Baixar aplicativo
12.5% PERJANJIAN DARAH / Chapter 9: Belit

Capítulo 9: Belit

Mata orang itu mendelik. Menunjukkan rasa kekhawatiran yang sangat.

“Kamu nggak serius kan? Hanya bercanda kan?”

Sebelum jawaban terlontar, dari dalam rumah yang sama tiba-tiba terdengar bagai ada setumpukan piring setinggi satu meter direbahkan ke lantai.

“Pak, memang di rumah ada orang?”

Pria itu mendegut ludah. Dari semula wajahnya kering lima menit lalu, kini terlihat dipenuhi keringat yang mulai menetes melalui dagu.

“Nggak ada nak,” katanya dengan nafas mendadak satu-satu. “Dan rumah itu kosong. Satu piring pun udah gak ada lagi di sana.”

*

Wajah Clara sangat memerah. Malu saat Gilang berhenti mencium. Ia mencoba tersenyum tetapi tidak bisa melakukannya. Sepertinya ia kehilangan kemampuan untuk berbicara atau melakukan hal lain dalam hal ini. Pria itu tersenyum dan mencium lagi. Kali ini Clara mendapati bahwa dirinya balas mencium. Terengah-engah lagi saat ia merasakan tangan kirinya membelai dan kemudian meremas payudara.

Clara terkesiap dengan mulut ternganga saat ia melepas ciuman serta meremas lebih keras dan menyebabkan putingnya menegang serta menambah kurangnya kontrol diri. Lidahnya meluncur lagi ke dalam mulut Clara saat ia mulai merasa pusing yang menjadi-jadi. Lidah mereka beraksi di mulut satu sama lain dan ia tiba-tiba menyadari kancing blusnya dilepas.

“Nooo...”

"Berdirilah sayang," bisik Gilang.

Dan meskipun dilakukan, Clara masih tergagap. “Gilang, a-aku gak bisa melakukan ini, aku m-menikah. A-aku punya suami."

"Terus emangnya kenapa? Gak ada yang akan tahu sayang," katanya, mengabaikan keluhan tadi. Ia melepas blus dari bahu dan lengannya saat kemudian pakaian tadi jatuh ke lantai.

“Nooo....”

Clara mencoba untuk mulai menolak tetapi dihentikan oleh ciumannya saat tangannya menjelajahi punggung. Tak sampai semenit, Gilang sukses melepas kaitan bra dan menariknya lepas dari tubuh Clara. Ini membuat Clara sekarang berdiri telanjang dada di depan seseorang yang hampir tidak dikenal. Saat itu Clara tahu ia seharusnya tidak meminum minuman itu. Ia tahu ia seharusnya tidak datang ke kamarnya. Ia juga tahu ia seharusnya tidak membiarkan orang itu mencium dirinya. Tetapi sekarang sudah terlambat ketika ia berdiri bersamanya. Tidak dapat disangkal bahwa ia pun terangsang dan tidak dapat disangkal juga bahwa ia menikmati saat dianggap sebagai wanita seksi, walau dirinya adalah istri orang lain.

Clara terus terengah-engah dan memejamkan mata saat Gilang mulai mengisap putingku. Awalnya Clara sok tidak tahu akan kemana pertemuan dengan Gilang akan berakhir. Kini ia tahu persis terlebih ketika ia merasakan kancing dan ritsleting rok terlepas dan jatuh ke lantai. Dia mencium payudara dan perut sambil dengan cepat melepas pakaiannya. Dengan perkasa, Gilang mengangkat tubuhnya dan membaringkannya sedikit di pinggir tempat tidur. Ia mencium lutut dan pahanya saat Clara berbaring dan menatap langit-langit. Clara masih tidak percaya bahwa ia melakukannya. Melakukan sesuatu yang tak lain adalah perselingkuhan.

Ia menggigit bibir dan memejamkan mata erat-erat saat merasakan kedua tangannya mencengkeram celana dalamnya dan menariknya ke bawah. Bagaimana bisa seorang wanita yang menikah dengan bahagia, bisa melakukan ini? Ia bertanya pada diri sendiri dalam hati. Namun pada saat yang sama ia tidak ada niat untuk menghentikannya!

Gilang mendorong dua pahanya untuk melebar. Tadinya Clara pikir ia kan mulai melakukan penetrasi. Tapi tidak, Clara mengerang saat ia merasakan lidahnya di kemaluannya. Hangat, basah, dan dengan lincah menari-narikan lidahnya di sana. Punggungnya melengkung saat lidahnya makin lincah bermain. Lenguhan pertama keluar dari mulutnya. Keras. Clara berharap bahwa dinding kamar tidak terlalu tipis saat ia mengeluarkan lenguhan berikut yang jauh lebih keras.

Dan Gilang dengan cepat menemukan klitorisnya. Tangannya pun mencapai payudara dan mulai mencubit puting. Ia sudah benar-benar tidak bisa mengendalikan diri ia ketika tubuhnya mulai dilanda klimaks dahsyat. Gilang menjadi satu-satunya pria selain suaminya yang berhubungan seks dengan dirinya sejak ia menikah. Setelah membuat Clara mencapai klimaks, ia sekarang perlahan mencium perut saat Clara mulai mengatur napas lagi.

"Bagaimana rasanya tuh?" tanyanya sambil menggunakan lututnya untuk membuka kakinya sedikit lebih lebar.

Clara tersenyum. Masih tidak bisa berbicara saat tangannya bergerak di antara mereka. Gilang memindahkan penisnya ke pintu masuk liang kewanitaannya. Tubuhnya tersentak secara spontan saat ia merasakannya sang kejantanan merasuki vaginanya yang amat basah. Mau tak mau ia mengerang saat penetrasi mulai terjadi. Ia harus mengakui bahwa mata dan mulutnya melebar saat merasakan ukuran dan panjangnya saat bend aitu memasukinya.

"Buka kakimu lebih lebar agar aku bisa langsung masuk ke dalam dirimu," pintanya.

Dan Clara mendapati diri melakukan apa yang dia minta. Ia heran bahwa ia bisa mematuhi instruksi dengan begitu mudah. Ia heran bahwa ia bisa membiarkan pria lain mendapatkannya dengan mudah. Terlebih lagi ia heran bahwa ia benar-benar menikmati apa yang sedang terjadi.

Clara mengerang keras lagi saat Gilang menyodok tepat ke arahnya. Penetrasi sudah terjadi. Kejantanan berbalut cairan cinta telah dengan leluasa memasuki tubuhnya. Intensnya Gerakan membawa nikmat tiada tara dan itu membuat Clara kemudian memegang bagian belakang lehernya saat ia bergerak masuk dan keluar dengan cepat. Jujur saja, Gilang itu lebih pendek tubuhnya daripada dirinya yang bongsor. Meski begitu penisnya jelas lebih besar. Setiap dorongan ke dalam membuat ia mengerang "ohh" dan saat dia mempercepat reaksi verbalnya.

"Oh yes, ini keren," komentarnya.

Clara lemas. Ia melihat payudaranya jadi bagai jelly. Bergetar seiring setiap dorongan.

“Oh yessss, lihat tuh, kontolnya masuk ke kamu."

Untuk pertamakalinya ia berucap vulgar dan kotor. Namun entah mengapa, ia suka. Dan tentu saja Clara tahu apa yang terjadi. Ia hanya bisa merasakan walau tidak bisa melihat.

“Kamu suka, sayang?”

"Y-y-ya," Clara terkesiap.

"Aku sudah berpikir untuk melakukan ini padamu sejak pertama kali aku melihatmu," katanya. “Ngento*in kamu.” Ucapan kotornya menunjukkan kalau Clara seolah-olah seharusnya senang diberikan perhatian begitu.

"Aku yakin dari awal kamu juga kepingin ngento* sama aku kan?" dia melanjutkan.

Clara terdiam.

“Benar kan? Ayo jujur,” desaknya.

"Ya."

Clara kaget. Hampir tidak percaya dengan jawabannya. Apakah tadi itu benar-benar dirinya yang berbicara?

Dia merebahkan tubuh ke atas wanita itu, mendorong lebih keras, membuat Clara mengerang lebih nyaring.

"Taruh kakimu di pinggangku, manis. Belit aku," perintahnya. Dan seperti pelayan yang patuh, Clara mau saja melakukan apa yang dia katakan.

Erangan Clara makin menjadi-jadi saat ia merasa bahwa Gilang bergerak lebih cepat dan lebih keras.

“Mulai sekarang kita akan lakuin lebih sering,” katanya terengah yang hanya ditanggapi dengan ‘ah-oh’ dari mulut Clara karena tak hentinya Gilang menghajar kewanitaannya.

“Lebih sering, Clara. Kamu denger itu?”

“Y-y-ya.”

Clara hampir tidak tahan lagi. Orgasme kedua telah lewat dan sekarang ia merasakan makin terengah-engah atas setiap hentakan. Nafas Gilang juga lebih pendek, menandakan bahwa ia sebentar lagi akan mencapai klimaks. Dan benar saja. Gilang menempatkan penisnya jauh ke kedalaman vagina ketika ia merasakan gelombang demi gelombang kenikmatan tertumpah dalam dirinya. Dengan lenguhan terakhir pria itu meledak dalam dirinya – mengisi liang kewanitaannya dengan cairan putih pekatnya.

Clara mulai merasa berlinang air mata. Menyesal karena telah melakukan apa yang baru saja ia lakukan. Tapi ia kesal karena nyatanya ia menikmati apa yang baru saja ia lakukan. Saat ia pulang ke rumah, ia merasakan cairan kepriaan milik Gilang bergerak perlahan ke celana dalamnya. Ia juga sudah memikirkan apa rencananya untuk minggu depan dengan orang itu.

*


next chapter
Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C9
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login