Pertarungan kemarin benar-benar membuat Thrax berang, sampai-sampai pria itu tetap saja marah walaupun masalah sudah berlalu dan mereka kembali ke kamar asrama. Untuk melampiaskan amarahnya, Thrax membanting pintu, berjalan dengan menghentakkan kakinya, dan terus saja berteriak jika saja ia sudah menguasai satu sihir api atau setidaknya memiliki satu senjata, ia sudah pasti akan memberi pelajaran kepada para acolyte sombong sialan itu. Pertarungan kemarin juga menjadi alasan Thrax mengajak mereka semua pergi ke Institut Pertarungan untuk berlatih. Semua setuju, kecuali Klea yang masih harus mempertimbangkan undangan-undangan dari institut lain yang tertarik padanya.
Sedari awal, sebenarnya Thrax sudah mengatakan ia ingin melihat suasana Institut Pertarungan, namun sebelum hari ini mereka tidak memiliki waktu untuk berkunjung. Thrax sibuk memahami dasar-dasar kultivasi elemen, dan Julian yang tidak mau kalah dari Thrax tentu saja ikut menghabiskan waktunya dengan berlatih.
Pagi pun tiba, dan Emery ikut pergi bersama-sama dengan temannya. Sebenarnya, ia ingin menggunakan waktunya untuk berusaha memahami teknik dasar kultivasi elemen tanah, namun Darius sudah menyarankannya untuk beristirahat, sehingga ia memutuskan untuk ikut melihat keadaan Institut Pertarungan. Sebenarnya, jika ia punya pilihan, sedari dulu ia selalu ingin menjadi seorang ksatria hebat yang bisa membuat ayahnya bangga.
Mereka berempat keluar bersama-sama dari kamar dan memasuki portal di dekat air mancur tengah. Saat mereka tiba, mereka sangat terkejut melihat dekorasi tempat itu. Dekorasi tempat itu sangat berbeda dengan tempat tinggal mereka selama ini. Satu-satunya yang tidak terkejut adalah Emery, karena arsitektur tempat itu sangat mirip dengan arsitektur kerajaan-nya.
Warna kelabu memenuhi dinding tempat itu, sementara setiap gedung memiliki atap dengan warna merah darah atau biru royal. Menara-menara menjulang tinggi mendekati langit, jauh lebih tinggi ketimbang menara-menara yang ada di istana Kerajaan Lioness. Kerumunan orang memenuhi masing-masing bangunan, menciptakan tempat yang terhubung dengan lorong-lorong, tangga, dan jalanan yang sangat rumit, yang mungkin bisa membuat seseorang tersesat jika mereka tidak berhati-hati.
Beruntung saja, saat mereka tiba, mereka melihat sekelompok acolyte dengan pakaian berbentuk seperti baju zirah. Mereka memutuskan untuk mengikuti kelompok tersebut dan akhirnya tiba di sebuah bangunan besar yang dihiasi simbol berbentuk pedang, tombak, palu godam, alat memanah, pisau, perisai, serta kepalan tangan. Semua simbol itu diukir indah di atas sebuah dinding kelabu.
Thrax masuk terlebih dahulu, diikuti oleh ketiga temannya. Mereka masuk melalui sebuah pintu besar yang dijaga oleh dua orang pengawal. Setelah masuk, Thrax berbicara kepada seorang wanita berkacamata bulat tebal dan berambut hijau.
Wanita itu menjelaskan dengan nada datar. "Jika kalian baru tiba di Institut Pertarungan, berjalanlah ke arah kiri dan ikuti jalan. Jika kalian sudah pernah berkunjung, berjalanlah ke arah kanan. Jika kalian ada pertanyaan, katakan saja dan akan kubantu."
Mereka berjalan melalui sebuah lorong panjang dengan banyak pintu-pintu tertutup. Setelah berjalan selama sekitar 5 menit, mereka melihat cahaya matahari menyinari ujung lorong gelap itu. Mereka segera berjalan keluar dan melihat sebuah ruangan terbuka yang sangat luas. Ruangan itu dipenuhi oleh ribuan acolyte yang sedang sibuk memainkan berbagai macam senjata. Dinding setinggi sekitar 6.1 meter berdiri menjulang pada keempat sisi ruangan. Kursi-kursi memenuhi keempat sisi ruangan. Semakin dekat dengan dinding, semakin banyak kursi yang tertata rapi.
Julian menanggapi dengan kagum. "Wow! Ini mirip sekali dengan Colosseum di rumah, tapi ruangan ini jauh lebih besar dan megah!"
Di sisi samping ruangan, berdiri seorang pria dengan kepala botak dan kumis yang panjang menjuntal ke lantai. Saat melihat mereka, pria itu berjalan mendekat, sehingga mereka bisa melihat jelas lengan berotot serta dadanya yang kekar. "Hei! Anak-anak baru! Kemarilah! Aku baru akan memulai perkenalan, dan kalian datang tepat waktu! Namaku Vico, dan aku akan memandu kalian selama kalian ada di tempat ini."
Setelah memperkenalkan dirinya, Vico menunjuk ke arah rak-rak dengan berbagai macam senjata dan menjelaskan apa sebenarnya fungsi Institut Pertarungan dengan suaranya yang keras. "Kalian yang masih bertulang lunak, tidak perlu khawatir. Institut Pertarungan akan selalu terbuka untuk kalian yang ingin mempelajari seni bertarung."
"Magus petarung jarak pendek, jarak panjang, dengan ranking setinggi apapun, kalian tetap saja harus bisa bertarung dengan menggunakan senjata. Jika kalian bisa bertarung dengan senjata, kalian akan tetap bisa bertarung dan beradaptasi sesuai dengan keadaan medan perang walaupun kekuatan roh kalian sudah habis. Memang, magus tidak membutuhkan senjata untuk bertarung, tetapi saat kalian berada di medan perang dan kalian tidak bisa menggunakan sihir, kalian bisa mempertahankan diri atau memprediksi gerak-gerik musuh jika kalian bisa menggunakan senjata."
Vico mengambil sebuah kapak raksasa dengan dua bilah tajam, dan tiba-tiba api membara pada ujung kapak tersebut. "Atau, kalian juga bisa menggunakan senjata untuk menyalurkan energi elemen kalian. Magus yang fokus pada tipe-tipe sihir untuk digunakan dengan senjata seperti ini dikenal sebagai Magus Petarung. Bahkan, ada juga senjata yang bisa digunakan sebagai katalis untuk memperkuat kekuatan roh selama beberapa waktu, seperti tongkat ini."
"Ada banyak taktik yang bisa dilakukan dengan bantuan senjata seperti ini. Bayangkan jika senjata kalian bisa mengeluarkan serangan angin saat kalian menggunakannya, atau senjata kalian menjadi sangat berat sampai bisa menghancurkan semua yang terkena pukulan, atau bara api dari senjata kalian bisa melelehkan logam terkuat sekali pun… Inilah rahasia kekuatan dari Magus Petarung."
Api pada kapak itu menghilang, dan Vico mengembalikan senjata itu ke atas rak. "Di Institut Pertarungan, kalian akan belajar bertarung dengan senjata maupun dengan tangan kosong. Kalian melihat simbol-simbol yang ada di pintu depan, kan? Ingat, Institut Pertarungan memiliki delapan spesialisasi: pedang, tombak, senjata tumpul, panahan, pisau, perisai, serta pertarungan dengan tangan kosong."
"Kami dari Institut Pertarungan mengundang kalian para acolyte tulang lunak untuk berlatih dan menggunakan senjata-senjata serta ruangan berlatih di sini. Tetapi, karena kalian masih baru, kami hanya memperbolehkan kalian untuk memilih dan menggunakan satu macam senjata. Tenang saja, saat kalian sudah menjadi lebih kuat, kalian diperbolehkan untuk mempelajari semua senjata - bahkan, akan lebih baik jika kalian mempelajari semua senjata. Semakin banyak senjata yang bisa kalian gunakan, semakin mudah juga memprediksi gerak-gerik musuh kalian."
Vico menunjukkan beberapa gerakan sederhana dengan pedang, kapak, serta tombak, menciptakan serangan yang sangat kuat sampai semua acolyte yang ada di sana bisa merasakan udara semakin memanas seiring dengan setiap ayunan senjata Vico.
"Kuulangi, kalian boleh memilih senjata apapun yang terbaik menurut kalian. Tetapi, Institut Pertarungan tidak akan menerima semua acolyte. Tidak seperti Institut Elemen, Institut Pertarungan lebih selektif dan tidak mau sembarangan menerima acolyte. Namun, jika kalian bisa lulus tes dan menjadi bagian Institut Pertarungan, kalian akan berkesempatan untuk belajar di bawah bimbingan Magus Petarung terkenal institut kita.
Vico mengajak para acolyte ke sisi stadium, di mana lima orang pria kekar sudah menunggu. Merekalah Magus Petarung yang ia ceritakan tadi. Setelah sampai, Vico memandang para acolyte dan berkata. "Hari ini, kita hanya akan menerima 100 acolyte untuk menjadi murid Institut Pertarungan. Kalian harus selalu siap menerima tes, karena di medan pertarungan, kalian hanya memiliki satu nyawa."