Baixar aplicativo
6.27% Princess Pamela / Chapter 15: Taka Ada Yang Sempurna

Capítulo 15: Taka Ada Yang Sempurna

Malam kian larut, suasana rumah keluarga Adams, sudah mulai sepi.

Devian Adams dan Sopia Adams tengah tidur di kamar pribadi mereka. Sementara Pamela masih terjaga di dalam kamarnya.

"Di mana Ximana? Kenapa masih belum datang juga?" gumamnya dengan perasaan tak tenang.

Dia takut jika Ximena berubah pikiran dan tidak jadi bertukar dunia dengannya. Dan hal itu tentu saja akan membuat Pamela kecewa.

"Ximena ... ayolah cepat datang, Ximena!"

Pamela duduk seraya memejamkan kedua matanya. Dia terus berdoa agar Ximena tidak berubah pikiran. Sehingga dia bisa pergi ke Negri Violet.

Dan tak berselang lama terdengar benda jatuh dari atap kamar.

Lalu cahaya terang membias dan membuat Pamela menutup mata dengan kedua tangan.

Perlahan cahaya mulai redup dan kembali pada keadaan semula.

"Pamela!" panggil Ximena.

Perlahan Pamela menyingkirkan tangannya. Bibir gadis itu mulai tersenyum, melihat kedatangan orang yang sangat ia nantikan.

"Ximena, akhirnya kamu datang juga!" tukas Pamela.

"Tentu saja aku datang. Aku, 'kan sudah berjanji!" jawab Ximena. Senyuman Pamela kian melebar.

"Iya! Iya! Aku paham!" kata Pamela.

"Bagaimana, apa kamu sudah siap pergi sekarang?" tanya Ximena. Dengan penuh semangat Pamela menganggukkan kepalanya.

"Iya! Aku sudah siap?" jawabnya.

"Masih ingat dengan mantara yang kuajarkan?" tanya Ximena. Pamela menganggukkan kepala lagi sebagai jawaban.

"Tentu saja!" ucapnya.

"Ingat, Pamela. Ini adalah keputusan terakhir, dan tidak bisa diganggu-gugat. Kita akan berpindah selama-lamanya!" tegas Ximena bersungguh-sungguh.

"Aku sudah siap! Dan aku sudah memikirkan semuanya matang-matang!" tegas Pamela.

"Bagus!" Ximena tersenyum dengan kedua mata sayuh.

'Maafkan aku, Pamela,' batin Ximena. Dia tidak yakin Pamela akan bersemangat seperti ini, jika tahu soal perjodohannya dengan Pangeran Drak yang kejam itu.

Tetapi dia berusaha melupakan rasa bersalahnya ini. Tidak ada jalan lain bagi Ximena untuk bebas, selain mengorbankan Pamela.

Dengan keajaiban sihir, mereka betukar wajah. Pamela menjadi Ximena, dan Ximena menjadi Pamela.

***

Pamela sudah lenyap dari hadapan Ximena, dia melakukan perjalanan antar dimensi.

Ia melewati pusara yang tidak bisa dijelaskam oleh kata-kata.

Cermin yang menjadi portal pintu masuk Kerajaan Violet, juga mulai terkikis sedikit demi sedikit. Hingga cermin itu lenyap dari tangan Pamela. Dan sampailah dia di Negri Violet.

*****

Mentari pagi mulai membangunkannya dari celah jendela.

Camelia membuka gorden, dan mulai menyambut Pamela.

"Selamat pagi, Tuan Putri," sapa Camelia.

"Pagi, Camelia!" sahut Pamela.

"Maaf ini, Tuan Putri Pamela, atau Tuan Putri Ximena?" Camelia terlihat bingung.

"Aku Pamela!" tegas gadis itu.

"Ah, syukurlah ... Anda sudah kembali, selamat datang Tuan Putri Pamela,"

"Iya, terima kasih atas sambutannya, Camelia," tukas Pamela.

***

Seperti biasanya mereka pergi ke taman istana.

Tempat itu adalah tempat favorit bagi Pamela.

Dia sangat senang melihat keadaan taman yang tidak berubah. Masih sama ... tetap indah seperti sebelumnya.

"Ya Tuhan, terima kasih aku bisa berada di sini lagi!" ucap Pamela dengan rona bahagia.

Pamela mengulurkan tangannya menghadap pada lebah kecil pencari madu.

Kemudian lebah itu berubah menjadi peri yang cantik.

Pamela sudah tidak heran lagi, tidak seperti saat pertama ia datang kemari.

Kini ia sudah tahu jika semua binatang yang ada di sini bisa berubah menjadi Peri yang bisa berbicara.

"Tuan Putri Ximena, saya kemarin sedang bertugas kelembah utara. Jadi saya tidak bisa mendengar suara indah, Anda," tukas Peri itu.

'Kemarin aku juga sedang ada di dunia manusia, 'kan?' batin Pamela.

Dan Peri itu kembali melanjutkan ucapannya.

"Tuan Putri, bolehkan saya mendengar nyanyian indah, Anda?" tanya si Peri penuh harap.

Pamela tersenyum haru mendengarnya, bahkan hanya sehari saja ia pergi dari tempat ini, sudah ada yang merindukannya.

Tentu dengan senang hati, Pamela akan mengabulkan permintaan si Peri. Namun secara tiba-tiba, ada Peri lain yang menghampiri Peri itu.

"Jangan menyuruh Tuan Putri untuk bernyanyi ... kamu tidak ingat kejadian kemarin?" bisik si Peri pada Peri yang pertama.

"Aku bukanya tidak ingat! Tapi memang kemarin aku tidak ada di taman ini, 'kan? Aku ada di lembah utara!" jawab si Peri yang pertama.

Pamela mendengar pembicaraan mereka, meski hanya terdengar samar.

Raut kecewa terlihat jelas di wajah Pamela.

Lalu Camelia segera menarik tangan gadis itu.

"Camelia! Kau akan membawaku kemana?" tanya Pamela.

"Kita duduk di sana, Tuan Putri! Saya akan bercerita tentang kejadian kemarin!" ucap Camelia.

Pamela tampak pesrah, mereka duduk di atas kursi khusus yang jauh dari para serangga-serangga dan bunga. Tentu tujuan Camelia adalah agar tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka.

Lalu Camelia menceritakan kejadian kemarin di taman ini.

Semua bermula dari jelmaan Peri Malam yang memiliki wujud sehari-hari sebagai kunang-kunang.

Peri itu sengaja datang di siang hari untuk menemui Putri Ximena, dan ingin mendengar suara indah Ximena yang menjadi topik pembicaraan para Peri lain. Para kunang-kunang itu mulai memaksa Ximena, dan dengan terpaksa pula gadis itu menurutinya.

Ximena hendak bernyanyi, dan seluruh Peri tampak antusias menunggu suara indah yang akan keluaran dari mulut Ximena.

Namun sayangnya, yang keluar dari mulut sang Putri bukanlah suara yang indah, melainkan suara menyeramkan yang membuat taman istana terguncang.

Para Peri menutup telinga mereka masing-masing. Suara Ximena benar-benar memekakkan indra pendengaran. Para Peri mulai berteriak-teriak kesakitan.

Harapan untuk mendengar suara indah yang menenangkan ... berubah menjadi petaka.

Sesusai nyanyian itu, keadaan taman mulai berantakan.

Camelia, harus memimpin para Peri Pembersih, untuk menata taman. Tentu agar taman itu kembali ke bentuk semula.

Dan sejak kemarin, para kunang-kunang tidak lagi keluar di siang hari. Bahkan saat malam hari pun mereka juga tidak lagi menujukkan eksistensinya.

Sedangkan Ximena, tampak merasa bersalah di dalam kamar. Dia merasa tidak pantas menjadi seorang putri. Karena sudah mengecewakan para rakyat-rakyatnya.

Keputusan untuk pindah ke dunia manusia adalah yang terbaik.

Ximena tak lagi keluar istana sampai malam tiba. Dia hanya bertemu Camelia, dan makan malam sebentar dengan Ratu Vivian. Kemudian dia melakukan perjalanan lintas dimensi.

"Jadi begitu ceritanya," ujar Camelia.

"Wah, jadi seburuk itu suara Ximena?" tanya Pamela yang masih tidak yakin.

Dan Camelia menganggukkan kepalanya.

"Huft ... aku tidak menyangka jika sosok sempurna seperti Ximena itu juga masih memiliki kekukarangan," gumam Pamela.

"Yah ... kurang lebih seperti itu, Tuan Putri," jawab Camelia.

Kemudian Pamela mulai mengumpulkan para Peri, dan ia berencana akan kembali bernyanyi. Untuk menghibur para Peri itu.

"Hai, semua! Ayo berkumpul!" suruh Pamela.

Para Peri itu menuruti perintah sang Putri.

"Tuan Putri, ingin memberikan pengumuman apa?" tanya salah seorang Peri bersayap putih.

"Aku akan menghibur kalian dengan nyanyianku!" jawab Pamela.

Tentu saja para Peri itu tampak syok mendengarnya. Bukan raut kebahagiaan yang mereka pencarkan, tetapi raut ketakutan.

Bersambung ....


next chapter
Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C15
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login