Dia tidak memiliki banyak waktu dan lalu bicara dengan cepat. Jika tidak ada yang bisa digunakan untuk
merawatnya, mereka akan cepat-cepat mencari cara lain.
"Haa, haa, haa, haa. Aku .. punya."
Dia menatap lagi dan melihat jika Climb meletakkan pedangnya dan menggerakkan badannya.
"Ternyata begitu."
Brain membalas dengan perasaan lega yang dalam dan melihat ke arah Succulent dengan tatapan yang
menusuk.
"Aku akan jadi lawanmu mulai sekarang. Aku harus balas dendam atas orang ini."
"...Tidak heran kamu terlihat percaya diri. Kamu memiliki sebuah katana, sebuah senjata mahal yang jarang
berpindah dari selatan. Aku tak pernah mendengar jika seorang warrior sepertimu ada di Kingdom.. Boleh aku
tanya siapa namamu ?"
Dia tidak berniat menjawabnya.
Climb ada seseorang yang berbagi tujuan dengannya - temannya. Di dalam situasi dimana seorang rekan
mungkin bisa mati, dia tidak memiliki waktu untuk maju mundur dengan pertanyaan dan...
Tiba-tiba, Brain bertanya kepada dirinya.
Apakah ini aku ?
Bukankah dia telah membuang segala hal yang tidak meningkatkan kemampuannya dengan pedang ? Saat Brain
sedikit mengangkat dagunya, dia mengeluarkan tawa lepas.
...Ahh, aku tahu sekarang.
Hatinya, impiannya, tujuannya, jalannya dalam kehidupan, apa yang membuat hidupnya berharga, seluruhnya
telah dihancurkan oleh monster itu, Shalltear Bloodfallen. Dan yang menemukan tempat di patahannya adalah
Climb. Ketika dia sendiri hancur di bawah nafsu membunuh liar dari figur misterius bernama Sebas, figur dari
Climb yang bertahan meskipun lemah memenangkan rasa hormat dan kekaguman Brain. Dia melihat kilauan
dari seorang pria yang memiliki apa yang tidak dia miliki.
Sambil berdiri di depan Climb, dia dan Succulent saling menatap satu sama lain. Melihatnya seperti ini, apakah
Climb melihat kemilau yang sama yang dilihat Brain dari punggungnya ?
Jika dirinya yang dulu melihat situasi ini, dia pasti akan tertawa hingga air mata jatuh dari matanya, berkata
bahwa dia telah menjadi lemah.
Dia telah berpikir bahwa seorang warrior akan semakin lemah jika dia harus memikul sesuatu. Dia dulu berpikir
bahwa satu-satunya hal yang dibutuhkan oleh seorang warrior adalah ketajaman.
Namun - sekarang dia mengerti.
"Jadi hidup semacam ini juga ada... aku tahu sekarang. Gazef... kelihatannya aku masih tidak setara denganmu."
"Apa kamu tidak mendengarku ? Keberatankah kamu kutanya lagi ? Siapa namamu ?"
"Maaf tentang itu. Aku tidak mengira ada makna apapun jika mengatakan hal ini padamu tapi aku akan
menjawabnya... namaku adalah Brain Unglaus."
Mata Succulent terbuka lebar.
"Apa! Kamu!?"
"Oh ya ampun! Yang asli!? Dia bukan tiruan!?"
"Tidak, tak diragukan lagi, Cocco Doll-san. Sebuah senjata mahal menunjukkan nilai dari warrior. Bagi Brain
Unglaus yang aku kenal, sebuah katana adalah senjata yang cocok."
Brain tersenyum pahit.
"Kebanyakan orang yang kutemui untuk pertama kali hari ini kelihatannya tahu tentang aku... jika ini adalah
masa lalu maka aku akan senang tapi aku tidak yakin bagaimana rasanya sekarang."
Senyum Succulent tiba-tiba berubah jadi bersahabat. Brain bingung tapi kebingungannya langsung terangkat.
"Dengar, Unglaus! Bagaimana kalau kita berhenti bertarung ? Seseorang sepertimu jauh lebih layak menjadi
rekan kami. Bagaimana kalau bergabung dengan kami ? Jika itu adalah kamu, aku bisa tahu bahwa hanya
dengan sekali lihat kamu sudah cukup kuat untuk menjadi anggota Six Arms. Kamu sama seperti kami.
Bukankah kamu mencari kekuatan ? Itulah yang dikatakan oleh matamu."
"...Kamu tidak salah."
"Kalau begitu Eight Finger adalah hal yang bagus untukmu. Itu adalah organisasi terhebat bagi mereka yang
memiliki kekuatan! Kamu bisa mendapatkan item magic dengan kemampuan yang luar biasa. Lihatlah
Orichalcum Shirt ini! Pedang Mythrill ini! Cincin! Sepatu! Mereka semua adalah item magic! Sekarang, Brain
Unglaus, jadilah teman kami. Seperti aku, kamu akan menjadi anggota Six Arms."
"...Betapa membosankan. Hanya itu nilai gang mu ?"
Sikap dinginnnya yang luar biasa dipenuhi dengan rasa jijik membuat wajah Succulent membeku.
"Apa ?"
"Apa kamu tidak mendengarku ? Aku bilang bahwa gang milikmu hanya dengan kekuatan segitu bukanlah hal
yang spesial."
"Da-Dasar brengsek!.. H-Hmph. Kalau begitu itu artinya kamu tidak sekuat itu!"
"Kamu memang benar. Setelah melihat monster yang benar-benar kuat, seseorang sepertiku bukanlah apapun."
Brain merasa kasihan dengan katak yang berada dalam kolam yang kecil yang percaya bahwa dia kuat dan
memberinya peringatan yang ramah dan sejujurnya.
"Kekuatan yang kamu katakan itu sama saja. Kita mungkin berbicara mengenai hal yang sama jadi biar kuberi
kamu peringatan. Meskipun kita merasa bahwa kita kuat, kita bukanlah apa-apa."
Brain melihat ke bahunya dan memastikan bahwa Climb telah selesai meminum potionnya.
"Dan ada sesuatu yang tidak kamu pahami. Kekuatan demi orang lain lebih hebat daripada kekuatan yang hanya
untuk dirimu sendiri."
Brain tersenyum. Itu adalah senyum dengan hati ringan yang ramah.
"Perbedaannya mungkin kecil. Tapi aku masih menyadarinya."
"Aku tidak mengerti ucapan yang kamu katakan.. Sayang sekali, Unglaus. Sayang sekali jika aku harus
membunuh swordsman jenius yang setara dengan Stronoff."
"Kamu ? Kamu kira dirimu yang hanya memegang pedang untuk dirimu sendiri bisa membunuhku ?"
"Tentu saja aku bisa membunuhmu, malahan bisa dengan sangat mudah. Aku akan membunuhmu, dan lalu aku
akan membunuh si bocah yang tergeletak di sana. Tidak ada alasan lain bagiku untuk menahan diri dan aku juga
tidak akan main-main. Aku akan datang kepadamu dengan segala yang aku miliki."
Sambil menjaga Succulent yang mulai mempersiapkan magicnya pada garis penglihatannya, dia merasakan
seseorang di belakangnya yang mulai bergerak dan mengirimkan peringatan.
"Tetaplah disana, Climb. Kamu masih belum sembuh, ya kan ?"
*Twitch*. Gerakan itu berhenti.
Brain tersenyum dan bicara, meskipun merasakan rasa keterkejutan yang sama yang dia rasakan beberapa saat
yang lalu di sisi ini sendiri.
"Biar kutangani sisanya sendiri."
"-Aku serahkan padamu."
Daripada membalas, Brain tertawa dan menyarungkan katana miliknya saat dia merendahkan kuda-kudanya. Di
waktu yang sama, dia membalik katana, sarungnya dan semuanya, jadi yang atas dan bawah menjadi tertukar.
"Hati-hati. Succulent menggunakan ilusi. Hanya karena kamu bisa melihatnya tidak berarti itu nyata."
"Oh, jadi begitu... kelihatannya seperti lawan yang menjengkelkan tapi... itu bukan masalah."
Brain diam-diam melihat Succulent tanpa bergerak. Dia pasti telah menyelesaikan rapalan mantranya, karena
banyak bayangannya yang muncul hingga lima. Bukan hanya itu, dia mengenakan jubah yang terlihat seperti
terbuat dari bayangan. Dia bahkan tidak mulai menebak mantra macam apa yang dirapalkan.
"Terima kasih sudah memberiku waktu untuk bersiap. Seorang magic caster dengan cukup waktu akan menjadi
lebih kuat bahkan dari seorang warrior. Kekalahanmu sudah pasti, Unglaus!"
"Benar, jangan khawatir tentang itu. Itu juga sama halnya denganku. Setelah berkata dengan temanku disini...
Aku kira aku tidak akan kalah."
*Crunch*. Dia mendengar suara Climb, yang sedang tergeletak di lantai, bergerak.
Dia menyesali kenyataan karena dia, mereka memperbolehkan musuh merapal buff. Itulah kenapa Brain
membuat pengumuman agar Climb bisa mendengarnya dengan jelas.
"-Satu kali pukulan."
"Apa?!"
"Aku bilang bahwa aku akan mengakhiri ini dalam satu pukulan, Succulent."
"Coba saja jika kamu bisa!"
Succulent berlari ke arah Brain dengan bayangan-bayangannya.
Saat dia memasuki jangkauan dari katananya, Brain memutar tubuhnya agar ketenangan dan punggungnya yang
tidak terjaga bisa dilihat oleh Succulent yang maju menyerang. Dan - tebasan dengan kecepatan dewa melayang
ke ruang kosong, tepat di sebelah Climb.
*Smack*.
Suara itu terdengar keras dan dinding-dinding bergetar.
Baik Cocco Doll dan Climb melihat ke arah tempat di mana suara itu datang.
Disana, tubuh Succulent tergeletak di lantai dan tidak bergeming. Sebuah pedang menggelinding di lantai di
dekatnya.
Tebasan Iain dari Brain telah melemparkan tubuh Succulent ke belakang dan akhirnya menabrak dinding dengan
kecepatan yang luar biasa. Jika dia tidak menggunakan punggung pedangnya, meskipun dengan kaos berantai
yang terbuat dari orichalcum, tubuh Succulent pasti akan terbelah menjadi dua. Sebanyak itulah kekuatan
dibalik serangan itu.
"...'Field' milikku bisa mendeteksi kehadiranmu meskipun aku tidak bisa melihat dengan mataku sendiri. Tidak
kukira kamu akan menggunakan ilusi yang berhubungan dengan pendengaran untuk mencoba membuat fokus
perhatianku ke depan agar kamu bisa menyerang dari belakang... Itu adalah trik yang hebat, tapi sayangnya
lawanmu adalah aku. Dan mengarahkan pedangmu ke arah Climb adalah hal yang bodoh. Kamu mungkin
berencana untuk membunuhnya dan sesumbar tentang bagaimana kamu tidak bisa melindunginya atau apalah,
tapi kamu terlalu banyak memfokuskan perhatianmu untuk menyerang Climb yang berada di lantai. Apakah
kamu lupa siapa yang kamu hadapi ?"
Brain menyarungkan pedangnya dan tersenyum ke arah Climb.
"Lihat, satu kali pukulan, ya kan ?"
"Itu menakjubkan!"
Suaranya bertumpang tindih dengan suara lain yang juga berkata "Itu memang menakjubkan". Keduanya
terkejut. Suara yang mereka dengar adalah milik Sebas, tapi itu sendiri bukan hal yang mengejutkan. Apa yang
mengejutkan bagi mereka adalah arah dari suara itu.
Kedunya mengarahkan mata mereka ke arah Cocco Doll.
Disana, mereka melihat Sebas. Cocco Doll roboh di dekatnya.
"Kapan anda tiba ?"
Sebas dengan tenang membalas pertanyaan Brain.
"Saya baru saja tiba. Kelihatannya perhatian semua orang terfokus pada Succulent dan tidak menyadariku."
"Te-ternyata begitu."
Meskipun saat dia menjawab, Brain tidak mengira itu mungkin.
Tapi aku masih mengaktifkan 'Field' milikku. Jaraknya memang dekat tapi seharusnya masih bisa menangkap
siapapun yang berlari dalam garis lurus. Dan aku masih tidak bisa merasakannya...? Satu-satunya yang mampu
bergerak seperti itu hingga sekarang adalah monster itu, Shalltear Bloodfallen. Aku sudah memikirkan hal ini
ketika aku terkena nafsu membunuhnya, tapi apakah dia berada dalam level yang sama dengan monster itu ?
Siapa dia sebenarnya ?
"Bagaimanapun juga, aku telah menyelamatkan siapapun yang ditawan. Dan aku harus minta maaf kepada
Climb-kun, beberapa penjaga melawan balik dengan ganas sehingga aku tidak ada pilihan selain membunuh
mereka. Maafkan aku.. atau begitulah. Kelihatannya sebelum aku minta maaf, sebaiknya aku merawat lukamu."
Sebas berjalan ke samping Climb dan menyentuh perutnya dengan tangan. Dia dalam sekejap menekankan
tangannya ke perut tanpa terlalu berat dan langsung menariknya. Tapi efeknya dramatis. Wajah Climb yang
pucat setelah meminum potion langsung mendapatkan coraknya yang sehat.
"Perutku sembuh...! Apakah anda seorang priest ?"
"Bukan, aku tidak menggunakan kekuatan Tuhan, tapi lebih mencurahkan Ki milikku untuk merawatmu."
"Jadi anda adalah seorang monk! Tidak heran, akhirnya aku mengerti."
Brain menganggukkan kepalanya, sekarang dia mengerti mengapa dia tidak memiliki senjata atau armor
satupun. Sebas menunjukkan senyum tanda setuju.
"Kalau begitu apa yang akan kalian berdua lakukan mulai sekarang ?"
"Pertama, aku berencana untuk lari ke kantor penjaga untuk menjelaskan apa yang terjadi di sini dan membawa
beberapa prajurit kembali kemari. Sementara itu, aku ingin meminta Sebas-sama dan Brain-sama untuk berjaga
di sini. Bagaimanapun, Eight Finger mungkin akan mengirimkan bala bantuan."
"...Aku sudah naik perahu ini, aku akan menaikinya hingga akhir."
"Aku tidak keberatan juga. Namun, bisakah kamu tidak menyebutkan aku tentang masalah ini dan
menjadikannya rahasia ? Aku hanya datang ke negara ini untuk berbisnis dan tidak ingin melibatkan diri lebih
jauh dengan kegelapan di tanah asing."
"Aku tidak perduli kamu sebutkan atau tidak, Climb. Yah, ketahuilah jika yang menjadi jaminanku sekarang
adalah Stronoff jadi aku akan serahkan ini padamu."
"Ternyata begitu. Aku mengerti. Kalau begitu kepada kalian berdua, saya minta maaf tapi tolong berikan sedikit
waktu."