Sesaat kemudian Jay sudah meninggalkan Nurul jauh, berhasil keluar dari sekolah, segera bersembunyi di salah satu warung yang ada di dekat pintu gerbang sekolahnya, setelah memilih tempat yang bagus sambil berpura-pura membeli, tak lama kemudian sosok Nurul segera menyusulnya, hanya saja jelas dia tidak melihat sosok Jay sehingga kemudian dia dengan kesal bergumam dan berjalan ke arah yang lain.
Setelah merasa bahwa Nurul telah pergi, Jay yang dalam suasana hati baik tentu saja segera keluar dari dalam warung tersebut dan berjalan menuju ke arah area penjemputan, meski tidak ada ruang kusus penjemputan tetapi pada dasarnya bagi orang tua murid dari sekolah SMP tempatnya bersekolah, yang ingin menjemputnya rata-rata mereka akan menunggu di pinggir jalan masuk dari jalan menuju ke sekolahnya.
Dan mengingat hari ini adalah hari Rabu, di mana hari ini adalah hari ketika Sang Bapak menjemput dirinya, jadi kemudian Jay segera mencari sosok sang Bapaknya, yang biasanya akan menjemput dirinya seminggu dua kali, yaitu pada hari Rabu dan hari Jumat, di mana kedua hari tersebut adalah hari di mana Sang Bapak memiliki waktu luang yang lebih atau memiliki jam kerja siang sehingga kemudian bisa menjemput dirinya.
Tak berapa lama kemudian sosok yang dikenal oleh Jay, sedang menunggu dirinya bersantai di sebuah motor 4 tak bermerek Karisma, Sang Bapak nampak menggunakan pakaian biasa dengan celana panjang dan senyum yang ramah, saat ini jelas terlihat bahwa Sang Bapak sedang mengobrol dengan seorang bapak-bapak lainnya, yang juga saat ini nampak sedang menunggu.
" Pak " sapa Jay kepada Sang Bapak, melihat wajah bapaknya yang masih muda Jay teringat bahwa saat ini Sang Bapak belum mencapai usia 40 tahun atau menurut perhitungan waktu Sang Bapak hanya berusia sekitar 38 sampai 39 tahun, jadi bisa dikatakan saat ini wajah bapaknya masih terbilang cukup mudah jika dibandingkan ketika Jay ingat di tahun 2020-an sang ayah sudah mulai memiliki banyak uban dengan umur lebih dari 50 tahun.
Jadi bisa dibayangkan kontrasnya sangat jauh, Jay yang melihat wajah sang Bapak tentu saja sangat senang dan tidak bisa menghela nafas, dulu dia masih ingat ketika dirinya masih bersekolah SMP bawa Sang Bapak yang bekerja di salah satu perusahaan BUMN negara yang bergerak di bidang konstruksi, adalah seorang Staf Quality control yang memiliki jam kerja shift.
Sehingga pada dasarnya dikarenakan kesibukan Sang Bapak, terkadang hari libur Sang Bapak pun tetap bekerja sehingga dalam hal ini waktu yang dihabiskan oleh Jay bersama dengan bapaknya menjadi berkurang, namun dia juga mengerti bahwa apa yang dilakukan oleh bapaknya adalah sesuatu yang memang harus dilakukan sebagai kepala rumah tangga.
Demi mencukupi kebutuhan dan juga demi membuat biaya sekolahnya, sehingga memang semenjak dahulu Jay bisa dikatakan sebagai anak yang penurut tidak ingin merepotkan kedua orang tuanya, karena dirinya paham bahwa mereka telah bekerja keras untuk bisa menyekolahkan dan juga menghidupi dirinya beserta keluarga mereka.
" Nah kamu udah pulang, salam dulu nih sama Om Rian, bapaknya Lia" kata sang bapak membalas sapaan Jay dan kemudian memberikan intruksi untuk juga menyapa seorang pria yang seusia bapaknya
" Ohh...halo Om" kata Jay dengan sopan
" Halo Jay, kamu ngeliat Lia?" Tanya Om Rian
" Ga om, kita beda kelas" jawab Jay sambil tersenyum
" Oh ya Om lupa, om baru inget kamu sekarang kelas dua dan beda kelas" balas Om Rian setelah menyadari bahwa kini Jay berbeda kelas dengan anaknya
" Ok Om, kalo gitu saya pamit duluan" kata Jay lagi dengan sopan berpamitan
" Baiklah, hati-hati kalo gitu" jawab kembali Om Rian
Jadi kemudian Jay yang telah menaiki motor bersama dengan Sang Bapak, segera bergegas pulang menuju ke arah rumahnya, Adapun arah rumah yang mereka tuju terletak sekitar 2 sampai 3 km dari sekolah, jika menggunakan angkot maka dibutuhkan waktu 15 menit sampai 20 menit untuk sampai.
Hal tersebut jelas bisa dikatakan sangat lambat, namun tidak Ada yang bisa Jay lakukan karena jalan utama penghubung yang saat ini menuju ke daerah rumahnya, bisa dikatakan banyak terdapat lubang dan juga rusak sehingga kemudian untuk mobil melewatinya dibutuhkan ekstrak kehati-hatian, sedangkan untuk motor sendiri dikarenakan ukurannya lebih kecil sehingga pada dasarnya bisa lebih bebas untuk melewati jalan tersebut, hanya saja juga ke hati-hati yang dibutuhkan karena kembali lagi jika hujan maka jalanan berlubang tersebut akan tertutup sehingga dapat menimbulkan kecelakaan.
Untungnya saat ini musim kemarau sehingga pada dasarnya lubang-lubang tersebut nampak jelas terlihat dan tidak tertutup, ada yang harus merasakan kembali jalan berlubang menggelengkan kepalanya di mana daerahnya belasan tahun kemudian, bisa dikatakan sangat berkembang.
Semua jalan utama di daerahnya saat ini, akan digantikan oleh jalan beton, dan jalan tersebut akan memanjang dari satu ujung ke ujung yang lain yang berkisar belasan sampai puluhan kilometer, dan di sepanjang pinggiran jalan tersebut akan terdapat banyak bangunan Indomaret dan Alfamart.
Yang bisa dikatakan memenuhi jalan ini, belum lagi beberapa perumahan juga akan muncul, yang disertai dengan berbagai macam toko dan juga cafe, namun jelas hal tersebut berlaku di atas tahun 2015 ke atas, dan saat ini pada tahun 2005 bisa dikatakan hal tersebut masih sangat jauh.
Kini Yang ada di pinggir jalan adalah warung-warung biasa kecil, beserta dengan beberapa warteg, sisanya untuk toko elektronik atau bahkan untuk toko perabotan pada dasarnya, tidak ada di jalan ini seingat Jay, hanya ada ketika pada tahun 2010, satu persatu ketika jalanan mulai membaik toko-toko tersebut mulai dibuka.
Dia juga masih ingat bahwa konter HP di daerahnya yang saat ini bisa dikatakan sangatlah jarang dan juga susah, hanya ada di dekat sekolahnya dan juga di dekat jalan raya provinsi, jadi kemudian ketika dia ingin membeli HP saat dirinya dihadiahi oleh kedua orang tuanya ketika naik ke kelas 3, orang tuanya harus berbelanja ke ITC yang berjarak belasan km dari rumahnya.
Jadi bisa dibayangkan perkembagan di daerahnya meski di dekat jalur provinsi tapi pada dasarnya, sangatlah lambat.
Sepanjang perjalanan sang Bapak bertanya tentang keadaan sekolah, menanyakan kepada dirinya Apakah dia mengalami kesulitan atau apa ada sesuatu yang perlu diminta bantuan dari Sang Bapak, jay yang telah dewasa tentu saja berbeda ketika menjawab pertanyaan Sang Bapak, dirinya berkata bahwa semua baik-baik saja dan tidak ada yang perlu di risaukan.
Sehingga dalam hal ini Sang Bapak bisa memiliki ketenangan pikiran, Adapun kemudian pikiran Jay selanjutnya adalah dia berkata kepada sang Bapak bahwa dia pasti akan menjadi juara kelas, ya Jay bisa dikatakan sebagai salah satu anak yang berprestasi, semenjak dia duduk di kelas 1 SMP dia sudah mendapatkan peringkat pertama di kelasnya.
Hanya saja hal tersebut menurun ketika dia berada di kelas 2 di mana dirinya turun menjadi peringkat ketiga, dan hal yang konyol adalah bahwa penurunan tersebut diakibatkan karena tontonan Smack Down yang saat itu sedang booming, dan Jay yang juga menjadi salah satu penggemarnya menjadi sangat tertarik untuk menonton.
Dan seringkali ketika dirinya memiliki waktu yang bebas dia akan bermain SmackDown dengan teman teman lelakinya di kelas, yang jelas ini adalah sesuatu yang kekanak-kanakan, dan ketika dia memikirkannya dia merasa malu sendiri.