Baixar aplicativo
27.5% Pahlawan Gelandangan / Chapter 11: Menjadi Petualang

Capítulo 11: Menjadi Petualang

Dunia petualang adalah dunia bebas. Dunia itu adalah gabungan dari berbagai pekerjaan yang diracik sempurna dalam satu profesi. Para petualang bisa menjadi petarung, menjadi penjelajah, peneliti, pemburu, pencari harta karun, pedagang hingga tentara bayaran.

Karena luasnya pilihan itu, dunia petualang memiliki pengaruh besar kota-kota manapun.

Tapi itu hanya teorinya. Faktanya, nasib para petualang tidak seindah yang mereka bayangkan.

Para petualang adalah para pecinta kebebasan, itulah yang sering mereka katakan. Tapi di mata orang-orang, para petualang hanyalah sekumpulan gelandangan bermasa depan suram. Mereka adalah pekerja serabutan yang hanya bisa mengais-ngais uang receh.

Mereka tidak punya rumah karena terlampau miskin. Uang mereka juga pas-pasan karena para penyewa jasa sering kali pelit memberi upah. Para petualang terkadang merangkap jadi pengemis, kriminal, bahkan jadi mucikari hanya demi bisa bertahan hidup.

Sungguh mengenaskan. Derajat kaum petualang hanya satu tingkat lebih tinggi dari para budak.

"Iya. Itu yang aku alami!" Kimansu menyahut. Dia menghitung ulang koin copper di tangannya, sebelum bicara lagi pada resepsionis. "Ayolah, Cantik. Kamu tidak salah hitung?"

Resepsionis itu memasang wajah jutek.

"Memang segitu bayaranmu. Harga rumput weeb sedang turun sekarang."

"Aku seharian mengumpulkanya, tahu! Bisakah kamu memberiku bonus? Nanti aku ajak kencan deh."

Resepsionis itu semakin ketus. Dia melirik celana kolor Kimansu dengan tatapan sinis.

"Beli pakaian dulu sebelum ngajak kencan gadis secantik aku. Pergi sana, kamu enggak lihat antrian di belakangmu?" kata gadis resepsionis itu, menunjuk barisan orang di belakangnya.

"Seharusnya kamu bangga dirayu pria tampan sepertiku!"

Resepsionis dari ras beastman itu stress sendiri. Begitupun para petualang di belakang Kimansu. Mereka mulai uring-uringan karena si gelandangan itu masih saja protes berjam-jam.

"Sampai kapan kamu berdiri di situ, gembel?" kata salah satu dari mereka. "Gantian woi!"

Kimansu tidak peduli. Dia justru menoleh ke belakang dan melakukan tindak pemerasan.

"10 copper, atau kakimu pegal-pegal."

"Orang itu benar-benar tidak tahu malu!" sahut petualang di antrian agak jauh. "Bayar saja 10 copper, kami capek berdiri woi!"

"Arrgghh!!! Aku tak tahan lagi! Ini uangmu!"

Kimansu terbahak. Dia raih 10 copper itu dan pindah ke barisan di belakangnya lagi, minta uang lagi, geser satu orang lagi, memeras lagi, dan begitulah seterusnya.

PIP!

[Skill tidak tahu malu naik level]

Ratusan copper di tangan Kimansu. Uang itu terus bertambah karena setiap orang di belakangnya harus membayar jumlah yang sama. Setelah mengantongi pemasukan hari ini, Kimansu pergi dari antrian diiringi tatapan jengkel seluruh penghuninya.

"Baru tiga hari jadi petualang, aku sudah mengantongi banyak uang. Ini yang namanya kerja cerdas, hahahaha!" Kimansu terkekeh. Di guild itulah dia mulai mendapatkan kehidupan yang layak dibanding jadi pengemis.

Walau nampak paling besar di antara bangunan kanan dan kirinya, guild petulang itu memiliki bentuk yang sama persis seperti guild petualang di game-game RPG. Interior bangunan itu juga memiliki dua lantai kayu dimana setiap lantainya memiliki fungsi berbeda.

Selalu ada kantor guildmaster di lantai atas, ada pula ruang untuk tamu khusus di lantai itu. Lantai atas pun selalu terlihat mewah dan dijaga kebersihannya. Tapi sama juga seperti guild petualang lainnya, lantai atas itu juga selalu sepi karena aktivitas khusus tidak selalu ada di setiap hari.

Kondisi itu berbanding terbalik dengan lantai yang ada di bawahnya.

Di lantai bawah itu selalu ada café dan bar berikut para petualang yang minum-minum, serta para pekerja yang tidak pernah menganggur memenuhi pesanan mereka. Para pekerja itu melayani pelanggan bar, jual beli hasil buruan, serta melayani quest-quest para petualang.

Di lantai itu juga terdapat papan quest seluas 6x4 meter di mana selalu ada banyak petualang berdesakan.

Salah satunya, ada Kimansu berdiri di sana.

'Aku bosan mengumpulkan herbal. Sepertinya aku harus cari quest lain yang lebih menantang.'

Matanya awas. Dia mengamati lembar demi lembar quest yang cocok untuk rank-nya saat ini. Tapi mau bagaimanapun dia mencarinya, semua quest rank-G itu belum ada yang menarik minat.

"Merawat anak kucing, membersihkan selokan, merawat nenek-nenek ... hmmm ..." Bola mata Kimansu terus berkelana. Mata itu baru berhenti setelah menangkap sebuah quest yang cukup menarik. "Gatcha! Aku mau quest ini!"

"Perhatikan lagi, Idiot. Kamu enggak bisa baca?" Seseorang menegurnya. "Itu quest untuk party."

Kimansu membaca lagi. Dia baru tahu bahwa syarat quest itu tidak lah sembarangan. Karena dia belum punya party, dia melirik si penegur itu untuk menawarinya kerjasama. Tapi orang itu justru menjauhinya, begitupun para rank-G yang awalnya berdesakan.

Mereka semua menghindar. Ketika Kimansu menawarkan dirinya, yang dia dapat hanyalah penolakan.

"Kamu pikir kamu mau kami punya anggota party tukang peras?"

"Jangan ikut party-ku! Aku enggak mau menerima anggota enggak tahu malu!"

Oh, tidak ... Kimansu akan kena masalah jika sampai dua minggu kedepan, dia masih kerja sendirian.


next chapter
Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C11
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login