Haikal sekarang sudah berada di depan kamarnya Renata. Dia sudah berulang kali mengetuk pintu kamar Renata, tapi dia tidak mau juga keluar.
"Renata. Tolong keluar sebentar." Ucap Haikal dari depan pintu
Tapi tidak ada jawaban dari dalam.
Haikal terus mengetuk pintu kamar Renata.
"Aku mau menjelaskan sesuatu. Tolong keluar sebentar saja, Nata." Bujuk Haikal lagi
Pintu akhirnya terbuka sedikit. Haikal langsung masuk ke dalam kamar Renata. Dia melihat gadis itu duduk dipinggir tempat tidur dengan wajah yang sembab. Haikal tebak, jika Renata habis menangis.
Haikal berjalan perlahan kearah Renata. Dia duduk di samping Renata dan menatap wajah cantik kekasihnya. Namun Renata enggan menatap Haikal. Dia memalingkan wajahnya saat Haikal duduk di sampingnya dan menatapnya.
Haikal mengambil dua tangan Renata untuk di genggam.
"Nata." Panggil Haikal
"...."
"Aku tidak selingkuh, sayang. Aku juga tidak mungkin bosan denganmu." Ucap Haikal
"...."
"Aku tidak tahu kamu tahu aku selingkuh darimana. Tapi yang jelas itu semua salah. Aku tidak mungkin selingkuh, sayang." Ucap Haikal lagi meyakinkan
Renata langsung mengambil ponselnya di atas nakas dan membuka pesan dari orang misterius dan memperlihatkan sebuah foto di depan Haikal.
"Lalu ini apa?! Ini apa, Haikal?! Kamu bilang tidak selingkuh tapi kamu malah pangku-pangkuan dengan cewek lain!" Marah Renata
Haikal mengambil ponsel Renata dan melihat foto itu. Itu adalah foto dirinya saat sedang bersama Valleryn.
"Kamu salahpaham. Aku benar-benar tidak selingkuh. Dia adalah Valleryn. Tadi waktu dia mau pergi, dia tidak sengaja terpeleset dan jatuh dipangkuanku. Aku tidak tahu siapa orang jahat yang mengirimimu pesan ini, tapi sungguh aku tidak selingkuh. Apalagi Valleryn juga sudah punya tunangan." Sahut Haikal menjelaskan
Renata yang tadinya memalingkan wajahnya jadi menatap kearah Haikal.
"Va-Valleryn? Jadi cewek yang bersama kamu di dalam foto itu adalah Valleryn?" Tanya Renata memastikan
"Iya, sayang. Dia adalah Valleryn. Dia memintaku bertemu katanya butuh bantuanku. Dia ingin aku membantunya menyiapkan pesta universary pernikahan kedua orangtuanya. Jackson lagi ada di Jerman, jadi dia tidak bisa membantunya. Maka dari itu dia menghubungiku dan meminta bantuanku." Sahut Haikal menjelaskan lagi
Renata langsung memeluk Haikal erat. Dia merasa bersalah karena sudah menuduh Haikal selingkuh. Untung saja dia tidak mengambil keputusan sepihak dan untung saja dia mendengarkan penjelasan Haikal, kalau tidak dia akan menyesal seumur hidup.
"Maafkan aku. Maaf sudah menuduhmu selingkuh." Ucap Renata pelan
Namun Haikal bisa mendengarnya. Haikal membalas pelukan Renata.
"Tidak apa-apa. Itu bukan salahmu. Tapi salah seseorang yang mengirimimu pesan itu dan membuatmu salahpaham." Sahut Haikal
Renata semakin memeluk Haikal. Dia bersyukur memiliki Haikal yang selalu menjelaskan jika terjadi kesalahpahaman diantara mereka. Kalau secara umur, Haikal itu dua tahun lebih muda darinya. Tapi kalau dari segi pemikiran, Haikal itu lebih dewasa darinya. Jadi Renata akan sangat sedih jika kehilangan Haikal hanya karena kebodohannya.
*****
Sore ini Anita sedang berada di taman belakang kampus. Dia duduk sendirian sambil mengambar dan mendengarkan musik. Tidak lama kemudian, Haikal datang dan duduk tidak jauh darinya. Anita yang melihat kedatangan Haikal, langsung melepas earphonenya dan berhenti menggambar. Dia membenahi barang-barangnya dan pergi ketempat duduk Haikal.
"Hai." Sapa Anita
Haikal hanya melirik sekilas lalu kembali fokus pada bukunya.
Anita langsung duduk di depan Haikal dan menatap wajah Haikal dengan tersenyum.
"Kamu suka sekali baca buku ya?" Tanya Anita
"Hm." Sahut Haikal singkat
"Oh iya, Rena mana?" Tanya Anita
"Dia tidak masuk. Sakit." Sahut Haikal
"Sakit? Sakit apa?" Tanya Anita
"Katanya demam." Sahut Haikal
"Begitu. Oh iya, kamu mau bantuin aku nggak?" Tanya Anita lagi
"Bantuin apa?" Tanya Haikal balik
"Aku mau jenguk Rena, bantuin aku cari buah-buahan buat Rena ya?" Pinta Anita
"Oke." Sahut Haikal
Mendengarnya seketika senyum Anita mengembang. Dia senang bisa jalan-jalan bersama Haikal tanpa gangguan siapapun.
Akhirnya Haikal menemani Anita ke supermarket untuk mencari buah-buahan buat Renata. Mereka berjalan-jalan mengelilingi supermarket untuk mencari buah kesukaan Renata.
"Haikal, gimana kalau kita makan dulu sebelum mencari tempat stand buah?" Tanya Anita
"Makan dimana?" Tanya Haikal balik
Anita mengedarkan matanya kesekeliling supermarket.
"Di sana aja gimana?" Tunjuk Anita pada salah satu tempat makan
"Boleh. Ayo." Sahut Haikal
Anita tersenyum senang lalu menarik lengan Haikal menuju tempat makan itu. Mereka memesan makanan dan makan bersama. Setelah makan, mereka lanjut mencari tempat stand buah. Mereka mengelilingi supermarket itu lagi dan akhirnya ketemu.
Anita membeli beberapa buah-buahan yang menurut Haikal itu adalah kesukaan Renata. Setelah membeli buah buat Renata, mereka pergi menuju rumah Renata.
Ketika tiba dirumah Renata, Anita tersenyum kikuk saat ditatap intens oleh Ibu dari sahabat masa kecilnya.
"H-hallo, tante." Sapa Anita
"Hm." Sahut Ibunya Renata
"S-saya mau ketemu Rena, b-boleh kan?" Tanya Anita
"Ya udah sana masuk." Sahut Ibunya Renata
"Haikal, ayo." Ucap Anita pada Haikal
Dia menggenggam tangan Haikal, berniat untuk mengajak Haikal pergi menuju kamar Renata.
"Tunggu dulu." Cegah Ibunya Renata
"Iya?" Bingung Anita
"Kamu pergi sendiri aja. Kamar Nata ada tepat di depan tangga naik." Sahut Ibunya Renata
"B-baik." Sahut Anita melepaskan genggaman tangannya pada Haikal
Lalu dia berjalan menuju tangga untuk ke kamar Renata sendirian.
Ketika sampai di depan kamar Renata, Anita mengetuk pintu terlebih dahulu lalu membukanya.
"Rena." Ucap Anita
"Nita. Masuklah." Sahut Renata mempersilakan Anita untuk masuk
Anita masuk dan duduk di pinggir ranjang. Dia meletakkan buah-buahan yang dibawanya diatas nakas.
"Aku bawa buah-buahan untukmu. Semoga kamu suka." Ucap Anita
"Terimakasih." Sahut Renata tersenyum lemah
"Kamu sakit apa?" Tanya Anita
"Aku cuma demam kok." Sahut Renata
"Apakah parah?" Tanya Anita khawatir
"Tidak. Kata dokter paling tiga hari lagi aku sembuh. Asalkan aku minum obat dan istirahat dengan cukup." Sahut Renata
"Syukurlah. Aku pikir kamu sakit parah." Sahut Anita tersenyum
Sementara diluar kamar...
"Mama tidak tahu bagaimana lagi untuk membujuk Nana. Dia benar-benar tidak mau keluar dari kamar."
"Mama tenang aja, Haikal akan bantu Mama buat bujuk Nana untuk keluar dari kamar."
"Iya, Mama minta tolong ya. Soalnya Mama, Papa, dan Nata sudah menyerah untuk membujuk Nana."
"Iya, Ma."
Haikal langsung perg dari ruang tamu menuju kamar Nana yang berada di samping kamar Renata. Dia mengetuk pintu kamar Nana.
"Nana, ini kak Haikal. Buka pintunya." Ucap Haikal dari depan pintu
Suara pintu terbuka terdengar, Haikal langsung masuk ke dalam kamar Nana.
Dia melihat Nana dengan mata sembab dan wajah pucat.
"Kamu baik-baik saja?" Tanya Haikal
"Iya. Aku baik." Sahut Nana lesu
"Kamu kenapa mengurung diri dikamar? Mama, Papa, sama Nata khawatir sama kamu." Ucap Haikal
"Aku hanya butuh waktu sendiri." Sahut Nana
"Apa ini karena Justin?" Tanya Haikal
"Aku tidak mau membahasnya." Sahut Nana
"Lupakan dia. Kamu akan menemukan seseorang yang mencintaimu nantinya." Ucap Haikal
"Aku mau istirahat, kak Haikal lebih baik keluar." Sahut Nana
"Kamu harus makan. Kata Ibumu, kamu belum makan dari semalam." Sahut Haikal
"Aku tidak lapar." Sahut Nana
Nana kembali ketempat tidurnya dan berbaring membelakangi Haikal.
Haikal cuma menghela nafasnya. Dia lalu keluar dari kamar Nana dan kebetulan bertemu Anita yang juga baru selesai menjenguk Renata.
"Haikal, anterin aku pulang ya?" Pinta Anita