Baixar aplicativo
94.92% OVERLORD INDONESIA / Chapter 243: Haus Darah Assassin

Capítulo 243: Haus Darah Assassin

"Te..Ternyata begitu. Maka anda tahu identitas orang-orang itu ?"

"Aku bisa membuat sebuah dugaan tapi aku tidak yakin. Itulah kenapa aku berniat untuk menangkap satu atau

dua untuk infomrasi. Namun-"

Sebas membungkukkan kepalanya.

"Aku tidak ingin kalian berdua ditarik dalam hal ini. Bisakah kalian segera meninggalkan tempat ini ?"

Mendengar kalimat ini, Climb bertanya kepadanya.

"Sebelum itu, saya punya pertanyaan yang ingin saya ajukan. Apakah orang-orang itu ... apakah mereka

kriminal ?"

"...Kelihatannya begitu. Aku tidak mengira mereka sebagai orang dengan tipe yang menjalani kehidupan

dengan benar."

Setelah mendengar jawaban Brain, api membakar mata Climb.

"Mungkin aku hanya akan menghalangi saja, tapi aku juga ingin bertarung. Sebagai seseorang yang melindungi

keamanan ibukota, sudah jelas aku harus melindungi penduduknya."

Di dalam pikirannya, Brain berpikir bahwa tidak ada jaminan jika Sebas adalah satu-satunya dalam situasi ini.

Yah, tidak diragukan lagi siapapun yang membandingkan orang-orang yang baru saja muncul dengan Sebas

yang mengeluarkan kesan integritasnya akan percaya bahwa dia adalah sisi kebaikan. Tapi meskipun begitu,

tidak ada jaminan.

Masih hijau...

Namun, dia bersimpati dengannya. Ketika membandingkan seseorang yang menyelamatkan bocah tadi dari

pemabuk dengan orang-orang ini, sangat jelas sisi mana yang akan diambil oleh Brain.

"Meskipun mungkin anda tidak akan memerlukan bantuan apapun... Sebas-sama, saya akan memberi bantuan

juga."

Brain berdiri di samping Climb. Sebas tidak akan memerlukan bantuan...tidak, bahkan tidak akan ada artinya

mereka disana. Namun, untuk mencoba meniru Climb yang bertarung untuk orang lain, Brain memilih sebuah

jawaban bahwa dirinya yang dulu tidak akan melakukannya. Meskipun hati bocah itu kuat, kemampuannya

dengan pedang masih kurang. Dia harus melindunginya.

Brain menatap senjata yang dipegang orang-orang itu dan mengerutkan dahi.

"Racun... Kelihatannya mereka berpengalaman melihat bagaimana mereka menggunakan sebuah senjata yang

bisa membunuh mereka... Apakah mereka assassin ?"

Ada garis yang terpahat pada mata pedang mereka, juga disebut sebagai mail breaker (penghancur baju rantai).

Cairan di mata pedang itu memberikan kilauan jahat. Dan cara gerakan mereka yang gesit terfokuskan pada

gerakan mereka, berbeda dari ahli-ahli pedang itu, semuanya memastikan ucapan Brain.

"Climb-kun, berhati-hatilah. Meskipun akan berbeda jika kamu memiliki item magic yang bisa menghalangi

poison, anggap dirimu mati jika kamu terkena sekali saja."

Meskipun kemampuan fisik Brain membuat poison tidak efektif, akan sulit bagi Climb untuk menahan mereka.

"Melihat bagaimana kalian tidak langsung menyerang setelah menunjukkan diri, bolehkah aku berasumsi bahwa

kalian merencanakan mengurung serangan dan memiliki dua orang lainnya yang sedang menunggu ? Karena

kami sudah mengetahui titik itu, pertama, apakah kita akan menerobos mereka ?".

Sebas dengan sengaja bersuara keras agar musuhnya bisa mendengarnya, menyebabkan orang-orang itu sejenak

terdiam. Mereka gemetar karena rencana mereka untuk menyerang sambil mengepung sudah diketahui.

"Kelihatannya itu adalah pilihan yang paling aman. Akan lebih baik menghancurkan barisan depan dan

menyerang mereka yang ada di belakang."

Brain setuju dengan Sebas. Namun, ide itu ditolak oleh yang menawarkan.

"Ah, tapi nantinya akan ada kemungkinan mereka kabur. Aku akan menangani tiga orang di depan. Bagaimana

kalau kalian berdua di sisi lainnya dan menghadapi dua orang yang akan datang ?"

Brain membalas bahwa dia mengerti dan Climb menganggukkan kepala setuju. Ini adalah pertarungan Sebas

dan mereka adalah yang memaksa membantu. Selama Sebas tidak membuat kesalahan kritis, mereka harus

mengikuti instruksinya.

"Baiklah, ayo maju."

Brain bicara kepada Climb dan memutar kepalanya kepada orang-orang itu. Meskipun dia menunjukkan sisi

dirinya yang tidak dijaga kepada orang-orang yang dipenuhi dengan rasa permusuhan tersebut, berkat Sebas, dia

tidak khawatir. Saat dia menyerahkan punggungnya kepada Sebas, dia merasakan perasaan aman yang

meningkat, seperti sebuah dinding tebal yang telah dibuat di sekitarnya.

"Sekarang, meskipun ini adalah hal yang disayangkan... Aku akan menjadi musuhmu. -Oh tidak, aku tidak bisa

membuatmu tidak setia dengan mereka berdua."

Ketiak Brain melihat ke arah bahunya, Sebas sedang menggenggam tiga pisau kecil di jari-jari tangan

kanannya. Dia menjentikkan jari-jarinya dan pisau-pisau yang dilemparkan ketiga pria tersebut kepada sisi tak

terlindung dari Brain dan Climb seluruhnya jatuh ke tanah.

Rasa haus darah di mata para musuh itu berkurang drastis.

jelas saja, melihat pisau-pisau yang mereka lemparkan dihadang seperti itu akan membuat siapapun kehilangan semangat bertarung. Jadi kalian akhirnya menyadari seberapa kuat Sebas-sama, eh ? Tapi sudah terlambat.

Tidak ada jalan untuk kabur dari pak tua itu. Meskipun jika kalian bertiga berpencar ke arah yang berbeda.

"Menakjubkan."

Climb berjalan ke samping Brain.

"Memang benar. Jika seseorang berkata bahwa Sebas-sama adalah yang terkuat di Kingdom, aku pasti akan

menganggukkan kepala."

"Bahkan lebih kuat dari Kapten Prajurit ?"

"Maksudmu Stronoff. Sebenarnya, melawan tetua itu, Aku..Aku..., maaf. Aku akan bicara seperti biasanya.

Bahkan jika Stronoff dan aku menyerangnya bersama-sama, tidak mungkin kami bisa menang... Ah, mereka

disini."

Dua orang lainnya muncul ketika mereka berputar di sudut. Seperti yang diduga, mereka berpakaian seperti tiga

orang sebelumnya. Ada suara pedang yang terhunus dan Brain juga mengikutinya.

"Alasan bahwa mereka tidak menyisakan seseorang sebagai penyergap untuk melempar pisau mungkin karena

tetua sudah melihat rencana mereka."

Seorang penyergap hanya efektif jika itu adalah sebuah keterkejutan, gagal dalam hal tersebut, mereka hanya

akan memisahkan kekuatan mereka. Karena mereka sudah diketahui, mereka mungkin sudah bertekad bahwa

bekerja sama dari awal akan memberikan peluang kemenangan yang lebih besar.

"Itu adalah pemikiran yang naif... Climb, aku akan menangani yang di kanan, kamu hadapi yang ada di kiri."

Brain memeriksa cara mereka bergerak dan menebak yang mana yang lebih lemah dari dua orang itu, lalu

memberi instruksi kepadanya. Si Bocah mengangguk dan mengangkat pedangnya. Tiada keraguan adalah hal

yang unik bagi seseorang yang mengalami situasi dimana nyawa mereka dipertaruhkan. Brain lega bocah ini

bukan seorang perjaka dalam pertarungan yang sebenarnya.

Climb seharusnya bisa mengalahkan yang itu tapi... karena dia menggunakan racun, itu akan jadi pertarungan

yang hampir.

Meskipun Climb memiliki pengalaman bertarung, dia kelihatannya tidak seperti seseorang yang berjalan di

jalan yang penuh darah dimana bertarung melawan pengguna racun sangat sering. Ini mungkin adalah pertama

kalinya bagi Climb bertarung melawan racun. Brain juga, dia selalu waspada berlebihan ketika bertarung

melawan monster yang menggunakan asam atau racun, membuatnya sulit baginya untuk menunjukkan

kekuatannya yang penuh dalam situasi tersebut.

Bukankah akan lebih baik jika aku akan membunuh yang di sebelah kanan dengan cepat dan menolongnya ?

Akankah itu akan menguntungkannya ? Apakah aku menginjak tekadnya untuk membantu dengan kekuatannya sendiri ? Apakah aku harus bertarung sebagai gantinya ? Tidak... akankah Sebas-sama membantunya jika

keadaan menjadi terdesak ? Apakah aku harus melangkah jika tak ada tanda bahwa dia akan membantunya ?

Tidak kukira aku akan mengkhawatirkan hal ini...

Brain menggaruk kepalanya dengan tangan yang tidak sedang memegang katana dan menatap langsung ke arah

musuh.

"Sekarang ini, maaf tapi aku harus membuatmu menjadi tumbal untuk memenuhi waktuku yang luang."

Tiga serangan.

Sebas mendekat dan dengan tinjunya, menanamkan serangan kepada masing-masing lawan. mereka bahkan

tidak bisa bereaksi, jangan mempertahankan diri. Dan dengan itu, selesai sudah.

Jelas sekali. Dengan kekuatan tempur yang termasuk kelas atas bahkan di dalam Nazarick, Sebas bisa

mengalahkan asssassin dengan level seperti ini hanya dengan jari kelingkingnya.

Dia mengalihkan matanya ke arah lawan yang roboh dan melihat pertarungan di belakangnya.

Brain mengungguli lawannya dari awal hingga akhir dan Sebas bisa melihatnya tanpa khawatir.

Assassin yang dia hadapi kelihatannya sedang mencari celah agar bisa kabur. Namun, Brain tidak

memperbolehkannya dan melawannya seperti sedang bermain dengannya. Tidak, daripada disebut seperti itu,

kelihatannya dia sedang mencoba menggunakan berbagai macam variasi serangan dan membuang 'karat' di

tubuhnya.

Dia memang menyebutkan tentang waktu luang. Dan kelihatannya alasan dia tidak menyerang dengan serius

adalah karena khawatir tentang Climb dan ingin bersiap untuk melompat dan menolong di saat kapanpun. Dia

lebih perhatian daripada yang aku duga.

Sebas menggerakkan matanya dari Brain ke arah Climb.

Yang disini seharusnya juga tidak apa.

Adu serangan, meskipun senjata beracun bisa membuat tidak tenang, situasinya tidak cukup buruk sehingga dia

harus langsung pergi menolongnya. Menyakitkan rasanya jika orang asing yang baik harus terseret ke dalam

masalah yang dia sebabkan. NamunJika kamu tidak bilang ingin menjadi kuat, aku akan pergi kesana untuk membantumu. Sebuah pertempuran

dengan nyawa dipertaruhkan juga adalah latihan yang bagus. Aku akan membantumu jika keadaan menjadi

berbahaya.

Climb menggunakan pedangnya untuk mengalihkan tusukan lawan.

Keringat dingin mengalir di punggungnya. Hampir berhasil menusuk armor miliknya. Sebuah wajah kecewa berkelebat di wajah musuhnya.

Climb menempatkan pedangnya di depan dan mengukur jarak diantara mereka. Lawannya di sisi seberang

bergerak maju dan mundur untuk menghentikannya mengukur jarak.

Biasanya, Climb akan menahan dengan perisainya dan menggunakan pedangnya untuk menyerang.

Kesulitannya saat ini dalam bertarung dengan hanya pedang disingkirkan baik dari pikiran dan tubuhnya. Bukan

hanya itu, senjata beracun juga memberikan beban baginya. Dia tahu betul bahwa penghancur baju rantai

dikhususkan untuk menusuk, dan semacamnya, itu adalah satu-satunya bagian yang harus dia waspadai. Tapi

meskipun begitu, seperti yang dia duga, pemikiran tidak boleh terkena satupun goresan membuat gerakannya

tumpul.

Dia bisa merasakan kelelahan yang semakin meningkat, bukan hanya di tubuhnya, tapi pikirannya juga.

Nafasnya semakin tidak beraturan.

Hal yang sama berlaku juga bagi lawanku. Aku bukan satu-satunya yang kelelahan.

Sepertinya, dahi lawannya juga licin karena keringat. Dia sangat lincah, menggunakan gerakan cepat untuk

menjadikan musuh tidak teratur, itu adalah gaya yang cocok untuk seorang assassin. Itulah kenapa memberikan

satu luka saja di lengan atau kaki akan membuat assassin kehilangan keuntungan dan menghancurkan

keseimbangan kekuatan antara mereka.

Pertarungan itu akan diputuskan oleh serangan tunggal.

Itu adalah alasan dari kegelisahan mereka yang mengalir. Tentu saja, ini adalah bagaimana sebuah pertarungan

antara mereka yang memiliki skill yang mirip. Bagaimanapun juga, itu akan lebih jelas dalam pertarungan

tertentu.

"Haa!"

Dengan nafas yang berat, Climb menyerang. Itu adalah sebuah ayunan kecil dengan sedikit kekuatan

dibaliknya. Sebuah ayunan yang lebar akan membuka sebuah celah yang besar jika dia luput.

Assassin itu dengan mudah menghindari serangannya dan menusukkan tangannya ke arah baju rantai.

Memprediksikan gerakan selanjutnya, Climb menjawab waspada terhadap tangan asassin.

Climb menahan pisau yang terbang ke arah matanya dengan pedangnya.

Itu adalah nasib baik. Untungnya, dia masih bisa menangkis serangan karena dia sudah memfokuskan

perhatiannya dengan hati-hati.

Namun tanpa memberinya peluang bernafas lega, assassin itu menyerang bawah.

Oh tidak!


next chapter
Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C243
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login