Baixar aplicativo
15.38% Pacarku Terlalu Malas / Chapter 24: BAB 23 - Memasak

Capítulo 24: BAB 23 - Memasak

Diah membantu Rifan mengeluarkan belanjaan dan Rifan memasukannya dengan rapi ke dalam kulkas. Mereka bekerja sama dengan baik hingga tidak sadar bahwa waktu telah berlalu dan ini sudah jam sembilan.

"Oh tidak ini sudah jam sembilan, asrama pasti sudah tutup." Diah menggigit biibirnya gelisah saat melihat jam dinding. "Bagaimana aku kembali?"

"Menginaplah disini," saran Rifan sambil menutup pintu kulkas.

Diah menggelengkan kepalanya menolak tawaran Rifan karena hanya ada mereka berdua di rumah ini sebab mbok Nah sudah pulang dan dia hanya bekerja pada pagi hari saja.

"Tenanglah aku tidak akan melakukan apapun padamu." Rifan meraih gelas dan menuangkan air dari teko.

Diah tidak mempercayainya karena hanya ada mereka berdua, jika Rifan ingin melakukan sesuatu kepadanya bukanlah hal yang sulit karena Diah tidak bisa melawan.

Ia merasa tidak aman.

"Gunakan ponselku untuk menelpon 112 jika aku melakukan sesuatu yang buruk kepadamu." Rifan memberikan ponselnya kepada Diah karena ponsel miliknya baterainya habis dan tidak dia bawa ke sekolah.

Diah mencengkeram ponsel tersebut dengan kuat seolah itu adalah penyelamat hidupnya.

Rifan hanya mendengus melihat tingkah Diah kemudian berbalik menuju dapur. "Aku akan memasak, kamu bisa mengambil pakaian di kamar dekat tangga."

"Kamu bisa masak?" tanya Diah ragu.

"Kamu meremehkanku?" Rifan menaikkan sebelah alisnya merasa tidak senang karena diremehkan.

"Hmmm…" Diah ingin mengangguk tetapi dia malah memalingkan wajahnya.

"Aku bisa memasak." Sebenarnya Rifan belum pernah memasak selain memanaskan air, tetapi dia telah melihat mbok Nah memasak dan mengingat semua langkahnya. Dia yakin bisa mengikutinya sama persis.

Diah masih ragu dengan Rifan, dia tidak meremehkan laki-laki karena kakaknya sendiri adalah koki dan telah mendirikan banyak cabang. Hanya saja orang seperti Rifan sangat meragukan dan dia berdoa makanannya tidak beracun.

Dia tidak ingin masuk ke rumah sakit!

"Cepat pergi dan mandi sana! Tubuhmu sangat bau." Rifan pura-pura menutup hidungnya untuk membuat Diah kesal.

Wajah Diah berubah gelap dan dia berbalik dengan kesal, enak saja mengatainya bau. Diah sangat rajin mandi setiap hari!

Rifan hanya terkekeh saat melihat kepergian Diah, bermain dengan kelinci kecil benar-benar menyenangkan.

oOo

Diah membuka pintu kamar dan memasuki ruangan dengan ragu, matanya disapa dengan warna putih dan sedikit warna cream yang menghiasi kamar ini. Tak jauh darinya ada ranjang berukuran sedang yang menghadap jendela dan sebuah lampu tidur bergaya eropa. Lemari besar berada di kanan dan ada meja rias kecil yang berwarna putih. Sepertinya pemilik kamar ini sangat menyukai warna putih.

Tapi mengapa tidak ada foto?

Diah mengedarkan matanya tetapi tetap tidak menemukan foto sama sekali, dia hanya menemukan lukisan besar pemandangan yang ditaruh diatas ranjang. Dia berjalan mendekati lemari dan membukanya untuk mengambil pakaian.

Saat membuka lemari dia tidak menemukan pakaian laki-laki sama sekali dan malah menemukan pakaian perempuan, dia kira kamar ini adalah kamar Rifan tetapi ternyata tidak. Ini adalah kamar seorang perempuan yang menyukai ketenangan karena terlihat jelas dari desain kamar ini.

Diah mengambil salah satu pakaian dengan acak dan dia tersenyum senang karena dia menyukai model pakaian tersebut. Dress pendek dengan kerah sedikit rendah dan hanya sebatas lututnya, ada juga tali tipis yang melingkari dress ini yang sepertinya terjahit langsung sebab Diah tidak bisa melepaskannya.

Diah mencoba mencari apakah ada handuk di dalam lemari dan akhirnya menemukannya, dia berjalan ke kamar mandi dan tidak melihat peralatan mandi sama sekali. Kemungkinan besar kamar ini sudah lama tidak digunakan walaupun sering dibersihkan.

Ia meletakan handuk dan pakaiannya ke gantungan baju dan berjalan keluar kamar, seingatnya Rifan membeli banyak peralatan mandi dan dia ingin meminjam.

Saat melihat kresek belanjaan yang disisihkan dalam sofa ia segera mengambilnya dan mengeluarkan sabun, sampo, sikat gigi dan pasta gigi. Ketika melewati dapur dia berhenti sejenak untuk mengintip Rifan, apakah dia benar-benar bisa memasak?

Ia melihat Rifan tengah memotong wortel dan dia sedikit bernafas lega, setidaknya saat dia melihat teknik potongnya terlihat rapi Rifan tidak akan seburuk itu memasak.

oOo

Rifan bersenandung senang dan meletakan piring terakhir diatas meja, dia telah mengikuti cara yang dilakukan mbok Nah dan yakin dengan hasil masakannya walaupun belum sempat mencicipinya.

Dia ingin Diah menjadi orang pertama yang merasakan masakannya.

Rifan mendengar suara pintu terbuka dan mendongakkan kepalanya, nafasnya seketika tercekat saat melihat penampilan Diah sangat mirip dengan 'dia' apalagi mengenakan pakaian yang sama. Dia ingat pakaian tersebut adalah pakaian favorite 'dia' dan selalu dijaga dengan baik, bahkan saat Rifan tanpa sengaja mengotorinya 'dia' akan marah.

Keringat dingin keluar dari dahinya dan dia memalingkan wajah sejenak untuk mengatur nafasnya, dia tidak akan membiarkan Diah melihat penampilan buruknya.

Saat melihat Diah berpenampilan seperti itu membuat Rifan ingin mencengkeram bahunya dan berteriak dengan keras.

Kenapa 'dia' meninggalkannya?

Kenapa membiarkannya sendiri bersama sekawanan serigala?

Kenapa 'dia' tidak mengajaknya?

"Ada apa?" Diah mengerutkan dahinya saat Rifan memalingkan wajahnya.

Rifan mencoba tersenyum dengan paksa. "Ayo makan!" Rifan menarik kursi untuk Diah.

Diah duduk di kursi dan menundukan kepala untuk melihat makanan yang dia buat, untunglah penampilan makanan tersebut tidak seburuk yang dia pikirkan dan terlihat memanjakan mata. Ia mengambil piring kemudian menyendokkan nasi, tangannya bergerak mengambil ayam goreng dan menuangkan sup.

Kelihatannya Rifan cukup baik dalam memasak.

"Ayo makanlah! Dan katakan padaku bagaimana rasanya?" Dia menompang kepalanya dengan tangan dan menunggu penilaian dari Diah.

Diah mengangkat sendok dan membuka mulutnya, saat makanan tersebut masuk ke dalam mulutnya tiba-tiba wajahnya langsung berubah aneh dan dia mengerutkan dahi. Dengan susah payah dia mencoba menelan makanan tersebut dan langsung minum air untuk membilas lidahnya.

Rasanya sangat asin!!!!

"Apa kamu suka?" Rifan tidak memperhatikan keanehan Diah dan masih semangat.

"Kau harus merasakannya!" Dengan kasar Diah menyendokan makanan ke mulut Rifan.

"Hmpphh-" Mata Rifan terbuka lebar dan dia hampir saja memutahkan makanan di depan Diah namun dia dengan cepat menutup mulutnya dan berlari ke kamar mandi.

Diah tertawa dalam hati saat melihat penampilan konyolnya, dia masih mengingat ketika matanya terbuka lebar saat merasakan masakannya sendiri. Ini sangat lucu!

Dia benar-benar tidak berbakat!

Tak berselang lama kemudian akhirnya Rifan kembali dari kamar mandi dan berjalan dengan lesu ke arah Diah. Awalnya dia ingin menunjukan hasil kerja kerasnya kepada Diah tetapi ia malah mengacaukannya dan membuat makanan yang buruk. Kenapa rasa masakannya berbeda dengan yang dibuat mbok Nah?

Dia yakin telah mengikuti langkah-langkahnya dengan benar!

"Masakanmu sangat buruk." Diah meminum air untuk kesekian kalinya untuk menetralkan lidahnya. "Apakah ini pertama kalinya kau memasak?" celetuknya santai.

"Ya ini adalah pertama kalinaya,," jawab Rifan jujur.

Diah menyemprotkan air dari mulutnya dan menatap Rifan tidak percaya. "Pertama kalinya?"

Rifan menganggukkan kepalanya. "Aku mengikuti langkah seperti yang di lakukan mbok Nah tapi mengapa rasanya sangat asin." Ia sangat heran.

"Apakah kau tidak bisa membedakan antara gula dan garam?" Diah curiga apakah Rifan tidak bisa membedakannya.

"Tentu saja aku bisa membedakannya," jawab Rifan sedikit ragu karena sebelumnya dia sempat bingung memasukan yang mana saat memasak tadi.

Dua bahan makanan itu hampir mirip di mata Rifan.

Diah memicingkan matanya tidak percaya kemudian berdiri dari kursi. "Aku saja yang memasak." Membiarkan laki-lai sepertinya memasuki dapur membuat Diah khawatir jika tidak bisa melihat hari esok.

Untung saja masakannya hanya asin, tapi bagaimana jika berikutnya ia memasukan bahan yang salah dan menjadi beracun?

Diah masih menyayangi nyawanya!

Rifan dengan enggan membiarkannya memasak dan menyingkirkan piring, ia menghela nafas karena merasa sayang harus berakhir di tempat sampah.

Diah mengeluarkan ikat rambut dan mengucir rambutnya dengan rapi, ia menghela nafas saat melihat kekacauan di dapur yang mirip kapal pecah seperti dugaannya.

Pertama-tama dia pergi ke wastafel dan mencuci peralatan dapur yang kotor, Rifan dengan seenaknya langsung meletakan peralatan kotor disana tanpa membersihkannya dan Diah harus menanganinya. Bahkan dia bisa melihat bagian yang hangus dari wajan.

"Biarkan aku yang mencucinya." Rifan menawarkan diri untuk membersihkan kekacauannya.

Diah mengangguk kemudian menyeka wajan hingga kering, dia berjalan menuju kulkas dan mengeluarkan beberapa bahan makanan. Ia mengambil daging ayam, telur, daun seledri, kecap, dan bahan yang lainnya. Sepertinya dia akan memasak tumisan sederhana.

Prangg~~ Krakkk~

Wajah Diah berubah gelap saat dia berbalik dan melihat Rifan memecahkan banyak piring dan gelas, dengan kesal dia menariknya agar menjauh dari dapur.

"Jangan! Pernah! Memasuki! Dapur!"

-TBC-

Jika kalian punya pacar yang gak bisa masak, apa yang akan kalian lakukan?

A. Memasakan makanan lezat untuknya.

B. Belajar memasak bersama.

C. Suruh dia belajar masak sendiri!

D. Jawaban lain.....


next chapter
Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C24
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login