Aku tidak bisa berhenti menangis setelah apa yang dia lakukan kepadaku. Aku tidak lebih dari seorang pelacur dibuatnya. Bahkan, dia dapat tidur tenang di sampingku tanpa merasa terusik dengan isak tangisku. Aku juga tidak sudi berada di sampingnya. Hanya saja, aku tidak bisa berjalan. Selangkanganku terasa sakit sekali. Dia dengan kejam menyiksaku. Dia membuktikan perkataannya sewaktu kami di Bali. Aku pun baru mengerti maksudnya. Bahwa maksud dia akan membuatku lumpuh adalah ini.
Ting, ting, ting. Nada dering ponsel terdengar. Namun, itu bukan punyaku. Itu pasti miliknya. Lalu, aku merasakan ada pergerakan di sampingku. Dia terbangun mendengar ponselnya berbunyi. Ada apa dengan dia? Apa dia tidak menganggap tangisku berisik baginya?
Dia bangkit dari tidurnya untuk mengambil ponselnya yang tergeletak di lantai. Aku segera menoleh ke samping saat dia melakukan itu. Aku tidak sudi melihat tubuh polosnya. Aku jijik melihatnya dan sangat membencinya.