Chpter terispirasi dari anime blue period (anime bulan oktober)
Tapi ini di buat bukan dari alur blue period melainkan ikut di Saenai Heroine no Sodatekata.
Pengenalan tokoh Haruka sebagai :
Haruka Katagawa, anak berumur 16 tahun kelas 2 SMA, Preman sekolah, dan malas belajar, namun pintarnya dia yaitu ranking pertama dari bawah.
Keluarganya hanya ada ibu, ayah sudah minggat, ibunya bekerja sebagai penjual bento pagi sampai siang, bukan pemilik kedai namun ibunya kerja di situ.
Lanjut ke cerita.
Aku tersadar setelah mendapatkan benturan di kepala, namun saat ku buka mataku aku sudah berpindah tempat lagi.
"Hmmm sekarang siapa diriku?" tanya ku entah ke siapa
Peri baik menyebutkan siapa diriku ini.
"Tugas mu kali ini emmm, tidak ada yang berarti, cuma ujian hidup akan lebih berat, kamu coba judi otomatis pilihan mu di kalahkan" kata peri jahat
"Jika aku pasang dua judi yang berbeda?" tanya ku
"Yang lebih besar yang kalah" balasnya
Aku jadi kepikiran sesuatu (jika pilihan ku selalu salah, maka tinggal ku suruh orang lain untuk main yang beda dengan pilihan ku dan pasang judi lebih besar)
"Jangan lakukan itu, begini saja untuk hidup mu di sini (peri jahat menjentikan jari)"
Semua ingatan judi Haruka terkunci termasuk cara main cripto, sandi akun, dan siapa itu Haruka Shinomiya, terkunci semuanya.
Lalu yang di ingat apa?
Ingatan baru saja. (Author ingin buat cerita yang fresh sebabnya, walaupun udah mlenceng dari reinkarnasi, tapi biarlah, Author kurang sreg kalo mc sukses terus)
Note : keahlian masih ada namun itu berupa bakat, jadi perlu pemicu untuk menggunakannya seperti usaha yang keras.
.
Jam 9 pagi di sekolah.
"Oi ada rokok tidak?" tanya ku pada teman se rumpun preman
"Kosong, ayah ku tidak merokok pagi tadi" balasnya
"Kamu?" tanya ku ke satunya
"Kosong juga, habis kemarin malam"
"Tidak punya juga?" tanya ku ke teman yang terakhir
"Tidak, aku ada uang sebenarnya namun susah belinya" (umurnya sama dengan ku)
"Hmm, nanti malam apa jadi nongkrong di warnet?" tanya ku
"Gas gas saja sih, tapi saran ku ke karaoke saja, kita pesan pemandu yang cantik nanti"
"Wah ide bagus itu" ucap ku
"Kamu ikut tapi ada uang tidak?" tanya si b padaku
"Jika 400 yen ada" balas ku
"400 yen dapat apa bangke"
"Es teh juga dapet, kalian yang bayar ruangannya" balas ku
"Yehh"
.
"Ini btw sekolah kok sepi banget ya" kata si C
"Kan belum waktunya istirahat bro" balas ku
"Ah benar juga, istirahat kan 30 menit lagi"
"Kelas mu bukannya di isi Kirin sensei, apa kamu tidak takut guru killer itu mencari mu Haruka?"
"Halah, ia sudah tidak peduli padaku, jadi aku bebas di kelas"
"Mantap, kamu memang panutan kami soal murid terbandel" ucap si D
"Hahaha kalian ini ikut di generasi terburuk juga jadi kalian juga panutan ku juga" balas ku
.
Tanggal 3 Februari 2021.
Jam 9.30 istirahat pertama.
Seorang siswi mendatangi kami yang sedang nongkrong di belakang sekolah.
"Haruka" ucapnya dengan agak takut
"Dia siapa?" aku bertanya
"Dia bukannya ketua kelas mu" balas si C
"Apa iya, aku tidak kenal kayaknya" balas ku
"Haruka, kamu di suruh menghadap ke Kirin sensei, jika tidak hadir ia akan menelepon orang tua mu" ucap si Yumi (ketua kelas ku)
"Noh kan sudah ku bilang bakal di cari"
"Diam dulu, aku di panggil untuk apa" ucap ku pada Yumi
"Absen, nilai, bolos pelajaran, dan penampilan yang buruk" balasnya
"Hebat banyaknya, tamat riwayat mu Haruka" ucap si B
"Otw bawa peti mati tuh"
"Sudah diamlah kalian, untuk mu kapan sensei menyuruh ku datang?" tanya ku
"Saat ini atau saat pulang nanti datangah ke ruang guru"
"Baiklah" balas ku mengerti namun tidak peduli
Note : di sini Haruka berniat uji coba dulu.
.
Si ketua kembali sementara diriku lanjut nongkrong sampai istirahat selesai.
.
Masuk kelas.
Ku lihat siswa siswinya sepertinya takut kepada ku, apalagi yang duduknya dekat dengan tempat duduk ku.
.
"Oi apa pelajaran selanjutnya?" tanya ku pada laki laki cupu di samping ku
"Baik" balas ya dengan panik
"Hei aku bertanya apa pelajaran selanjutnya kenapa malah di balas baik!" ucap ku
"Anoo ppeel.. Aajaran.. Berikutnya adalah Kimia" balasnya
"Oh"
Ku buka tas ku.
Zonk~~
"Mantap ni bocah, bawa tas tapi isinya malah kaos saja, buku ataupun alat tulis saja tidak ada" komentar ku dalam hati saat melihat isinya
Aku kembali duduk tenang dengan posisi garang.
Pak guru masuk.
Ia mengabsen dari pertama hingga.
"Haruka Katagawa" ucap guru dengan ekspresi tidak senang
"Baiklah paling tidak hadir" ucap sensei
"Woi aku ada" teriak ku sambil mengangkat tangan
"Oh ternyata ada" balas si sensei agak kaget
Ia memberikan titik di kolom tanggal 3 februari, namun asal kalian tau, terakhir sensei memberikan titik adalah tanggal 10 Januari lainnya a semua alias alpha.
Note : yang di pegang guru kimia tadi bukan absensi kehadiran harian, tapi absensi kehadiran untuk mata pelajaran nya sendiri.
.
"Paling mau numpang tidur lagi, biarlah, biar Kirin sensei yang menyelesaikan urusan ini sebagai walinya"
Pelajaran di mulai.
Materi Kemolalan.
Tidak ada rumus berat namun lebih menekankan pada ingatan.
Sensei menjelaskan dengan hati hati dan pelan, sebab bab ini perlu pemahaman yang teliti, mudah namun harus teliti.
Aku mendengarkan namun tidak mengubrisnya, kepada ku tidurkan di meja saja.
.
Pertama guru memberikan sampel soal yang mudah pada siswanya, lalu ia mengerjakan dengan step by step.
"Kalian paham?" tanya sensei ke muridnya
"Paham sensei"
Sensei melihat padaku.
Terpikirlah ide untuk mempermalukan diriku.
Ia menulis soal yang kompleks, dengan angka yang di ketahui berupa desimal bukan angka bulat.
Selesai menulis para siswa seperti jadi buta karena bingung cara mengerjakan soalnya.
"Kerjakan dulu, nanti sensei panggil siapa untuk maju kedepan" ucap sensei
"Baik" balas para murid
~ aslinya bilang "Soal kok bikin muntah begini"
.
Baru satu menit.
"Baiklah akan sensei panggil siapa yang maju" ucapnya
Semua murid kaget dong, sebab mereka baru menulis apa yang ketahui, belum sampai mengerjakan.
"Sensei tapi bukannya terlalu cepat?" Yumi bertanya
"Tidak masalah, coba kerjakan saja dulu di depan" balas sensei yang membuat semua kepala murid tertunduk takut maju
.
"Katakawa silahkan maju" suruh sensei
Aku malah bablas tidur beneran.
"Katakawa" ucap sensei sekali lagi
"Usho bangunan Katakawa tolong" sensei menyuruh siswa cupu di samping ku
"Ba.. Ik sensei" balasnya
.
Ia menggoyangkan pundak ku beberapa kali hingga akhirnya aku terbangun.
"Nani?" ucap ku bingung
"Kamu di suruh maju kedepan oleh sensei" balasnya
"Silahkan maju dan kerjakan soal di depan ini Katakawa san" ucap sensei dengan senyuman jahat
"Kenapa harus aku?" tanya ku
"Maju dan kerjakan saja" jawab sensei
Ku lihat soalnya dulu.
"Oh hanya soal setingkat kuliah" ucap ku dalam hati.
.
"Ada reward jika berhasil mengerjakan kah sensei?" tanya ku yang ternyata membuat jiwa saingnya muncul
"Oh, jika kamu mau hadiah, sensei akan berikan uang 1000 yen jika kamu bisa mengerjakan soal yang di depan" ucap sensei
"Mantap, mumpung dompet lagi kosong juga" pikir ku
"Baiklah deal sensei" ucap ku
.
Aku maju kedepan, semua murid menatap ku, mungkin menunggu diriku kebingungan di depan.
Sampai depan, ku ambil spidol.
Ku tulis rumus singkat yang ku dapat dari latihan olimpiade internasional.
Stret sret whostt ceklek (suara terkahir saat menutup kembali spidolnya)
Semua murid melongo.
"Sudah selesai sensei, tolong di cek" ucap ku
Sensei masih melongo juga.
"Kamu mengerjakan dengan cara apa ini, kerjakanlah dengan cara yang sensei ajarkan" ucapnya padaku
"Gak mungkin cukup waktunya, anda memberikan soal yang bentuknya desimal bukan angka bulat, hasil pertama sudah terlalu panjang untuk di masukan ke rumus kedua, lalu masih ada rumus ke tiga dan silang di rumus ke 4, jika angka bulan masih mungkin, namun jika sudah desimal saya rasa terlalu sulit" balas ku
"Katakan saja jika kamu tidak bisa" ucap sensei dengan penuh kemenangan
"Saya bisa, tapi ceklah dulu hasilnya apa benar begini" balas ku
"Apa gunanya ku cek jika caranya saja berbeda, pasti jawaban juga berbeda"
"Apa anda tidak merasa kasihan pada profesor yang menciptakan rumus ini?" aku mulai debat
"Kamu jangan asal, rumus apaan itu tidak jelas begitu"
"Maka mendekatlah dulu, cek dan periksa tolol" ucap ku greget
"Kamu berani mengatai gurumu seperti itu!"
"Anda pintar tapi ku suruh cek saja tidak mau, anda beneran guru atau tukang ledeng!" balas ku
"Tch" (karena menyangkut profesi akhirnya si sensei mau mengecek hasil kerja ku)
Aku masih menunggu di depan.
.
Ia melihat rumusnya dulu.
"Ehh belajar dari mana dia" ucap si sensei karena melihat rumus yang biasanya keluar saat olimpiade nasional
Ia memeriksa step bu stepnya, hingga akhir.
"Apa ia mencontek?" ucap sensei dalam hati
"Tidak mungkin bisa juga, sebab ini soal tidak ada di Internet" pikir ulangnya
"Bagaimana sensei?" tanya ku dengan penuh kemenangan
"Selamat jawaban mu benar" balas sensei dengan berat hati
"Ehhhhh!!!!" teriak semua murid
"Yosh 1000 yen nya mana sensei" ucap ku dengan tangan meminta
"Kerjakan dulu dengan cara yang sensei ajarkan, jika benar baru akan ku berikan" balasnya
"Lah perjanjian di awal mengatakan jika benar aku dapat 1000 yen, jika sensei ingin cara yang sama itu perjanjian yang beda, tentunya reward yang beda pula" kata ku
"Tch mulut anak ini berbisa sekali, jika ku debat aku yang akan kalah" ucap sensei dalam hati
Ia mengambil uang 2000 yen.
.
"Kejadian dengan cara yang sensei ajarkan, 1000 yen lagi untuk mu jika berhasil" ucapnya sambil memasang uang di atas mejanya
"Deal"
.
Aku buka lagi tutup spidol.
Sensei melihat langsung dari belakang.
Cari ruang di papan yang kosong, lalu mulai menjawab, mulai dari yang di ketahui apa saja, masuk yang di tanyakan apa, lalu mulai menjawab dengan rumus pertama.
"Hebat, bocah ini apa pura pura bego sih, semester satu ranking 1 terbawah se sekolah, tapi jika melihat hasil ini apa ia sudah berubah" pikir sensei
Jawaban ketemu, masuk ke rumus ke dua.
Jawab ketemu lagi, lalu masuk ke 3 dan ke 4 hingga akhirnya ketemu jawaban akhir, satu papak tulis penuh tulisan ku yang rapi.
"Wow" ucap Yumi saat melihat jawabannya, ia tak mengira ternyata apa yang di katakan preman kelas bahwa jawaban akan panjang memang benar.
"Silahkan di cek" ucap ku
"Tidak perlu, jawaban mu memang benar, hasil yang kamu katakan susah memang beneran susah, yang lain silahkan catat saja, pahmi jika kesulitan tanya" ucap sensei
Ia memberikan ku uang 2000 yen setelahnya.
"Thank you" Ucap ku
"Sana kembali duduk, kamu pandai, tapi lain kali cobalah memperhatikan sensei, agar kami merasa di hormati, kamu pintar namun tidak punya attitude sama saja kamu produk gagal" ucap sensei
"Baik sensei saya mengerti" balas ku
Semua murid tercengang lagi, notabenya Yumi si peringkat pertama sekelas saja tidak pernah mendapatkan pujian dari guru kimia ini, tapi Haruka bisa dapat.
.
Di bangku ku.
"Mantap untuk karaoke nanti" ucap ku sambil memegang yang
.
Pelajaran berlanjut, sensei mulai aktif bertanya padaku, sehingga aku jadi risih akhirnya, sepertinya sensei mulai menyadari kehebatan ku, sehingga ia ingin memanfaatkannya untuk mendongkrak siswa yang lain.
"Haruka yang bodoh saja bisa masa kalian enggak" begitulah jika di artikan dalam kata kata
.
Pelajaran berlanjut setelah dua jam pelajaran, sekarang berganti ke Matematika peminatan.
Gurunya lebih frendly, aku tidur pun tidak di tegur olehnya, ia punya prinsip, yang butuh nilai kamu, jadi jika ingin punya nilai belajarlah.
Istirahat ke 2 jam 12 siang.
.
"Oi Usho kan namamu" ucap ku pada siswa cupu di samping ku
"Iya kenapa" balasnya dengan gagap
"Belikan aku minuman dan roti" ucap ku
Ia ketakutan.
"Sial uang ku sudah ku pas untuk beli komik nanti" ucapnya dalam hati
"Baik" balasnya lalu berdiri dan ingin keluar dari kelas
Teman yang melihatnya agak miris dengan nasibnya si Usho namun mereka pilih tutup mulut saja, sebab Haruka itu permen, pernah sekali ada yang menyuruhnya berhenti, tapi hasilnya yang menyuruh tadi bernasib di rumah sakit, mereka mengira bahwa Haruka dan gengnya yang melakukan itu, mereka pun melakukannya dengan bersih sehingga bk tidak bisa menangkap mereka.
Note : kenyataannya yang terjadi, yang menyuruh tadi keracunan makan karena makanan yang ia makan sudah kadaluwarsa.
.
"Hey mau kemana kamu" ucap ku pada Usho yang tiba tiba nylonong
"Mau beli roti dan minuman bukannya?" balasnya
"Sini dulu" suruh ku
Ia kembali.
"Ini uangnya 500 yen, beli rotinya yang 150 yen saja, minumnya susu 100 yen, sisanya untuk mu" ucap ku
"Eh" ia agak kaget, ternyata ia tidak di suruh menjajakan seperti biasanya
"Mau tidak?" tanya ku
"Iya mau" balasnya cepat, ia menghindari Haruka berubah pikiran
.
5 menit ku tunggu Usho akhirnya datang.
Aku dapat dua roti dan satu kaleng susu, dapat kembalian 250 yen.
"Kamu tidak ambil bagian mu?" aku bertanya
"Tidak usah, aku sudah ada bekal makanan" balasnya
"Hmm, ya sudah jika begitu" ucap ku lalu fokus makan roti dan minum susu saja
.
Ku buka ponsel ku.
Note : mereknya parasonic, Android 4.4, hp jadul yang sekarang biasanya para murid sudah pakai ponsel bagus dengan layar full screen.
Tapi tidak masalah, asal ponselnya bisa untuk wa dan main game pou itu sudah cukup.
"Tidak ada chat yang masuk" ucap ku saat melihat wa ku
Ku cek apa benar begitu, pertama cek data apa sudah hidup, lalu cek sinyal, terakhir cek kuota.
"Ada semua walaupun kuota udah kempis kempis, hahaha memang wa nya kosong ternyata" ucap ku dalam hati
.
Ku cek wa dari ibuku yang terkahir kali, yaitu tanggal 2 februari kemarin jam 5 sore.
"Ibu kerja di warung sampai jam 8 malam, kamu jika lapar makan saja makanan yang sudah ibu siapkan di kulkas, panaskan dulu baru di makan" pesan darinya
Tidak ada jawaban dariku, begitu pula pesan pesan ibuku yang di atasnya, yaitu tanggal 31 Januari.
"Ibu membelikan mu seragam baru, lihatlah di kamar mu nanti ya :)"
.
"Lah bocah sudah sad boy, punya ibu cantik yang perhatian pun ia abaikan" pikir ku agak miris
Ku buka pp ibunya.
Beneran cantik dong.
Di jadikan target ewe pun bisa ini.
"Hus sadar Haruka, dia ibumu sendiri" ucap ku menyadarkan kewarasan ku
.
Jam 1 siang.
Pelajaran berlanjut.
Seperti biasa aku tidur saja hingga pelajaran berakhir.
Lanjut ke pelajaran terkahir, yaitu seni rupa.
Pindah ke ruang seni.
Guru hanya memberikan teori, lalu memberikan tugas untuk melukis sesuatu apa yang di bayangkan di pikirkan saat ini.
Tiap murid di berikan kertas gambar dan untuk pensil bawa sendiri sendiri, namun karena aku tak bawa atau entah tak punya aku pinjam ke sensei saja.
Dari pensil HB hingga 8B sensei punya semua.
"Hati hati saat menggunakannya" ucap sensei
Aku yang sadar harganya pasti mahal ku jawab saja iya.
.
Kembali ke tempat duduk ku.
Menggambar pemandangan kota di shinjuku yang pernah aku datangi saat petang.
Gedung tinggi, bangku, dan seorang gadis dengan buku di tangannya adalah objek utama dari gambaran ku.
Sensei melihat gambaran ku namun tidak komen karena ia ingin lihat bagaimana hasil akhirnya.
.
Satu jam berlalu, namun gambaran ku belum sepenuhnya jadi.
Sensei tetap menyuruh kami memanjang gambaran ke depan.
Ya sudah aku pajang saja di sana, gambaran hitam pitih yang ku gambar punya judul.
"Hidup di dunia mu sendiri"
Gambaran ku langsung jadi pusat perhatian karena detail yang ku mainkan sangat bagus dan rapi.
.
.
.
"Terima kasih atas pensilnya sensei" ucap ku
"Kamu tau Haruka kun, pembuat pensil ini punya kebanggaan jika pensil buatannya bisa di gunakan untuk sebuah mahakarya, kurasa kamu termasuk ke dalamnya, karya mu belum sepenuhnya jadi, tapi apa alasan mu menggambar itu?" sensei bertanya
"Kurasa seperti yang sensei suruh, itulah ide yang muncul di kepala ku" balas ku
"Tidak ada makna lain? Padahal sensei berharap banyak loh" ucapnya
"Jika makna kurasa banyak, contohnya ku buat buku ini hitam tanpa bayangan karena, pengalaman buruk itu seharusnya jangan menimbulkan jejak, bukan maksud jelek tapi lebih baik di lupakan saja" ucap ku
Sensei kaget karena tidak menyadari hal itu.
"Lalu kenapa wanita di sini membaca buku itu?"
"Setiap orang belajar bukan hanya hal baik saja, hal baik ada karena ada yang buruk, jadi pelajari keduanya" balas ku
"Kamu sepertinya berbakat dalam seni, cobalah nanti atau besok datang kemari sepulang sekolah" ucap sensei
"Untuk apa?" tanya ku
"Pelajari sendiri dan lihat dengan mata mu" balasnya
"Hmmm., baiklah sensei"
.
Jam 2.45 kembali ke kelas persiapan untuk pulang.
Jam 3 siang bel berbunyi langsung ku gas keluar kelas, aku tidak mau bertemu dengan Kirin sensei, ia beneran guru killer sebabnya.
Jika aku ke parkiran sepertinya Kirin sensei sudah bersiap di sana, jadi ya sudah aku langsung ke ruang seni saja.
.
Di sana sudah ada beberapa siswa, kurasa mereka dari anggota klub seni sih.
Karena aku masuk tiba tiba tanpa mengetuk, semua pandangan ada padaku.
"Halo semuanya, bu Rin menyuruh ku kemari, jadi aku ingin mampir sebentar" ucap ku agar tidak canggung
"Haruka!" Yatora teriak padaku (Lihat anime Blue period gan)
"Yatora!" balas ku
"Gawat sekarang ada dua preman" kata Yamamoto
Aku ikut duduk bersamanya.
"Kamu mau ikut klub seni juga?" ia bertanya padaku
"Eh ini klub seni beneran?" ucap ku
"Iyalah, kamu kira ini klub sepak bola" kata Umino
"Ya siapa tau klub penyuka seni" balas ku
"Bukanya kamu di cari Kirin sensei tadi?" Yatora bertanya
"Sudah selesai urusan ku kok" balas ku
"Eh, ku lihat tadi Kirin sensei baru keluar kelas ku" ucap Shoko
"Kamu beneran sudah?"
"Sudah sudah, diam saja" balas ku
.
Rin sensei datang(pembina klub seni)
"Silahkan lihat lihat dulu Haruka" bu Rin menyuruh ku
"Iya" balas ku
Ia maju ke depan lalu mulai bicara kepada anggota klub..
"Aku punya informasi untuk kalian yang ingin surat rekomendasi dari universitas seni, lomba bulan Maret dengan tema building, pengumpulan karya bulan februari akhir, seleksi tanggal 1 - 3 maret, pengumuman pemenang 5 maret, yang ingin ikut bicara pada sensei nanti" ucap Rin sensei
Aku pikir itu adalah kesempatan ku untuk mengubah hidup.
"Sensei apa ada hadiah uang nya?" aku bertanya
"Karena ini berskala nasional, ada uang pembinaan nantinya, mungkin 50 - 100 rb yen" balasnya
"Lumayan jika menang tuh" ucap ku
"Jangan berharap hadiahnya dulu, pesertanya bukan hanya setingkat sma saja, kuliah, smp, sd boleh ikut, artinya tidak ada batasan umur, cuma yang pro tidak boleh ikut, karena ini untuk amatir dan yang belum memulai debut" ucap sensei
.
.
Jam 4.
Sensei menyuruh anggota klub untuk mulai menggambar, atau bisa di bilang latihan menggambar, tapi untuk diriku ya hanya lihat lihat saja, sebab aku tidak punya alat gambar atau alat lukis.
"Mau coba menggambar?" Mori Senpai bertanya sambil menyodorkan alat gambar cadangannya
"Boleh ku pinjam?" tanya ku
"Silahkan saja"
Ku ambil peralatan dari tangannya.
Aku duduk di dekat Yatora yang sekarang sedang menggambar bola mungkin karena bentuknya bulat.
Pergi ke depan dulu.
"Sensei boleh minta canvasnya satu yang sedang?" tanya ku
"Emm, silahkan saja, tapi kamu harus gabung di klub ini dulu, sebab aset di sini untuk anggotanya saja"
"Baiklah aku akan gabung" ucap ku dengan mudah
"Eh" ucap yang lain
"Jangan Eh, kalian itu pada anggota baru harusnya ramah tamah" komentar ku
"Heee"
"Bodo amat!" teriak ku pada mereka
.
Canvas siap, lalu ku mulai menggambar sketsa.
Building yang artinya bangunan, aku menggambar dengan tema itu (Haruka mau ikut lomba)
Jam 5 pulang, namun gambaran belum selesai, kata sensei bawa pulang saja canvasnya, jadi ya ku bawa pulang.
.
Pulang jalan kaki dan sepertinya bu Kirin juga sudah pulang, jadi save to come back.
.
Sampai rumah jam 5.20.
Ku lihat ibu sedang memasak di dapur, jika seingatku bahwa Haruka yang ini orangnya cuek dengan ibunya, ia menyalahkan segala hidupnya kepada ibunya.
"Aku pulang" ucap ku
Tang!
Suara sendok sayur jatuh.
"Apa yang terjadi?" tanya ku
"Maaf ibu kaget karena kamu biasanya masuk tanpa bilang seperti tadi" balasnya
"Hmm" ucap ku
.
Mandi lalu makan bersama dengan ibu jam 6.30.
"Kamu ada masalah?" ibu bertanya
"Tidak, aku baik, kenapa memangnya?"
"Kamu tidak biasanya makan bersama dengan ibu, jika bersamaan juga biasanya makanan kamu bawa masuk ke kamar, ibu mengira kamu ada masalah karena berubah tiba tiba"
"Tidak ada kok" balas ku
.
Diam beberapa saat, jujur aku bingung memulai obrolan juga, ibuku terlalu cantik untuk seumurnya, mungkin jika kami jalan bersamaan, orang akan mengira kami ini sejoli.
"Emm begini Haruka kun, ibu mau mengatakan sesuatu" ucap ibu
"Mau bilang apa?" tanya ku
"Maaf sebelumnya, ibu rasa kamu tidak akan bisa kuliah, ibu tidak ada biaya, rumah ini masih kontrak, ibu ada hutang juga, lalu ada tagihan yang besar tiap bulannya, sisa gaji ibu hanya cukup untuk makan, jika sisa sedikit pun ibu tabung jikalau ada kejadian mendesak, jadi maafkan ibu tidak bisa menyekolahkan mu hingga kuliah" ucapnya
"Sekolah negeri juga tidak bisa bu?" tanya ku
"Tidak bisa, biaya kuliah negeri 300-500 rb yen per tahun, sementara ibu paling hanya bisa menyisihkan uang 20 rb yen saja per bulan itupun paling banyak"
"Kita tidak bisa dapat bantuan?" tanya ku
"Maksudnya beasiswa?" ibu bertanya
"Ya"
"Ibu tidak tau urusan begituan, dulu ibu pernah kuliah juga, namun ibu tidak ambil beasiswa karena prosesnya rumit, jika kamu memang masih berniat kuliah, kamu persiapkan sendiri mulai sekarang, ibu jika di suruh membantu tidak ada waktunya"
"Ya" balas ku
.
Ibu jam 8 pamit untuk kerja di tempat cucian pakian.
.
Jam 10 malam tidur, lalu besoknya jam 5 aku bangun duluan.
Masak nasi hanya dua cup kecil, lalu masak sayur sawi kecap tambah tahu, sebenarnya jika ada daging di kulkas ingin masak itu saja, namun karena adanya bahan tadi ya sudah, masak seadaanya.
.
Jam 6.30 makan sendiri sebab ibu masih tidur.
Jam 6.45 ku bungkus makanan untuk di makan ibu jika ia bangun nanti, lalu jam 7 nya berangkat sekolah.
Kirin sensei ternyata telah menunggu ku di depan gerbang sekolah.
"Haruka!" teriaknya saat aku mencoba melarikan diri
"Baik bu ada apa?" aku bertanya
"Ikut ibu ke ruang bimbingan sekarang!" teriaknya dengan galak
"Baik bu!!!"
.
Di ruang bimbingan.
"Dimana kamu kemarin, kenapa tidak datang!"
"Emm anu bu anu, ini" ucap ku sambil menunjuk tas ku
"Tasmu kenapa?"
"Bukan tasnya tapi kotak di belakangnya" balas ku
"Lukisan?"
"Iya bu, kemarin aku melukis di klub seni, jadi tidak bisa hadir"
"Rin sensei ya, nanti biar aku berikan ia sp karena mencegah kamu datang" ucapnya
"Ehhh tidak usah bu, aku yang bandel bukan Rin sensei" ucap ku karena aku tidak ingin memberikan masalah pada guru seni itu
"Baiklah mari kembali ke topik pembicaran, kenapa kamu tidak mengisi daftar universitas yang kamu tuju?" bu Kirin bertanya
Next!!!