"Tidak apa, itu bisa dibicarakan nanti. Namun, sampai insiden ini selesai... setelah vampir itu ditemukan dan dihabisi, aku harap setidaknya aku bisa mendapatkan kelas orichalcum, jadi ketika aku mencari vampir yang lain, jalanku bisa semakin mulus, karena harus membuktikan kekuatanku setiap kali adalah hal yang menyusahkan."
Tiba-tiba seluruh yang hadir disana membuat suara memahami. Para petualang itu tidak bekerja untuk kota atau negara, namun hingga saat ini kota ini tidak pernah memiliki kelas petualan orichalcum. Jika dia menjadi petualang dengan peringkat tertinggi dia mungkin akan mendapatkan banyak perhatian dan reputasi. Terlebih lagi, bisa memberikan restu yang langka kepada kelas orichalcum akan membuat reputasinya semakin tersebar. Dengan begini akan lebih banyak lagi misi dengan tingkat berbahaya yang tinggi akan dipercayakan, yang mana sebagai imbalannya akan menaikkan peluang untuk menerima berita atas vampir-vampir yang kuat.
Namun, meskipun itu tidak bisa diterima dengan akal sehat, ada seseorang yang tidak bisa menerimanya secara emosional.
Kursi itu berderit. Melihat ke arah sumber suara--tidak perlu dikatakan lagi. Tentu saja itu adalah orang yang terus-terusan menantang Ainz.. Igavaruji.
"Aku tidak bisa benar-benar mempercayaimu. Ngomong-ngomong, masih belum yakin jika vampir itu benar-benar sekuat yang dikira! Bahkan jika memang ada magic untuk mengendalikan zombie, pasti melalui sebuah item. Aku juga ingin pergi!"
Meskipun setelah kaget, Igavaruji masih bisa protes, semuanya karena dia memendam rasa permusuhan yang tidak puas terhadap Ainz, tidak mau mengakui kekuatan sebenarnya dari Ainz.
Mungkin saja itu adalah sikap yang tidak menyenangkan terhadap sesama petualang, Berette berkata dalam nada yang menusuk:
"Igavaruji, sikapmu itu--"
"--Tidak masalah."
Ainz hanya setuju. Namun, ini bukan berarti baik, karena kalimat berikutnya benar-benar dingin.
"Namun, jika kamu ikut...pasti mati? Aku tidak tahu apakah itu akan menjadi pembantaian sepenuhnya."
Itu adalah nada yang sangat rasional, bukan mengancam atau bercanda. Itu diucapkan seakan dia dengan tegas mengumumkan kepada yang lainnya nasib dia nantinya, membuat Igavaruji merasa ngeri. Tidak, bukan hanya Igavaruji, tapi juga seluruh orang yang hadir merasa seakan diselimuti oleh dinding es yang menggigit.
Ainz pelan-pelan mengangkat bahu:
"Aku sudah memberikan peringatanku. Jika kamu menganggapnya tidak apa maka ikut saja."
"Te-tentu saja!"
Meskipun itu hanya bualan, dia tidak akan mundur, tidak seperti ini. Sebagai sesama petualang dengan kelas yang sama, bagaimana bisa dia akan kehilangan muka di depan mereka yang mempunyai kekuasaan di kota ini.
Saat mereka berdua mengadu kepala, Issac yang mendapatkan sedikit ketenangan bertanya kepada Ainz:
"Percaya diri adalah hal yang bagus, tapi bagaimana anda bisa sepercaya diri itu? Tentu saja kami semua jelas dengan kekuatan anda yang luar biasa, tapi dari penilaian akan kekuatan musuh, anda seharusnya tahu bahwa tugas ini tidak mudah. Kami juga khawatir apakah kami harus mempercayakan semuanya atau tidak untuk anda tangani. Jika... misalnya saja anda kalah, kami juga harus merencanakan mundur..."
Seperti pistol, Ainz langsung membalas:
"Aku mempunyai kartu as."
"Apa itu?"
Ainz mengeluarkan sebuah kristal dari dadanya untuk membalas Issac yang tertarik.
"...Jangan-jangan itu! Tidak mungkin, sulit dipercaya..."
Yang berteriak tiba-tiba adalah Rakesheer. Terperangah, dia melanjutkan:
"Aku sering melihatnya di buku-buku kuno... seharusnya Theocracy memiliki salah satunya, dipuja sebagai harta karun...item magic yang memiliki kekuatan yang sangat besar. Ini adalah salah satunya... Kristal Magic Penyegel. Mengapa anda bisa memiliki item langka seperti ini?"
"Benar-benar menakjubkan.. anda benar. Dan yang tersegel di dalam kristal ini adalah mantra tingkat delapan."
"Aku pasti salah dengar! Apa anda bilang!"
Balasan Ainz membuat Rakesheer mengeluarkan tangisan, sangat aneh sekali bahkan ayam yang dipotong tidak akan membuat suara seperti itu. Ekspresi wajahnya juga berubah hingga titik sangat menakutkan.
Yang terkejut bukan hanya Rakesheer tapi juga seluruh yang hadir -- tidak, selain walikota, semuanya mengeluarkan ekspresi terpesona antara heran dan takut. Bahkan para petualang yang memiliki pengalaman sedikit mampu memahami arti dibalik ucapan Ainz dan nilai dari item tersebut.
"....Tingkat delapan... itu pasti karangan ya kan?"
"...Mungkin itu memang benar itu khayalan, tapi jika itu adalah magic ranah itu... benar-benar ranah mitos."
"Apa kamu gila? Itu omong kosong!"
Tiga orang petualang -- bahkan Igavaruji -- menunjukkan tampang ketakutan, menatap kristal di sarung tangan gelap tanpa berkedip mata sekalipun.
"Mohon maaf sebelumnya!I--Item itu, bolehkan saya pinjam sebentar?"
"Mengapa?"
"Itu.. hanya demi rasa tertarik dari seorang magic caster. Saya bersumpah tidak akan membuat gerakan aneh! Jika anda ingin apapun sebagai jaminan, saya bisa memberikan seluruh item di tubuh saya kepada anda, misalnya ikat pinggang ini --"
Melihat Rakesheer yang sudah buru-buru melepas ikat pinggangnya tanpa meneruskan ucapannya, Ainz yang tidak bisa menahan ini membalas:
"Aku sudah tahu, itu tidak perlu. Silahkan lihat, ini dia."
"Maaf, boleh saya pegang?"
"Kalau begitu aku juga!"
Kristal Magic Penyegel itu diraba-raba dan dipindah-pindahkan ke banyak tangan sampai akhirnya mendarat di tangan Rakesheer. Dia yang terakhir menyentuhnya, menatap dengan mata berkabut, seperti seorang wanita yang mendapatkan permata berharga yang sangat lama diidam-idamkan. Tidak, mungkin seperti seorang pemuda yang mendapatkan item yang diinginkannya.
"Terlalu indah.. benar kan, Momon-san, bolehkan saya merapalkan mantra padanya?"
Melihat Ainz melambaikan tangan setuju, Rakesheer dengan gembira mengaktifkan magic.
"[Appraise Magic Item], [Detect Enchant]"
Mengaktifkan dua tipe magic, ekspresi pria itu perlahan menjadi semakin berlebihan, lalu---
"Menakjubkan!"
---maskulinitas yang dikeluarkan tadi benar-benar hilang. Dengan mata tidak berdosa, berkilauan dengan kegembiraan yang alami, dan juga nada yang berbeda, dia terlihat seperti remaja yang kelewat senang.
"Memang benar! Yang tersegel di dalamnya adalah sebuah mantra tingkat delapan! Magic milikku hanya mampu melihat sedikit.. tapi itu sudah luar biasa, terlalu luar biasa!"
Dia terus berteriak seperti orang gila, membuat semuanya terpaku di tempat itu. Gerakan selanjutnya yang dibuat oleh Rakesheer adalah mengambil kristal itu, menjilati seluruhnya; lalu menggosokkannya ke pipi-- itu sama sekali perilaku yan gila.
"Te.. Tenang! Apa yang anda lakukan!"
Ketakutan dengan temannya yang bukan seseorang tipe seseorang yang berperilaku segila itu, Issac berdiri dan mendekat kepada Rakesheer. Faktanya, semuanya menoleh kearahnya dengan mata kagum atau tak tahan. Bagi seseorang yang membawa posisi kunci di kota ini untuk melakukan aksi semacam itu, sulit untuk dilihat.
"Sialan! Bagaimana aku bisa tenang? Itu terlalu sangat mengagumkan! Tersegel di dalamnya benar-benar mantra tingkat 8! Meskipun tidak tahu mantra macam apa yang tersegel di dalamnya!"
Rakesheer tidak bisa menahan kegembiraannya, menatap kristal itu dengan mata berbinar. Lalu dia akhirnya bisa memperoleh sedikit rasionalitas, dan bertanya kepada Ainz:
"Momon-san!Di--dimana anda menemukan kristal ini? katakan padaku cepat!"
"Itu ditemukan di semacam reruntuhan, di waktu yang sama dengan item-item lain yang ditemukan. Tentu saja magic itu sudah tersegel di dalamnya waktu itu. Aku sudah meminta beberapa magic caster hebat untuk memastikan ini."
"Jadi seperti itu!Di Dimana reruntuhan itu?"
"Di tempat yang sangat jauh.. Hanya itu yang bisa kukatakan pada anda."
Tentu saja, jawaban Ainz ini membuat Rakesheer mengatupkan bibir menyesali.
"Bukankah sudah waktunya mengembalikannya padaku?"
"Woo....ooo."
Rakesheer melihat sekeliling, dan dengan ogah-ogahan mengembalikan kristal magic penyegel kepada Ainz. Menyipitkan mata sementara dia melihat Ainz mengambil sebuah perkamen dan membersihkan kristal itu, Rakesheer berteriak keras:
"Kembali ke topik utama, Aku---menolak Momon-san yang pergi dulu memusnahkan vampir itu!"
Sebuah keheningan yang mengejutkan melingkupi ruangan. Issac yang menutup wajahnya dengan telapak tangan, tapi hanya sekedar meyakinkan, bertanya dengan ekspresi pahit:
"...Mengapa tiba-tiba menolak? Meskipun alasannya jelas tanpa harus ditanya -- aku masih akan bertanya untuk sementara."
"Ya...Karena...karena akan menjadi kerugian yang terlalu besar..."
Benar-benar gila. Issac memutuskan keadaan mental temannya saat ini seperti itu, dan mengabaikannya penuh.
"Kalau begitu, kita bisa abaikan pendapat Rakesheer..."
"Tunggu sebentar! Magic tingkat delapan adalah magic dalam ranah mitos. Item yang tak ternilai itu akan digunakan hanya untuk vampir itu!"
Kemarahan muncul di mata Issac. Itu sudah tidak bisa ditolerir lebih dari kata-kata, bukan sebuah sikap yang seharusnya dimiliki oleh orang dengan posisi tinggi.
Issac menekan kemarahannya dan berkata kepada Rakesheer dalam suara biasa:
"...Maaf, Rakesheer. Tolong, jangan membuat gaduh lagi."
Emosi kuat muncul di dalam kalimat ini membuat Rakesheer kembali ke rasionalnya dan tidak bisa berkata apapun. Wajahnya merah karena tindakannya yang memalukan sebelumnya.
Menyipitkan mata untuk memastikan temannya telah kembali normal sekali lagi, Issac melakukan sebisa mungkin untuk tetap tenang saat dia membuat permintaan resmi:
"...Kalau begitu, Momon-san, saya akan percayakan semuanya pada anda."
Melihat sikap pihak lain membungkuk saat dia membuat permintaan ini, Ainz mengangguk penuh percaya diri.
"Mengerti." Setelah mengatakan kalimat ini, dia melihat melalui celah pada penutup kepalanya pada Igavaruji.
"Kita akan segera langsung berangkat, karena penalti vampir yang terkena sinar matahari adalah gerakan yang lebih lambat."
"Penalty? Hey, itu adalah kelemahan mereka. Memang benar, tindakan mereka akan lebih lambat. Aku bisa bersiap dalam waktu yang singkat di pihakku."
"...Tidak perlu mendiskusikan dengan rekan-rekanmu?"
"Bukan masalah. Mereka akan mengerti."
"...Begitukah. Kalau begitu, aku akan menemuimu di gerbang utamba E-Rantel dalam satu jam."
"Satu jam? Bukankah itu terlalu dini? masih ada banyak waktu sebelum matahari terbenam."
"Aku ingin segera kesana cepat-cepat. Jika kamu menganggap keberanianmu kurang, dan butuh beberapa waktu untuk menguatkan tekadmu, maka aku akan meninggalkanmu disini dan pergi sendiri. Apakah ada yang mau kamu katakan?"
"Aku paham, aku akan segera bersiap-siap."
Dia berbicara dengan suara yang jelas dan keras, membuat Igavaruji memberikan persetujuan dengan mudah kemudian berdiri. Ainz dengan dingin melihat ke arah Igavaruji yang berangkat tadi lalu berputar dan melihat kerumunan yang tinggal di ruangan itu.
"Kalau begitu saya akan segera berangkat. Saya harap yang lainnya bisa melindungi E-Rantel dengan baik. Saya tidak berharap mendapati situasi yang sulit ketika pulang tidak bertemu dengan vampir."
"Ah, meskipun kami tidak bisa menjamin bahwa tidak akan ada masalah, tapi kami akan melakukan sebaik mungkin. Jika anda bertemu dengan bahaya, tolong segera mundur juga."
Ainz mengangguk lalu meninggalkan ruangan.
Ada tiga orang yang tersisa di ruangan itu: Panasolei, Issac dan Rakesheer yang memasang ekspresi panjang.
"Mohon maaf telah menunjukkan ekspresi yang memalukan."
"Tenang, tidak apa."
Panasolei tersenyum masam saat dia membalas permintaan maaf Rakesheer. Namun, penilaian setiap orang disitu kepada Rakesheer telah berubah drastis.
Rakesheer sendiri merasa sangat tidak berguna. Namun, dia masih sulit untuk menyembunyikan tampang gembiranya.
Sebelumnya, ketika kita bertemu dengan farmasist Lizzie, dia dengan gembiranya mendiskusikan masalah tentang potion. Melihat penampilannya yang gembira sekali, dengan mata dingin Rakesheer sendiri memiliki pertanyaan apakah perlu gembira karena hal tersebut. Sekarang ini dia dipenuhi dengan hasrat untuk tertawa pada perasaan yang dia miliki saat itu.