Begitulah kisah dari Ah-duken yang sekarang menjadi Samuel, di percayakan semua agen.
Dia adalah lelaki yang memiliki masa lalu aneh seperti itu. Di hantui teman masa kecil dan selalu merasa sendirian.
"Kau sudah mengerti sekarang kan gadis?" tatap Jin pada Seo Jin yang masih terdiam.
"Jangan khawatir soal dia, aku sudah mengatakan segalanya soal bagaimana Ah-duken menjadi Samuel sampai saat ini, tapi aku belum bercerita bagaimana Ah-duken bisa menjadi Samuel dan dikenal di berbagai banyak agen.... Mungkin kau bisa bertanya sendiri nantinya, itupun jika kau berani," kata Jin lalu dia berdiri. "Aku pergi dulu, dia akan menjemput mu di sini," tatap nya lalu berjalan pergi.
"(Apa aku harus bertanya pada pria asing itu... Aku masih belum percaya dengan perkataan wanita tadi.... Mungkin harus.)"
"Seo Jin," ada yang memanggil membuat Seo Jin menoleh yang rupanya itu Samuel dengan kaca mata hitam nya. "Seo Jin ayo aku ajak kau ke kafe yang bagus, kita bisa mengobrol di sana.... Sekalian kencan agar kau bisa dekat dengan ku," kata Samuel.
"Tapi..." Seo Jin berwajah khawatir.
"Ada apa?" Samuel menjadi bingung.
"Um... Bisa kau ceritakan padaku bagaimana Ah-duken bisa menjadi Samuel sepertimu?" tatap Seo Jin. Seketika Samuel benar benar terkejut tak percaya ketika mendengar itu.
"A.... Apa maksudmu?! Kamu dapat hal itu dari mana?! Tahu dari mana?!" Samuel menatap terkejut kaku.
Lalu Seo Jin terdiam sebentar. "Aku hanya ingin tahu... Aku kan pacarmu, aku berhak tahu..."
Ketika Samuel mendengar itu, dia seperti terbang ke angkasa dan tersenyum lebar. "Wahahaha.... Yeah benar, kamu pacar ku, berikan aku ciuman lagi," dia akan mendekat.
Tapi Seo Jin menghindarinya. "Aku tak akan mau bersama mu lagi kecuali kau menceritakan padaku kisah mu, kenapa kamu bisa menjadi Samuel?" Seo Jin tampak marah.
Hal itu membuat Samuel terdiam dan menghela napas panjang. "Begini saja, aku akan memberitahu mu saat ada waktu yang pas... Aku berjanji akan memberitahu mu," kata Samuel.
Seo Jin menjadi terdiam. "(Mungkin itu memang hal yang di anggap nya memalukan, padahal aku tidak berpikir begitu....) Ha.... Kalau begitu baiklah," Seo Jin akhirnya setuju untuk menunggu waktu yang tepat.
Lalu Samuel tersenyum senang dan memeluknya. "Awh... Kau gadis yang manis..."
"Idih, kamu pikir aku manis.... Aku cukup berantakan untuk seorang gadis, aku bahkan bukan bunga sekolah," tatap Seo Jin.
"Kalau begitu tinggal berdandan saja, kau cantik ketika natural, pastinya ketika berdandan, kau tambah cantik, aku akan menunggu nanti malam di pertigaan, sampai jumpa," Samuel berjalan pergi membuat Seo Jin terkejut kaku.
"(Tunggu, apa itu artinya.... Kita kencan?!!)"
---
Malamnya, Seo Jin menatap dirinya di kaca, dia tampak berkaca kaca matanya. Itu karena dia melihat kecantikan nya di kaca. Memakai gaun feminim dan rambut terurai.
"Rupanya aku secantik ini.... Tidak salah Pria Asing itu memilih ku," ia berguman sendiri.
Tapi ada yang membuka pintu kamar membuat nya terkejut.
Rupanya ibunya. "Seo, kenapa lama sekali?"
"Hah?! Memang nya kenapa?" tatap Seo Jin.
"Oh, kau benar benar sungguh sangat cantik, rupanya kamu cantik," tatap Ibunya.
"Haiz ibu, ada apa?" Seo menatap.
"Ehem, ada pria tampan menunggu mu di depan rumah," kata Ibunya, seketika Seo Jin terkejut kaku.
Dia langsung berlari membuka pintu dan di saat itu juga, terlihat Samuel berdiri membelakangi nya.
Ia lalu menoleh dan tersenyum kecil menatap gaun yang di pakai Seo Jin.
"Yo, gadis manis, mau menerima tangan ku?" dia berjalan mendekat dengan rayuan nya.
Hal itu membuat Seo Jin tertawa kecil, lalu menerima uluran tangan Samuel.
"Aku suka kamu," tatap Samuel pada Seo Jin yang tersenyum senang dengan mata berkaca.
---
"Yeah kurang lebih nya begitu kisah ku ini Seo... Cukup menyedihkan bukan, haiz.... Aku mengerti itu.... Nama Ah-duken sangat lucu untukku, itu saja," kata Samuel yang mengatakan nya dengan nada kecewa dengan posisi duduk di hadapan Seo Jin di sebuah restoran. Sepertinya Samuel baru saja menceritakan kisah nyata bagaimana dia bisa menjadi Ah-duken ke Samuel.
Seo Jin hanya terdiam menatap. "(Ceritanya sangat mirip dengan wanita tadi, rupanya dia tadi tidak berbohong.... Aku telah mendengar ceritanya hingga dua kali.) Kenapa.... Kau menceritakan semua nya padaku? Padahal aku hanya ingin tahu sedikit bagaimana kau bisa menjadi Samuel...."
". . . Karena aku ingin kau tahu keburukan masa lalu ku sebelum kau berada di sisi ku, dengar.... Kita bertemu dengan cara yang kebetulan... Bagaimana jika anak kita nanti bertanya akan sesuatu... Haiz...." Samuel terbawa pikiran memegang kepala nya.
"Apa yang harus aku khawatirkan memang nya?"
"Kau harus tahu dulu, sesudah hal itu aku menjadi pria brengsek yang bergaul dengan banyak pelacur malam... Karena itu yang di nikmati seorang pria barat, aku bukan dari Korea, tetapi Amerika yang di kenal dengan negara bebas tanpa peraturan..." Samuel menambah.
"(Jika di pikir pikir, dia terlalu jujur saat penantian gugup datang... Dia mengatakan semua keburukan nya, tidak lain hal nya dengan lelaki lain yang menceritakan kelebihan nya sebelum menikahi wanita, aku tahu Samuel adalah pria yang memiliki banyak cerita dalam hidup nya, dia menjadi Samuel yang sekarang karena ketertarikan nya akan kemampuan nya... Aku tak tahu harus apa lagi... Dia belum mengatakan kepercayaan nya dan kepastian nya untukku,)" Seo Jin hanya terdiam berpikir.
Lalu Samuel kembali menoleh dan memegang tangan Seo Jin. "Seo Jin, aku punya kepastian untukmu," kata Samuel seketika Seo Jin terkejut tak percaya.
"Aku berjanji aku tak akan melirik wanita lain jika kau benar benar bisa menerima ku, tapi kau harus tahu... Jika waktu ku hilang bersama mu.... Jangan kecewa karena pekerjaan ku yang di bilang gila..." tatap Samuel.
"Hei.... Pria Asing," Seo Jin menyela membuat Samuel terdiam.
"Kau tahu, aku suka pada sikap mu yang sangat dewasa jika menghadapi hal seperti ini. Paling tidak kau bisa mengatakan hal jujur padaku.... Samuel," kata Seo Jin dengan senyum nya. Hal itu membuat Samuel terdiam luluh dan berwajah terpesona.
"Seo Jin.... Kau beneran mau!" dia mendekat lalu Seo Jin mengangguk. Seketika Samuel berdiri membuat Seo Jin terdiam bingung.
"Kemarilah," Samuel membuka lengan nya, Seo Jin menjadi tersenyum kecil, lalu dia mendekat dan mereka saling memeluk. "Oh.... Hangat..... (Aroma parfum yang begitu dewasa dan tubuh besar yang hangat....)" Seo Jin menikmati pelukan hangat itu.
"Mulai sekarang kita kekasih," tatap Samuel lalu Seo Jin mengangguk.
Di saat itu juga, ada yang bertepuk tangan membuat mereka menoleh, rupanya orang orang yang ada di kafe bertepuk tangan.
Lalu ada pelayan yang datang membawa buket bunga. "Kekasih yang romantis, kami berterima kasih karena telah menyalurkan hal baik di kafe ini, kami harap hubungan kalian lancar," Pelayan itu memberikan bunga pada Samuel yang menerimanya.
Rupanya orang orang di sana sangat suka jika melihat hal bahagia seperti itu, lalu Samuel memberikan bunga itu pada Seo Jin. "Ini indah..." tatapnya.
--
Lalu terlihat mereka ada di sebuah jembatan yang bagus di malam hari penuh bintang, saling menatap sungai dan langit yang gemerlap bintang.
"Seo Jin, aku ingin mendapatkan sesuatu dulu..." kata Samuel yang mendekat, ia rupanya akan mencium Seo Jin. Tapi Seo Jin menutup mulut Samuel dengan tangan nya membuat Samuel terdiam bingung.
"Kenapa kau mau menggasak ku jika ibuku belum tahu ini."
"Oh benar juga, kalau begitu aku ingin minta restu sekarang.... Oh btw di mana ayah mu?" tatap Samuel.
Tapi Seo Jin menjadi terdiam kecewa. Lalu Seo Jin menggeleng kepala membuat Samuel terdiam bingung.
"Dia pria brengsek," kata Seo Jin. Seketika Samuel menjadi terkaku.
"(B... Brengsek..... Berani sekali dia menyebut ayah nya begitu, bagaimana jika aku nanti di mata nya brengsek.... Apa dia juga memanggilku begitu nantinya,)" Samuel langsung berkeringat dingin.
"Dia pergi meninggalkan ibuku tanpa perceraian di umur ku yang ke 15 tahun, itu sudah 4 tahun yang lalu... Sekarang aku tak mau mengingat hal itu lagi, cukup ibuku saja yang akan bilang nya pada perestuan kita..."
"Maaf kan aku Seo Jin," Samuel ikut merasakan kesedihan Seo Jin.
"Tak apa apa... Lalu bagaimana dengan mu... Kau punya orang tua?" tatap Seo Jin.
"Aku sudah berumur 30 tahun, aku mana ada orang tua, kerabat saja tidak punya."
"(Kerabat tidak punya? Lalu bagaimana dengan kedua orang tuanya.... Aku benar benar penasaran.) Hei aku punya permintaan," Seo Jin menatap merencanakan sesuatu.
"Ada apa?"
"Kamu ingin langsung menikah atau tunangan dulu?" tatap Seo Jin.
". . . Umurmu, masih terlalu ilegal jika menikahi umurmu, kita tunggu satu tahun dan kau sudah akan lulus, untuk sementara, kita akan bertunangan dulu," kata Samuel.
"Kalau begitu aku ingin minta cincin sekarang," tatap Seo Jin membuat Samuel terdiam, dia hanya menggaruk pipi.
"Kenapa?" Seo Jin menatap kesal.
". . . Aku meninggalkan nya di rumah ku, aku akan memberikan nya ketika aku kembali kemari...."
"Ish, dasar..." Seo Jin kesal.
Tapi Samuel memegang kepalanya membuat Seo Jin terdiam. "Aku kembali ke rumah ku kapan kapan, aku akan tinggal di sini sampai kamu lulus karena pekerjaan ku sudah selesai, apa Jin tidak memberitahu mu bahwa aku hanya bekerja ketika di butuhkan saja," kata Samuel.
". . . Kalau begitu, kamu bisa mengajariku mata pelajaran yang tidak aku tahu, karena sebentar lagi adalah ujian kenaikan kelas," tatap Seo Jin.
"Yeah, tentu...." Samuel mengangguk. Tapi ada yang menghubunginya membuat nya mengambil ponsel dari sakunya dan mengangkatnya sambil merangkul Seo Jin yang terkejut dan terdiam.
"Ya halo.... Oh, sudah jadi rumahnya? Oh siap siap.... Aku akan ke sana, terima kasih," kata Samuel di ponsel lalu menutupnya.
"Baiklah, ayo ke rumah ku," kata Samuel.
"Eh apa?" Seo Jin terdiam bingung.
"Ke rumah ku," tatap Samuel.
"Tapi, bukankah kau bilang, kau baru mencari rumah?"
"Sudah dapat, ayo," Samuel menarik tangan Seo Jin.