Gelap, semuanya gelap. Emery tersadar dalam selimut kegelapan yang mencekam, namun anehnya, ia masih bisa melihat kaki dan tangannya, seakan-akan dialah satu-satunya sumber cahaya dalam tempat yang dingin dan menakutkan ini. Di sekitarnya, tidak terlihat ada orang lain, namun ia memutuskan untuk mencoba memanggil. "Halo? Apa ada orang?"
Tidak ada jawaban, hanya ada kegelapan itu serta suaranya yang bergema berulang-ulang, seakan-akan gelap itu menyembunyikan dinding tak kasat mata.
"Di mana aku? Ada apa ini… ini… ini…!" Emery berteriak.
Tiba-tiba, di depannya bayangan-bayangan mulai bergerak dan menyatu sebelum berubah menjadi sosok seorang pria, pria yang sangat dirindukannya. Saat ia membuka mulut untuk bicara, matanya menjadi basah karena tangis.
"Emery, apa yang sedang kau lakukan di sini?"
"Ayah! Ternyata kau masih hidup!" Emery berkata dan berbalik untuk mendekati ayahnya. Namun, sebuah kekuatan misterius membuatnya tidak bisa berjalan mendekat.