Xiao Zhan tengah menatap keatas langit dengan kedua mata menyipit, pandangannya tertuju kearah gumpalan awan hitam yang dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru.
Suara gemuruh perlahan mulai terdengar, diikuti dengan kilatan petir yang menghiasi gumpalan awan hitam. Namun di saat Xiao Zhan berpikir jika hujan akan turun, tiba-tiba gumpalan awan hitam terbelah menjadi beberapa bagian.
Tepat diantara belahan gumpalan awan hitam tersebut, terlihat dua cahaya yang saling berbenturan satu sama lain, kecepatannya yang tidak bisa di tangkap oleh mata biasa membuat orang lain berpikir jika kedua cahaya itu hanyalah sebuah petir yang saling menyambar.
Tetapi di mata Xiao Zhan, itu adalah dua pemuda yang sedang bertukar serangan dengan sengit. Dimana keduanya tengah beradu ilmu pedang dengan sesekali melakukan serangkaian mantra tangan, menciptakan bergama serangan element yang memang sudah di kuasai.
Xiao Zhan tidak mengetahui sudah berapa lama kedua pemuda itu saling bertukar serangan, namun yang jelas gumpalan awan hitam yang semula menyelimuti langit kini sudah menghilang tak berbekas.
Selang beberapa saat kemudian kedua cahaya itu bergerak cepat kearahnya dengan kecepatan tinggi. Sadar jika mereka tengah mengincar dirinya, Xiao Zhan lebih dulu mengambil langkah meninggalkan tempat tersebut.
"Jangan lari kau Saudara Xiao..." Salah seorang dari mereka berseru lantang, dia meningkatkan kecepatan terbangnya, tetapi hal tersebut masih belum cukup.
"Kau terlalu lambat Saudara Song, kalau begitu biar aku yang mengejar Saudara Xiao."
Sebuah suara yang berasal dari belakang tiba-tiba terdengar, seseorang yang tidak lain adalah Ye Song itu menoleh kearah belakang, mendapati seorang pemuda dengan rambut berwarna emas dan bola mata berwarna senada.
Pemuda itu tersenyum tipis, kemudian meningkatkan kecepatan terbangnya untuk menyusul Xiao Zhan yang semakin menjauh.
"Cih! Jika bukan karena kekuatanku menghilang lebih dari setengahnya, aku bisa dengan mudah mengejar kalian." Ye Song mendengus pelan, dia kemudian menghentikan pengejarannya dan memilih memperhatikan dari kejauhan.
Terlihat kini Xiao Zhan tengah berhadapan dengan Chen Li, dimana keduanya bertukar serangan dengan tangan kosong, suara keras yang di ciptakan oleh pertarungan tersebut menggema ke seluruh langit, layaknya sebuah gemuruh petir yang menggelegar.
Ye Song menghela nafas panjang sebelum memutuskan untuk kembali ke Sekte Bunga Dosa, membiarkan Xiao Zhan dan Chen Li bertukar serangan di atas langit.
"Kenapa kau tidak ikut bergabung?" Dari arah belakang, seorang pria berparas cukup tampan berjalan mendekat seraya memperhatikan keatas langit.
Ye Song tersenyum kecut, "Bukan tidak mau, tetapi tidak biasa...." Terdengar suara helaan nafas panjang, "Setelah Spirit Beast Legendaris di keluarkan secara paksa dari tubuhku, kekuatanku menghilang lebih dari setengahnya. Saat ini, aku tidak sebanding dengan Saudara Xiao dan Saudara Chen walaupun tingkat kultivasi kita tidak jauh berbeda."
"Jadi selama ini kau hanya mengandalkan kekuatan dari Spirit Beast Legendaris?"
"Aku tidak akan menyangkalnya, memang kenyataanya seperti itu."
Pria itu mengangguk pelan, dia tidak menanggapi lebih jauh perkataan Ye Song. Kembali perhatiannya tertuju pada pertarungan Chen Li melawan Xiao Zhan yang berjalan imbang.
Sampai akhirnya kedua pemuda itu memutuskan untuk menghentikan pertarungan tersebut dan melesat kearah Ye Song serta pria yang adalah Yin Feng.
"Ayah!" Xiao Zhan tersenyum hangat, "Sejak kapan kau berada disini?"
"Sejak kalian asik bertukar serangan sampai melupakan jika sahabat kalian yang satu ini sedang murung meratapi kekuatannya yang menghilang." Yin Feng tertawa kecil, dia menggoda Ye Song yang memang ekspresi kusut.
Satu tahun lebih sejak Xiao Zhan dan yang lainnya kembali dari dunia bawah, selama itu pula tidak ada pergerakan dari Xiao Chen atau bangsa iblis lainnya. Setidaknya, situasi saat ini benar-benar terasa damai.
Xiao Zhan, Chen Li dan Ye Song menghabiskan waktunya untuk berlatih, dimana mereka tengah mempersiapkan diri untuk mengikuti Ujian Penerus Dewa.
"Senior Yin, itu tidak lucu...." Ye Song mendengus pelan.
Xiao Zhan dan Chen Li saling berpandangan, keduanya tertawa pelan saat melihat ekspresi Ye Song. Keduanya teringat jika saat pertama kali mereka bertemu Ye Song tidak pernah menunjukan ekspresi apapun selain tatapan dingin, bahkan untuk tersenyum simpul pun sang pemuda sangat jarang memperlihatkannya.
Baik Xiao Zhan maupun Chen Li merasa senang melihat perubahan tersebut, setidaknya dengan demikian Ye Song tidak terlalu larut meratapi misinya yang gagal membawa Li Wang kembali.
Tidak hanya gagal, Ye Song juga hampir kehilangan nyawa dalam misi tersebut andaikan Xiao Zhan dan Chen Li tidak datang membantu.
"Saudara Chen, bukankah ini terlalu lama? Kapan Ujian Penerus Dewa itu di laksanakan?" Xiao Zhan mengalihkan pembicaraan.
"Aku tidak yakin, karena Dewa Zeus tidak memberitahu pasti kapan Ujian tersebut di mulai."
Xiao Zhan menghela nafas, "Aku khawatir jika situasi ini terus berlanjut maka Saudara Xiao Chen dan Bangsa Iblis sudah lebih dulu melakukan pergerakan. Lebih buruknya lagi mereka akan menyerang Benua Teratai Merah disaat kita semua tengah mengikuti Ujian Penerus Dewa."
"Aku cukup yakin semua itu tidak akan terjadi, menurutku Saudara Xiao Chen dan Saudara Li Wang juga akan mengikuti ujian yang sama namun di tempat yang berbeda. Karena pada dasarnya Ujian Penerus Dewa bertujuan untuk mendapatkan Pusaka Dewa." Chen Li menjelaskan analisanya.
Salah satu alis Ye Song terangkat, "Dari mana kau mengetahui semua itu?"
"Hanya firasat ku rasa..." Chen Li mengangkat kedua bahu, terlihat jika sang pemuda juga ragu dengan perkataanya sendiri.
Saat mereka tengah berbincang satu sama lain, tiba-tiba salah satu tetua mendatangi mereka dan mengabarkan jika ada dua kultivator yang memaksa ingin bertemu dengan Yin Feng.
Kedua kultivator itu mengaku berasal dari Kekaisaran Dewa, hal tersebut membuat Yin Feng tersentak kaget, begitupun dengan Xiao Zhan dan yang lainnya. Mereka semua kemudian melesat ke arah gerbang sekte untuk melihat seseorang yang di maksud.
Setibanya di sana, terlihat seorang gadis cantik yang memiliki wajah tidak asing, selain itu terdapat seorang pria tampan yang di perkirakan berusia pertengahan 30 tahun.
"Ayah Feng...."
"Bai Lili, Pemimpin Agung...."
Yin Feng tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya saat melihat kehadiran putrinya yang sudah bertahan-tahun tidak bertemu.
Bai Lili kemudian berlari kearah Yin Feng dan memeluknya dengan erat, selama beberapa saat keduanya saling melepas rindu satu sama lain.
"Bagaimana kabarmu?" Yin Feng tersenyum hangat.
"Aku baik Ayah Feng, bagaimana denganmu? Dan bagaimana kabar Zhan-gege?"
"Aku juga baik..." Yin Feng menoleh kearah belakangnya, dimana Xiao Zhan, Chen Li dan Ye Song tengah berjalan mendekat.
Xiao Zhan kemudian menghampiri Bai Lili, memeluk sang gadis dengan perasaan hangat, walaupun keduanya berasal dari rahim yang berbeda, tetapi Xiao Zhan tetap menyayangi Bai Lili sebagai adiknya.
Setelah melepas rindu, Xiao Zhan dan Yin Feng memberi hormat pada Pemimpin Agung, sesaat ingatan keduanya kembali pada kejadian beberapa tahun yang lalu, khusunya pertempuran di Pagoda Tujuh Bintang.
Ingatan tersebut membuat Xiao Zhan dan Yin Feng tersenyum canggung, tanpa keduanya sadari seorang wanita tengah berjalan kearah mereka dengan melepaskan aura mencekam.
"Ah! Jadi ini putrimu...."
Yin Feng menelan ludahnya dengan kasar, seluruh tubuhnya bergetar ketakutan saat mendengar suara tersebut. Yin Feng kemudian membalikan badan seraya tersenyum canggung. "Namanya Bai Lili, sesuai dengan perkataan mu. Dia adalah putriku, ku harap kau tidak membencinya."
"Aku tidak membencinya, lagi pula semua ini kesalahanmu." Lu Xueqi mendengus kesal, dia lalu mengalihkan pandangan pada Bai Lili. "Namaku Lu Xueqi, istri sah dari Ayahmu sekaligus Ibu dari Xiao Zhan."
Selama beberapa saat Bai Lili terdiam, dia berusaha mencerna setiap perkataan yang di lontarkan oleh Lu Xueqi, sampai akhirnya Bai Lili menunjukan keterkejutan. Sang gadis segera memberi hormat, "Maaf atas kelancangan saya senior. Kedatanganku kemari hanya ingin mengunjungi Ayah Feng."
Lu Xueqi menatap tajam, tatapan yang sangat mengintimidasi, membuat Bai Lili menelan ludahnya dengan kasar seraya menundukkan kepala.
Kemudian Lu Xueqi tersenyum hangat, "Jangan takut, aku tidak akan marah. Kau berhak menemuinya kapan saja, lagi pula aku hanyalah seseorang yang sudah mati."
Perkataan Lu Xueqi sukses mengejutkan Bai Lili, sang gadis seketika teringat tentang istri pertama Yin Feng yang di kabarkan memang sudah mati.
Namun, sebelum Lu Xueqi bisa mengatakan sesuatu Pemimpin Agung sudah lebih dulu melakukannya.
"Seseorang yang sudah mati? Pantas saja aura kematian mu begitu kental, tetapi bagaimana bisa seseorang yang sudah mati bisa hidup kembali?"
"Um! Ceritanya sedikit panjang, tetapi yang jelas Xueqi bisa hidup kembali karena menggunakan teknik terlarang yang memungkin seseorang bisa di hidupkan kembali."