Baixar aplicativo
1.67% Pengawal Nona CEO yang Paling Setia / Chapter 7: 7 - Kantin Rasa Restoran Bintang Lima

Capítulo 7: 7 - Kantin Rasa Restoran Bintang Lima

"Aku akan mengabarimu lagi, kamu bisa keluar sekarang." Nada suara Lana menjadi dingin lagi.

"Wah kamu menjadi sangat cuek sekarang, padahal malam itu di Malang, kamu terlihat sangat antusias," kata Erza menggoda.

"Keluar!" teriak Lana.

Lana langsung meraih cangkir, dan melemparkannya ke arah Erza hingga jatuh di bagian bawah kakinya. Tetapi ketika cangkir itu jatuh, Erza sudah melintas ke ambang pintu, dan bisa melarikan diri.

"Juga, urusan kita jangan kamu sebarkan ke orang-orang diperusahaan ini!" pekik Lana. Ketika Erza hendak meninggalkan pintu kantor, suara Lana terdengar lagi.

"Jangan khawatir, bahkan jika aku memberitahu orang lain bahwa kamu adalah istriku, mereka tidak akan mempercayaiku." Erza mengatakan kata-kata ini, membuka pintu dan pergi.

Melihat punggung Erza, Lana menggertakkan gigi. Dia mengutuk dirinya karena telah memikirkan pria itu dari kemarin, padahal dia tahu bahwa Erza bajingan dan tidak tahu malu.

"Gadis kecil, aku pergi dulu." Setelah Erza keluar, dia melirik gadis berkaca mata yang mencegatnya tadi. Gadis itu bernama Sinta. Dalam pikiran Sinta, Erza pasti akan segera naik jabatan.

"Hei, kamu terlalu luar biasa, bukan? Kamu baru saja datang ke sini, dan kamu langsung menyelamatkan Bu Lana. Tampaknya masa depanmu di perusahaan ini akan cerah," kata Sinta.

Begitu Erza pergi dari ruangan Lana. Dia mendatangi departemen keamanan di kantor untuk menemui kepala departemen tersebut. Erza sendiri dikenalkan dengan kepala departemen oleh Alina. Walaupun Alina sama sekali tidak ada hubungannya dengan departemen ini, kepala departemen tidak akan berlaku terlalu keras pada Erza. Terlebih, karena dia telah menyelamatkan Lana hari ini.

"Selamat pagi, pak. Mohon maaf saya sedikit terlambat hari ini," jelas Erza. Dia sama sekali tidak peduli jika atasannya itu akan marah. Dia ada di sini hanya ingin menyembuhkan luka-lukanya secepat mungkin, sedangkan untuk hal lain, Erza tidak tertarik sama sekali.

"Tidak apa-apa, tidak apa-apa terlambat sekarang. Tapi, Erza kamu sangat berani untuk memeluk Bu lana." Kepala Departemen yang bernama Hero itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Tidak, saya hanya menyelamatkannya," ucap Erza terkekeh.

"Oke, oke, ayo kita lanjut bekerja." Setelah mengatakan itu, kepala departemen segera pergi meninggalkan Erza.

Secara relatif, bekerja sebagai satpam di sebuah perusahaan seperti ini cukup mudah. ​​Sekalipun Erza harus berjaga pada pagi hari, pada dasarnya tidak ada yang harus dilakukan. Hanya berdiri di sana, berpatroli sebentar, dan sesekali bermalas-malasan. Anehnya, Erza tidak menyangka bahwa pekerjaan ini akan lebih cocok untuknya. Satpam lainnya semuanya anak muda, dan kepribadian Erza juga sangat supel. Setelah berbicara sebentar, dia akhirnya bisa memiliki hubungan yang baik dengan rekan kerjanya.

"Kantin ini lumayan." Saat makan siang, beberapa satpam membawa Erza ke kantin. Perusahaan ini adalah perusahaan besar, jadi kantinnya pun memiliki beragam makanan. Itu sangat menyenangkan bagi Erza.

"Erza, apakah kamu di sini juga?" Erza sedang mengantri di sana untuk makan malam, dan Alina datang.

"Alina, kebetulan sekali," ucap Erza tersenyum.

"Bagaimana? Apakah kamu senang dengan pekerjaanmu?" Alina bertanya.

Namun, ketika Alina dan Erza sedang berbicara, Erza jelas merasakan ada yang tidak beres. Erza dapat dengan jelas merasakan bahwa ada beberapa pasang mata yang mengawasinya. Erza berpikir bahwa usia Alina yang masih muda, ditambah dengan sosoknya yang menarik dan wajahnya yang cantik itu, dia pasti disukai oleh banyak lawan jenis di perusahaan ini. Tidak heran jika banyak yang menatap mereka sekarang karena Alina sepertinya sangat akrab dengan Erza.

"Aku sudah terbiasa. Terima kasih banyak, Alina," jawab Erza singkat. Alina memang cantik, tapi Erza tidak ingin memikirkan untuk menjalin hubungan dengannya. Lagipula, Alina sudah banyak membantu dirinya.

"Ayo makan bersama." Alina sangat antusias.

"Alina, ini tidak baik. Aku hanya karyawan biasa di sini. Bagaimana menurutmu jika seorang manajer departemen sepertimu makan dengan satpam sepertiku?" kata Erza mengelak.

"Tidak masalah. Ayo pergi!" ajak Alina. Setelah berbicara, Alina tidak peduli apakah Erza setuju atau tidak, dia langsung menarik Erza dan berjalan ke tempat duduk. Adegan ini membuat banyak orang di kantin tercengang. Di perusahaan, bahkan di luar perusahaan, banyak orang kelas atas yang mengejar Alina, dan mereka ditolak oleh Alina. Tetapi saat ini, dia malah makan bersama dengan seorang satpam. Tentu saja hal itu membuat orang-orang terkejut.

"Bagaimana? Makanan di kantin ini enak?" Meski Alina merasakan tatapan aneh di sekitarnya, Alina tidak peduli. Dia bertanya pada Erza dengan tulus.

"Ya, enak. Tapi, Alina, kamu adalah seorang manajer, dan kamu masih datang untuk makan di kantin ini?" tanya Erza yang merasa agak aneh. Di perusahaan biasa, orang setingkat manajer akan memiliki gaji yang sangat tinggi. Pada dasarnya, dia jarang melihat seorang manajer datang untuk makan di kantin.

"Kamu tidak tahu tentang ini? Bu Lana mengundang sekelompok koki dari hotel berbintang untuk memasak di kantin ini, jadi bukan hanya saya, bahkan Bu Lana pun datang ke sini untuk makan," jelas Alina. Erza menggelengkan kepalanya tanpa daya, dia tidak menyangka istrinya itu juga akan makan di sini.

"Sekarang kamu tahu kenapa aku makan di sini?" tanya Alina yang juga sedikit bangga melihat tatapan Erza yang kebingungan.

"Jadi begitu," jawab Erza.

"Kalau begitu kamu harus makan yang banyak." Alina menatap Erza dengan penuh semangat.

"Membuang-buang makanan itu memalukan. Kadang-kadang, hanya semangkuk nasi yang bisa menyelamatkan nyawa seseorang. Aku tidak akan mengambil lebih daripada yang aku bisa habiskan." Erza berkata dengan ringan.

Alina menggelengkan kepalanya lagi, meski apa yang dikatakan Erza memang sangat masuk akal, tapi dia merasa bahwa pria di depannya terlalu bijaksana.

"Sepertinya kamu pernah mengalaminya," kata Alina yang tidak menganggap ini serius.

"Bu Lana ada di sini!" teriak seorang karyawan.

Tepat ketika Erza dan Alina sedang berbicara dan tertawa, tiba-tiba kerumunan mulai berbicara dengan suara rendah. Erza juga melihat ke pintu. Tampak Lana yang mengenakan pakaian profesional dan wajahnya yang dingin sedang berjalan ke kantin.

Ketika Lana masuk, Erza duduk di posisi yang menghadap gadis itu. Lana langsung memperhatikan Erza. Dia melihat Erza dan Alina bersama, dan memandang kedua orang itu seolah-olah sedang menerawang hubungan mereka. Dalam hati Lana, dia merasa sedikit cemburu. Dia bahkan mengatakan bahwa saat ini, Lana memiliki keinginan untuk pergi dari sana. Namun, ketika dia menyadari bahwa semua orang di sekitarnya sedang menatapnya, dia sadar bahwa dia tidak bisa melakukan itu.

"Apa yang terjadi, bu?" Sinta memandang Lana di sebelahnya yang sedang diam dan mengepalkan tangannya. Dia melihat Lana dengan sedikit rasa ingin tahu di dalam hatinya. Sepertinya ada yang salah dengan Lana hari ini. Ada yang berbeda dari sebelumnya, tetapi ketika dia melihat mata Lana tertuju pada posisi Erza, Sinta langsung paham. Sinta berpikir bahwa pria itu pasti telah membuat marah Lana.

"Tidak ada, ayo makan," ucap Lana pada Sinta.

"Erza, kamu datang ke kantorku," kata Lana. Setelah Erza dan Alina baru saja akan pergi, Lana benar-benar tidak bisa menahan diri. Dia berjalan ke arah Erza. Kata-kata Lana ini menyebabkan semua karyawan yang ada di sana tercengang. Mereka tidak tahu apa yang terjadi. Mereka heran mengapa Lana harus menyuruh satpam biasa seperti Erza ke ruangannya. Setelah meninggalkan itu pakda Erza, Lana langsung pergi.

"Apakah kamu kenal Bu Lana?" Alina terkejut sekarang.

"Aku baru saja menyelamatkannya tadi pagi. Mungkin dia memanggilku karena ingin berterima kasih padaku," jawab Erza santai. Tapi dalam hati Erza, jelas bukan hal yang baik saat dia tahu Lana meminta dirinya pergi ke ruangannya lagi.

"Ternyata begitu. Ya sudah, cepat pergi sana. Mungkin saja kamu akan dipromosikan." Alina juga merasa senang untuk Erza.


next chapter
Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C7
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login