"Kita mungkin bisa menangkap ikan lebih banyak!"
"Dan bagaimana jika tidak?"
Crusch tidak bisa menjawab rentetan pertanyaan dingin dari Zaryusu di hadapannya.
Zaryusu bertindak dengan apa yang paling dekat dengan skenario terburuk di otaknya. Crusch berpikir dengan harapan sebagai fondasinya. Jika situasi buruk muncul, pilihan Crusch akan mengarahkannya ke dalam bencana, sementara Zaryusu tidak.
Dan meskipun jika mereka dikalahkan dan jumlah lizardmen dewasa berkurang, mereka akan tewas dalam kematian mulia di dalam peperangan.
"...Jika kamu menolak, kami harus menyerang Red Eyes dulu."
Nada gelap dari suaranya membuat Crusch tersentak.
Itu adalah sebuah deklarasi bahwa mereka tidak akan membiarkan hanya Red Eyes saja yang kabur ke tanah baru dengan anggotanya yang masih utuh.
Itu adalah penilaian yang benar dan beralasan.
Jika sebuah suku dengan jumlah yang berkurang kabur untuk mengungsi ke tempat Red Eyes, dengan kekuatan penuh mereka yang tidak berkurang, tenang, satu-satunya hal yang menunggu mereka adalah malapetaka. Mempertimbangkan bahayanya, tindakan satu-satunya adalah serangan pencegahan. Itu adalah pilihan yang jelas bagi seseorang yang bertanggung jawab kepada seluruh suku. Jika Crusch sendiri berada pada posisi itu, dia akan membuat keputusan yang sama.
"Meskipun jika kita kalah dalam berperang, aku yakin bahwa bergabung dengan kami akan menurunkan peluang akan adanya pertumpahan darah diantara suku kita pada habitat baru."
Crusch yang tak mampu mengerti apa yang Zaryusu maksud, menunjukkan ekspresi bingung yang tulus di wajahnya. Zaryusu menjelaskannya agar maksud dia yang sebenarnya akan menjadi jelas.
"Perang ini akan menanamkan rasa persahabatan. Daripada sebagai suku-suku yang berbeda, kita akan bisa saling mengenal satu sama lain sebagai seorang sekutu yang bertarung bersama-sama."
Benar sekali.
Crusch mengunyah ucapan Zaryusu di dalam mulutnya.
Dia menyatakan sebuah kemungkin bahwa suku-suku yang menumpahkan darah bersama-sama tidak akan cepat bertarung satu sama lain jika makan menjadi langka. Tapi ide Crusch sendiri dang pengalaman membuatnya ragu. Dengan wajah yang sedikit diturunkan, saat dia akan jatuh ke dalam pemikiran yang dalam, Zaryusu memberikan sebuah pertanyaan.
"Ngomong-ngomong, bagaimana Red Eyes bisa melewati periode itu?"
Rasanya seperti ditusuk oleh jarum. Sebelum Crusch menyadarinya, Crusch terkejut. Melihat wajah Zaryusu langsung, dia bisa melihat keterkejutan di wajah Zaryusu, yang mengajukan pertanyaan.
Ah, dia bertanya karena dia benar-benar tidak tahu.
Meskipun Crusch mengenalnya hanya sebentar, dia sudah menggenggam dasar kepribadian dari seorang pria yang bernama Zaryusu. Crusch secara intuitif sadar bahwa itu bukan pertanyaan untuk mengancam mereka.
Crusch menyipitkan matanya dan menatap Zaryusu. Tatapannya sangat tajam seakan ingin membuat sebuah lubang padanya. Tidak mampu mengerti alasan dari tatapan Crusch, dia melihat tatapan itu membuat Zaryusu merasa tidak berdaya. Tapi meskipun begitu, Crusch tidak bisa menggendalikan dirinya sendiri.
"--Apakah ada alasan yang harus kukatakan padamu?"
Crusch mengeluarkan kalimatnya, nada yang dibawanya dipenuhi dengan kebencian. Perubahan yang dibuat oleh Crusch membuat Zaryusu ragu apakah dia sedang berbicara dengan orang yang sama.
Tapi Zaryusu tidak bisa mundur. Mungkin ini akan mengandung jawaban yang bisa membuat semua orang selamat.
"Aku ingin mendengarnya. Apakah itu adalah kekuatan Druid? Ataukah memang ada metode lain? Mungkin itu bisa jadi penyelamat kami..."
Setelah berhenti sejenak, Crusch menyunggingkan senyum lelah dan melanjutkan.
"Apa yang kami lakukan adalah membunuh saudara kami - kami memakan saudara kami yang telah tewas."
Zaryusu tidak bisa membuka mulutnya karena terkejut. Membunuh yang lemah - mengurangi mulut yang harus diberi makan bukanlah hal tabu. Tapi memakan saudaramu adalah tindakan salah dan tabu diantara hal-hal tabu.
Mengapa dia mau mengatakan ini? Ini adalah sesuatu yang seharusnya disimpan rapat-rapat hingga ke liang lahat. Mengapa dia membuka jawabatan itu kepada orang luar, seorang utusan? Apakah dia berniat untuk tidak membiarkanku pergi hidup-hidup? Tidak, ini bukan suasana seperti itu.
Crusch sendiri tidak mengerti mengapa dia mengatakannya kepada Zaryusu.
Dia tahu betul seberapa banyak hinaan yang akan datang dari suku lain. Jadi mengapa -
Mulutnya bergerak dengan lembut, seakan itu bukan miliknya sendiri.
"Hari itu, ketika suku-suku yang berbeda mulai berperang, suku kami juga mengalami kelangkaan makanan yang serius dan berada dalam situasi yang berbahaya. Tapi alasan suku kami tidak ikut dalam pertarungan adalah karena kami terdiri dari banyak druid dan yang sedikit warrior. Druid kami mampu membuat makanan melalui magic."
Mulut Crusch tidak menunjukkan tanda berhenti, seakan dikendalikan oleh kesadaran yang lain.
"Tapi makanan yang dibuat oleh druid kami tidaklah cukup. tidak jika kamu membandingkannya dengan ukuran seluruh suku secara keseluruhan. Satu-satunya pilihan yang tersisa bagi kami adalah berjalan ke jalan kehancuran perlahan-lahan. Lalu pada suatu hari, kepala suku kami membawa banyak makanan. Daging merah yang cerah."
--Mungkin aku memang ingin dia mendengarkannya... mendengarkan dosaku.
Crusch menggeretakkan gigi-giginya. Pria di depannya mendengarkan dengan jelas. Meksipun jika dia akan merasa jijik, dia menyembunyikannya dan mendengarkan.
Untuk itu, Crusch sangat bersyukur.
"Setiap orang samar-samar tahu daging apa itu. Untuk sesaat kami membuat hukum yang ketat dan siapapun yang melanggarnya akan diusir. Satu-satunya waktu ketika kepala suku kami membawa daging adalah setelah seseorang diusir. Meskipun begitu, kami semua menutup mata dan memakannya untuk selamat. Tapi suatu hal seperti tak pernah bisa bertahan. Kesedihan yang menumpuk tiba-tiba meledak semua dan suatu hari berubah menjadi tindakan pemberontakan."
Dengan mata tertutup, dia teringat kepala suku mereka.
"Kami makan...kami tahu dan masih tetap makan. Itu membuat kami kaki tangannya namun... melihat ke belakang, itu sangat lucu."
Crusch akhirnya menghentikan doanya dan menatap lurus kepada wajah Zaryusu. Dia melihat ke arah matanya yang terdiam dan melihat bahwa mereka tidak memiliki rasa jijik. Dia merasa terkejut karena kegembiraan yang muncul dari suatu tempat di hatinya.
Mengapa dia merasa senang?
Crusch juga, samar-samar tahu jawaban dari pertanyaan itu.
"..Lihat aku. Suatu ketika, seseorang sepertiku lahir di suku Red Eye. Sejak dahulu, mereka akan menunjukkan sebuah kekuatan. Dalam kasusku, itu adalah kekuatan druid. Ini membuat kami memiliki otoritas yang hampir menyamai kepala suku... Dan aku berada di tengah pemberontakan yang membelah suku menjadi separu. Kami menang karena kami memiliki jumlah yang lebih besar."
"Dan pada akhirnya, makanan dibagi dengan rata diantara mereka yang tersisa?"
"Ya..sebagai hasilnya suku kami berhasil selamat. Ketika pemberontakan -- waktu itu, kepala suku tak pernah menyerah. Dia mati dengan luka yang begitu banyak. Dan ketika dia menerima pukulan terakhir, dia tersenyum kepadaku."
Seakan dia sedang memuntahkan darah, Crusch melanjutkan ceritanya.
Itu adalah nanahyang pelan-pelan berkumpul di hatinya, sejak dia membunuh kepala suku.
Nanah yang tidak bisa dia buka kepada anggota suku yang percaya kepadanya dan bertarung melawan kepala suku mereka, Crusch hampir tidak bisa menceritakan hal itu kepada Zaryusu. Itulah kenapa mengapa ucapannya tidak berhenti, seperti air yang sedang dihabiskan.
"Itu bukan mata seseorang yang menatap pembunuhnya. Tidak ada kebencian, iri hati, permusuhan, kutukan, tak ada satupun. Itu adalah senyum yang indah! Kepala suku selalu menghadapi realita secara langsung dan bergerak. Dna kami...kami bertindak berdasarkan idealis kami dan kebencian. Mungkin satu-satunya yang benar adalah kepala suku kami! Itulah apa yang selalu aku pikirkan! Karena kepala suku kami telah tiada - yang dianggap sebagai akar seluruh kejahatan, suku kami mampu bersatu sekali lagi. Dan yang lebih parah, karena jumlah kami lebih sedikit, kami bahkan memperoleh hadiah tidak lagi ada masalah makanan!"
Itu adalah batasnya.
Sebagai seseorang yang bertindak sebagai kepala, sebagai seseorang yang memikul dosa, mati-matian menahan semua itu, tenaga ketika dia jatuh sekuat ketika dia berusaha. Aliran sungai keruh yang mengalir menelan semuanya. Pemikiran yang telah robek, sulit sekali merubah mereka menjadi kata-kata.
Dengan suara lirih, meskipun air matanya tidak jatuh, secara mental, dia menangis.
Itu adalah tubuh yang kecil.
Alam telah sepakat, bahwa kelemahan adalah dosa, anak-anak yang dilindungi, tapi meksipun, baik lizardmen pria dan wanita menekankan kekuatan kebaikan. Pada titik itu, wanita di depannya hanya bisa terlihat sebagai obyek cemoohan. Seseorangyang mengumpulkan satu suku, bagaimana bsa dia menunjukkan kelemahan di depan orang asing, meskipun seseorang dari suku yang berbeda?
Namun, apa yang Zaryusu rasakan di hatinya benar-benar emosi yang berbeda.
Itu bisa dikarenakan dia adalah wanita yang cantik. Tapi semakin dia memikirkan, dia percaya bahwa yang berada di depannya adalah seorang warrior. Terluka, mengerang, kesakitan, tapi masih tetap mencoba berjalan lurus. Pemikirannya adalah bahwa seorang warrior sekaliber itu hanya bisa menunjukkan kelemahan sejenak.
Seseorang yang mencoba berdiri dan berjalan ke depan, orang itu tidak lemah.
Zaryusu mendekatinya dan memeluk Crusch di bahunya.
"-Kami juga bukan mahatahu dan mahakuasa. Kami hanya bisa memilih jalan kami saat ini. Aku mungkin akan bertindak sama jika aku berada di posisi itu. Tapi aku tidak ingin menenangkanmu. Dimana seseorang bisa menemukan jawaban yang sepenuhnya benar di dunia ini. Kami hanya berjalan ke depan, telapak kaki kami mengandung banyak luka dari rasa sesal dan penderitaan kami. Kamu juga, pilihanmu hanyalah bergerak maju. Itulah yang aku percayai."
Saat suhu tubuh mereka ditransferkan satu sama lain, sesaat mereka bisa merasakan detakan jantung masing-masing melalui tubuh mereka. Mereka terperangkap dalam ilusi dari dua detak jantung yang berirama sama dan pelan-pelan menjadi satu.
Itu adalah sensasi misterius.
Zaryusu merasakan kehangatan yang tak pernah dia dapatkan sebelumnya sejak dia lahir. Itu bukan karena dia sedang memeluk seorang lizardmen.
Apakah itu karena aku sedang memegang wanita ini, Crusch Lulu?
Setelah sesaat, Crusch melepaskan diri dari tubuh Zaryusu.