Baixar aplicativo
24% PESONAMU (JENLISA) / Chapter 6: Part 6 (Jennie Meresahkan III)!

Capítulo 6: Part 6 (Jennie Meresahkan III)!

Jisoo yang ditemani Seulgi, Irene, dan Rose pun menuju ke UKS, tepat saat Jisoo membuka pintu. Jisoo dan yang llainnya melihat Jennie dan Lalisa yang bangun dari tidurnya di satu ranjang yang sama.

"Yak unnie, kau apakan Liliku?" Rose.

"KIM JENNIE" teriak Jisoo.

Lalisa yang sadar jika suasana berubah, mulai membuka suara agar tidak terjadi kesalah pahaman.

"Unnie, Lili yang meminta Jennie unnie untuk menemani Lili tidur. Lili takut ruangan ini terlalu sempit. Kaki Jennie unnie juga sedang sakit" Lalisa menampilkan wajah melasnya.

"Apa benar itu Jennie?" Jisoo menatap tajam Jennie.

"Unnie sudah mendengar apa yang dikatakan Lili? Jadi aku tidak perlu memberikan penjelasan lagi" Jennie dengan wajah dinginnya.

"Lili apakah Jennie melakukan yang iya iya padamu?" tiba tiba Seulgi bersuara dan menampilkan wajah mesumnya.

"Yak! KANG SEULGI!" wajah Jennie perlahan memerah saat mengingat kejadiaan beberapa saat lalu.

FLASHBACK

Setelah Jisoo, Irene dan Seulgi pergi menuju kelas masing masing suasana di dalam ruangan hening.

Lalisa sibuk dengan rasa bersalahnya saat melihat kaki Jennie dibalut perban. Jennie sedang sibuk mengalihkan pandangannya dari bibir tebal Lalisa.

Tidak ada yang memulai percakapan. Hingga Lalisa memberanikan diri membuka suara.

"Nini kemarilah" menepuk sebelah bagian kasurnya yang kosong.

"Wae" Jennie mengerutkan keningnya kebingungan.

"Berbaringlah disini, kakimu pasti sakit" Lalisa menunjuk kaki Jennie yang dibalut perban.

" Gwenchana. Ini tidak sakit" tolak Jennie.

Sebenarnya Jennie tidak ingin menolak. Namun Jennie takut berdekatan dengan Lalisa. Takut jika jantungnya yang ribut terdengar oleh Lalisa.

"Tidak ada penolakan" Lalisa memberikan sedikit penekanan disetiap katanya agar terlihat galak. Namun malah terlihat menggemaskan dimata Jennie.

Jennie segera mendekat ke kasur Lalisa dan dengan perlahan membaringkan tubuhnya di samping Lalisa.

Jarak Jennie dengan Lalisa begitu dekat sehingga tercium aroma vanilla yang bercampur dengan aroma tubuh dari wanita jangkung disampingnya itu. Jantung Jennie semakin berdetak cepat dan tidak beraturan. Mungkin aroma ini yang akan menjadi candu Jennie.

"Lili mianhae" Jennie berusaha mengalihkan perhatian dan menetralkan detak jantunganya agar tidak terdengar oleh Lalisa.

"Ani" Lalisa menggeleng gelengkan kepalanya. Jennie yang melihatnya bertambah gemas pada gadis disebelahnya ini.

"Kenapa bisa, semua dilakukannya terlihat sangat menggemaskan di mataku" batin Jennie

"Seharusnya Lili yang mengatakan itu. Lili sudah membuat kaki Nini sakit" tunduknya melihat pergelangan kaki Jennie yang dibalut perban.

"Gwenchana. Ini tidak sakit. Tidak lama lagi pasti sudah sembuh" Jennie menampilkan gummy smilenya.

Lalisa hanya tertunduk merasa bersalah. Lalisa sangat membenci melihat orang disekitarnya terluka. Apalagi jika luka itu disebabkan olehnya.

Walaupun Jennie juga salah namun Lalisa tetap menyalahkan dirinya sendiri yang terlalu hobi menabrak orang.

Jennie yang melihat raut wajah sedih pada Lalisa pun merasa bersalah. Dia memikirkan bagaimana cara untuk menghilangkan raut sedih itu.

Namun semua pikiran Jennie semakin kacau saat tak sengaja menatap bibir tebal Lalisa. Jennie hanya bisa menelan ludah kasar dan berusaha mengendalikan dirinya agar tidak menerkam Lalisa saat ini.

"Kendalikan nafsumu jennie, kau akan mendapat masalah jika Jisoo unnie tau" batin Jennie

"Lili" Jennie

"Ne?" Lalisa masih menunduk

"Kenapa Lili bersedih? Nini tidak apa apa, ini terjadi juga bukan kehendak Lili" Jennie.

Lalisa masih menunduk

"Hey, baby" panngil Jennie mendongakan kepala Lalisa untuk menatapnya.

Tatapan mereka bertemu. Jantung Jennie semakin meronta ronta seperti ingin meledak tak kala Jennie menurunkan pandangannya pada bibir tebal Lalisa.

Jennie sudah kehilangan kendali mulai mendekatkan wajahnya pada Lalisa. Lalisa hanya menutup mata saat merasakan hembusan nafas Jennie menerpa kulitnya wajahnya. Semakin dekat. Semakin dekat.

"Krucuk, krucuk, krucuk" suara perut.

"Nini, Lili lapar. Xixixi" Lalisa hanya menyengir bodoh dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Untung saja suara perut Lalisa berhasil mengehentikan Jennie.

Jennie yang tersadar memundurkan tubuhnya dan memalingkan mukanya yang memerah menahan malu.

"Aishhh. Jennie hampir saja" batin Jennie.

Jennie berusaha menstabilkan detak jantungnya.

"Lili mau apa?" Jennie

"Lili mau uyu coklat" Lalisa. Suka mancing emang si anak ayam ini.

"uyu?" Jennie mengkerutkan dahinya.

"Susu Nini, Lili setiap pagi dan malam selalu minum uyu coklat" Lalisa menampilkan wajah gemasnya.

"Mendekatlah!" Jennie.

Lalisa hanya menuruti perkataan Jennie. Saat Lalisa sudah mendekat.

"Nini akan memberimu susu langsung dari sumbernya" Jennie melepaskan tiga kancing atas kemejanya. Mengeluarkan sebelah payudaranya.

Lalisa sedikit terkejut melihat perlakuan Jennie padanya.

"Lilikan ingin uyu coklat bukan uyu melon" batin Lalisa.

Jennie yang melihat Lalisa hanya diam saja membuatnya kesal.

"Lili tak mau? Yasudah" Jennie

"Ani" Lalisa menghentikan pergerakan tangan Jennie.

"Apa boleh?" izin Lalisa menatap mata jennie dengan puppy eyes nya dan bibirnya yang dipoutkan. Jennie yang melihatnya semakin gemas. Jadi ingin langsung menerkamnya. Tidak Jennie kendalikan dirimu.

"Semua milik Nini adalah milik Lili juga" Jennie merapikan poni Lalisa yang sedikit berantakan.

Dengan sedikit ragu Lalisa mulai melahap payudara Jennie dan menyusu layaknya bayi rakus.

"Lili suka, walau tak mengeluarkan uyu, xixixi" batin Lalisa yang tersenyum dalam kegiatan menyusunya.

Jennie hanya bisa memejamkan mata menahan desahan saat merasakan hisapan Lalisa pada payudaranya. Ada sensasi yang tidak bisa ia jelaskan.

Jennie tidak lupa menarik selimut untuk menutupi kegiatan Lalisa. Lalisa menikmati kegiatannya sambil tangan kirinya menggenggam erat ibu jari gembul milik Jennie. Jennie hanya membiarkan Lalisa melakukan apa pun yang dia inginkan.

Selang beberapa jam kemudian Jennie merasakan hisapan Lalisa mulai melemah. Tenyata Lalisa sudah tertidur, saat Jennie hendak melepaskannya. Tiba tiba saja Lalisa yang merasakan pergerakkan pada Jennie menghisap kuat payudara Jennie. Membuat Jennie mendesah lirih.

"ssshhh" lirih Jennie. Rakus sekali anak ini.

"Semua milikmu Lili, selamat tidur ne" Jennie berbisik di telinga Lalisa yang masih dalam kegiatan menyusunya.

Jennie juga mengusap lembut surai rambut Lalisa. Menyelipkan beberapa rambut yang menghalangi wajah kesukaannya itu. Menata poni Lalisa yang menggemaskan.

Beberapa waktu kemudian Jennie ikut hanyut dalam mimpi.

Jennie mendengar bel istirahat berbunyi, dengan perlahan dia mengelus pelan wajah Lalisa. Lalisa terbangun. Menghentikan kegiatan menyusunya, segera menatap Jennie dan menampilkan senyum andalannya pada Jennie.

Jennie membalas senyuman Lalisa dengan gummy smilenya.

Jennie segera merapikan seragamnya sebelum Jisoo unnie dan teman temannya datang.

"Kenapa Lili merasa kenyang dan lebih semangat. Padahalkan tidak mengeluarkan uyu" monolog Lalisa lirih yang masih bisa didengar Jennie. Jennie hanya tersenyum.

FLASHBACK END

Jennie Pov

"Untung saja aku segera bangun saat mendengar bel istirahat berbunyi. Bisa bisa aku menjadi bulan bulanan Jisoo unnie dan teman temannya jika mereka tahu apa yang terjadi tadi" batinku.

"Apa Lili tidak lapar?"

~to be continued


next chapter
Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C6
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login