjukkan layar ponselnya pada Taehyung dan Jungkook. Menampilkan aplikasi pengiriman pesan dengan nama kontak 'Pianis Psycho' di sana. "Cafe Byeol-Byeol. Sabtu. Pukul Sepuluh. Dia memerintahkan kita untuk kesana."

"Kenapa kita harus datang," dengus Taehyung.

"Ck! Kau lupa kalau kita kalah taruhan dari dia." Jungkook baru ingat sekarang. Bahwa mereka bertiga punya hutang pada gadis menyebalkan itu.

"Ah, sialan! Lagian darimana dia bisa dapat nomormu? Apa dia itu penguntit?" Tuduh Taehyung.

Membuat Jimin berdehem pelan. Sebelum akhirnya mengangkat salah satu tangannya sambil nyengir, "Aku yang menghubunginya duluan, hehe."

Taehyung melempari Jimin dengan kulit kacang sambil mencak-mencak, "Yak! Kenapa malah kau yang menghubunginya dulu? Dasar buaya darat. Jangan bilang kau malah ingin pendekatan dengannya!"

"Kau gila! Siapa juga yang mau dengan psycho sepertinya. Cantik dan keren sih, tapi sombongnya minta ampun."

"Lalu kenapa hyung malah menghubunginya? Padahal bisa saja kan dia lupa pada kita." Kini Jungkook ikut-ikutan menyalahkan Jimin. Sementara Seokjin hanya bisa menyimak dan sesekali menggelengkan kepalanya, melihat kelakuan para magnae linenya itu.

"Jangankan menghubunginya, berpikiran ingin berurusan dengannya saja tidak. Beberapa hari terakhir, aku bahkan harus berputar arah agar tak melewati gedung jurusan seni, berharap tak berjumpa dengannya," keluh Jimin. "Tapi kemarin apes, dia mencegatku dan menagih janjinya. Dia bahkan mengancam akan melaporkan perbuatan kita ke wakasek kalau kita mencoba kabur darinya. Dia itu seperti hantu saja, ih, mengerikan." Jimin berdegik ngiri.

"Jadi, hyung menghubunginya begitu?" Jungkook meminta kejelasan.

"Eoh!"

"Yak! Bukan kah ini tindak pengancaman namanya?" Taehyung masih berusaha berkelit. "Bagaiamana menurtmu, hyung?" Meminta pendapat pada Seokjin.

Seokjin yang sejak tadi menyimak, hanya menggut-manggut, lalu menjawab, "Ku rasa tak ada yang salah."

"Ha? Apa maksudmu, hyung?"

"Kim Sohyun. Gadis itu berhak menagih janjinya. Dan kalian harus memenuhinya."

"Hyung! Kenapa kau jadi membelanya," kesal Taehyung.

"Iya, hyung. Kau itu teman kami bukan sih? Harusnya kau membela kami." Jimin menimpali.

Seokjin hanya mengangkat bahu acuh. "Membela yang benra tak harus memandang status kan. Lagi pula, kalau kalian laki-laki sejati, harusnya ya menetapi janji. Pengecut namanya kalau lari dari masalah." Dia bangkit, lalu menepuk pundak Taehyung dan Jimiin.

"Makanya lain kali, jangan buat taruhan dengan sembrono." Seokjin menasehati. "Jadi, cepat selesaikan masalah kalian dengan gadis itu kalau tak ingin dihantuinya."

Baik Taehyung, Jimin, dan Jungkook hanya bisa menghela napas. Membenarkan semua ucapan hyung mereka.

Baiklah... Mereka mengaku kalah. Tapi...

"Aku weekend ini tidak bisa. Ada peringatan kematian leluhur yang harus ku datangi." Jungkook yang buka suara pertama kali.

"Aku juga. Harus menjenguk nenekku di Busan yang sakit." Jimin ikut-ikutan.

"Kalau begitu, aku juga." Taehyung mengangkat tangannya.

Jimin, Jungkook, dan Seokjin memandangnya tak percaya.

"Bukannya kemarin lusa, kau, yang mengajak kita hangout. Katanya daripada tak ada kerjaan di rumah," tandas Jimin.

Membuat Taehyung tak dapat berkilah lagi.

"Lalu aku harus bagaimana?" Erang Taehyung frustasi.

"Ya, temui dia. Dan tanyakan apa yang dia mau," jawab Jimin. "Mudah kan?"

"Mudah pantatmu! Aku malas berurusan dengannya."

"Tapi hanya kau yang tidak ada acara, hyung," ucap Jungkook sok memelas. "Aku sih mau-mau saja bertemu dengannya, tapi tidak mungkin aku menolak datang ke acara itu. Bisa-bisa digantung ibuku, nanti."

"Aku juga." Jimin berakting. "Kau tidak kasihan pada nenekku yang sudah renta? Bagaimana kalau ini adalah terakhir kalinya aku bisa melihatnya?"

Taehyung berdecak. "Ku doakan nenekmu segera--"

"OHO!" Potong Seokjin, Jimin, dan Jungkook bersamaan.

"APA?" Sentak Taehyung. "Segera sembuh! Aku mau bilang, semoga nenekmu segera sembuh, ck!"

Ketiga orang itu terkekeh geli.

"Oke, sudah diputuskan. Sabtu, pukul sepuluh. Kau menemui gadis psycho itu di cafe Byeol-Byeol." Jimin mengetok meja dengan tangannya tiga kali.

"Lalu bagaiamana kalau dia mengamuk saat tahu cuma aku yang datang," protes Taehyung.

"Ya bilang saja, yang lain ada acara. Nanti kalau dia minta yang aneh-aneh dan harus dilakukan kita bertiga, kau hubungi saja kami."

"Nah, begitu saja, hyung."


next chapter
Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C7
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login