Baixar aplicativo
46.15% Overdosis: Samuel/Ah-duken / Chapter 18: Chapter 18 Samuel/Ah-Duken

Capítulo 18: Chapter 18 Samuel/Ah-Duken

"Ini dia kawan," Theron memberikan kotak pesanan nya setelah menunggu beberapa menit.

"Ah terima kasih... Berapa yang harus ku bayar?"

"Tak perlu."

"Eh, maaf?" Ah-duken menjadi bingung.

"Akan kuberikan gratis karena kau teman Maine, datanglah kemari jika kau butuh sesuatu," kata Theron.

"Ah begitu, terima kasih banyak," Ah-Duken menundukan badan.

"Baiklah Theron, kami pergi ya," Maine manatap. Lalu Theron mengangguk.

"Maine terima kasih karena kau, aku dapat barang gratis ini," kata Ah-duken.

"Ah tak perlu berterima kasih, kapan kapan aku ingin mampir melihat lukisanmu ya, sekarang aku harus pulang."

"Tentu saja, sekali lagi, terima kasih," Ah-duken menatap. Lalu Maine mengangguk dan berjalan pergi meninggalkanya.

Sesampainya di rumah, Ah-duken meletakan kotak resin itu dan mengambil lukisan darahnya yang tertutup pelapis agar tidak kering. Ia meletakan nya di lantai dan segera membuat resin untuk melapisi lukisan itu yang terbuat dari darah.

"Aku harap ini akan berhasil," Ah-duken mulai menuangkan resin nya.

Hingga malam tiba, ia sudah selesai mengeringkan lukisanya dan meletakan nya di kayu penyangga, meletakanya secara khusus. Saat ia membereskan semuanya, ada seseorang yang menekan bel pintu.

"(Siapa malam malam yang datang?)" Ah-duken menjadi bingung lalu ia membuka pintunya dan rupanya itu adalah Grace.

"Yo... Loha, apa kabar, akhirnya aku berhasil menemukan rumahmu ini... Sangat bagus dan besar ya rumahmu, benar benar hebat, oh salah, ini apartemen hehe...."

"Tunggu, kenapa kau ada disini?" Tanya Ah-duken dengan bingung.

"Kau ini bagaimana sih, kan aku ingin mengajakmu ke pertemuan teman teman kita, ayo segera bersiap, aku akan menunggumu," Grace menyila tangan berdiri di depan pintu.

". . . Sekarang?"

"Ya sekarang... Jangan jangan kau lupa."

"Tidak, aku akan bersiap sebentar," Ah-duken menutup pintu.

"Haiz... Pasti lama," cengir Grace. Tapi siapa sangka, baru beberapa detik Ah-duken sudah kembali keluar.

"Eh... Cepet banget!?" Grace menjadi terkejut.

Lalu mereka berdua datang ke bar bersama. Di sana sudah ada beberapa orang menunggu dan berpesta sendiri.

"Halo!!" Grace menyapa mereka dan Ah-duken dari belakang nya.

"Halo Grace, kau membawa siapa?" tanya salah satu dari mereka.

"Oh, ini Ah-duken, lelaki baik sekolah," Grace mendekap tangan Ah-duken yang terdiam dan hanya melambai tangan.

Tapi wajah dari para lelaki yang di sana hanya tampak cuek dan tidak menghargai Ah-duken datang.

Lalu ada yang mengatakan sesuatu. "Hei, bukankah itu lelaki yang hanya bisa menggambar di setiap pelajaran sekolah!! Bisa nya hanya menggambar dan berangan tidak jelas," mereka mulai meremehkan Ah-duken yang terdiam mendengar itu dengan rasa tak percaya.

Lalu ada yang menambah. "Oh benar sekali yah... Kenapa tidak terpikirkan.... Hei, bukankah seharusnya kau bermimpi lebih bagus lagi, seperti guru, dosen, dokter, atau malah direktur tinggi, karya seni tak pernah bisa meninggikan cita cita mu," kata orang itu membuat Ah-duken yang mendengar itu menjadi mengepal tangan dan akan berbalik pergi.

"Ah, tunggu," Grace menahan tangan nya. "Jangan dengarkan mereka..."

"Maafkan aku, tapi, mereka memang benar," kata Ah-duken, lalu dia berjalan pergi membuat suasana terdiam.

"Hei!!!!" tiba tiba ada wanita yang berteriak di antara mereka pada laki laki itu.

"Dia itu lelaki yang baik, meskipun dia tak bisa di kenal populer, tapi lihat fisiknya dulu, dia sama seperti kalian, dia memiliki tubuh tinggi, wajah yang tampan, kenapa kalian meremehkan nya, dia hebat dalam setiap mata pelajaran, dia menggunakan pemikiran logika nya dan karya seni yang dia hasilkan bukan lah sesuatu yang dapat memupuskan keinginan nya. Lihat saja dia, dia bisa menjadi apa saja, dia bisa menjadi dosen, guru bahkan juga dokter sekali pun, tetapi dia lebih memilih pekerjaan yang lebih tinggi, yakni impian nya sendiri.... Apakah kalian tidak tahu perjuangan manusia yang memiliki sikap serba bisa tapi dia lebih memilih hal yang tak pernah di dukung, benar benar payah!!!" tambah wanita itu, rupanya masih ada yang bisa membela Ah-duken.

"Hanya saja..." Grace tiba tiba menambah membuat mereka menoleh padanya. "Hanya saja, dia lebih memilih untuk diam dan menerima perkataan buruk itu, tidak membalas nya karena dia tahu, itu hanya akan membuat dirinya tidak berhasil...."

--

Terlihat Ah-duken berjalan pulang sendirian. "(Gadis itu benar benar merepotkanku, tapi, jika di pikir pikir itu mungkin benar.....)" ia menghela napas karena memikirkan remehan yang merepotkan.

"(Aku dulu, sangat pintar dalam segala mata pelajaran, tapi jika dalam segala psikologi lelaki, aku lebih mirip dengan lelaki yang hanya diam, tetapi bergaul dengan wanita, karena itulah hanya wanita yang bisa mengingat ku, aku tak bisa menjadi siswa buruk seperti lelaki nakal yang banyak di gemari wanita saat waktu sekolah.... Seperti nya aku harus bilang bahwa aku menyesal tidak mengambil jalur guru, dosen bahkan dokter..... Haiz.... Andai saja, aku memiliki pekerjaan yang bisa berubah profesi tetapi tetap pada hal yang aku suka, yakni menggambar dan hal hal seni lain nya... Memang nya apa salahnya jika seni tidak dapat membantu meraih cita cita, yang penting seni juga bisa mengisi apa itu impian....)"

Saat sampai di dalam apartemen dan akan masuk lift. Tiba tiba ia merasakan sesuatu yang aneh seperti ada bisikan dari luar. Ah-duken merasa akan ada orang yang masuk lift, ia jadi menahan lift itu agar tidak tertutup. Tapi ia bingung tak ada yang masuk dan lalu memastikan melihat keluar lift. Dan rupanya tak ada siapa siapa.

"Rupanya tak ada siapa siapa, hanya halusinasi," Ah-duken kembali menutup lift lalu diam berdiri menunggu lift berhenti di lantai tujuan nya. Tapi rasanya lift berjalan sangat lambat. Ia mulai merasa bingung dan menggerakkan badanya untuk melihat ke sekitar. "Rasanya sangat aneh... Kenapa, apa rusak?" ia akan menekan tombol darurat tapi tak jadi karena pintu lift sudah terbuka.

"Bagus, aku sudah mengantuk," ia berjalan keluar tapi, dia malah berhenti tak jadi keluar. Ia melihat di angka lift tertulis lantai 7 padahal ruanganya ada di lantai lima belas.

"Ini..." Ah-duken menjadi sedikit gemetar lalu kembali menekan tombol tujuan nya dan lift tertutup kembali bergerak naik.

Bukan nya sampai di lantai lima belas tapi malah terbuka di lantai 8. "(Apa yang sebenarnya terjadi?)" Ah-duken kebingungan lalu kembali menekan tombol tujuan. Dan kali ini dia malah sampai di lantai tiga belas. Karena jengkel ia kemudian keluar dan berjalan di lobby apartemen lantai tiga belas. Keadaan lobby juga sangatlah gelap. Tapi Ah-duken mencoba tetap tenang dan berpikir positif.

Tiba tiba di jalan nya menuju tangga, ia berhenti saat akan menaiki anak tangga pertama karena mendengar suara langkah kaki pelan mengikutinya. Saat ia tadi berhenti jalan, suara kaki itu juga berhenti. Ah-duken terdiam berkeringat dingin lalu menaiki anak tangga pertama dan suara itu pun juga melangkah satu kali dan bisa terdengar oleh Ah-Duken.

Dia tak berani menoleh karena begitu gelap di belakang. "(Apa dia penguntit, aku tak bisa membuat dia tahu ruanganku,)" Ah-duken mencoba berpikir sesuatu. Hingga dia menjadi berlari menaiki tangga. Suara langkah kaki itupun juga ikut bersuara seperti mengejarnya.

"(Ini gawat, suaranya bahkan lebih cepat dari lariku,)" Ah-duken mulai panik dalam hatinya hingga ia sampai di lantai apartemenya. Ia memegang pintu ruangan nya dan sebelum membuka, ia menoleh ke belakangnya di suasana gelap. Dengan napas masih terengah engah dan rasa lelahnya, ia tak peduli dan langsung berjalan masuk ke apartemen nya.

"(Huf... Ini benar benar melelahkan... Aku tak bisa lagi, ingin saja aku libur dengan tidur,)" ia melepas pakaian tebalnya dan berjalan ke kamar mandi.

Saat ia menyalakan kran air, ia seperti mendengar suara berbisik dan saling mengobrol. Ia terdiam sambil mematikan kran nya dan mulai mengamati suara itu dengan telinganya. Suara itu berhasil ia dengar dari tembok sebelah atau tembok tetangga.

"(Haiz...Rupanya mereka,)" ia berpikir tetangganyalah yang mengobrol dan ia kembali meneruskan mandinya.

Setelah menyelesaikan mandinya, ia berjalan keluar hanya dengan memakai handuk menutupi tubuh bawahnya. Ia mengambil air minum dari dapur dengan lampu yang masih menyala menyinari ruangan apartemenya.

"(Kenapa ini mulai menggangguku,)" ia berhenti meminum sambil melihat air digelas itu. Tiba tiba ia melihat air putih gelas itu menjadi merah dan semakin menyebar seperti ada tetesan darah jatuh disana. Ah-duken terkejut sambil mengucek kedua matanya dan rupanya itu tadi hanya halusinasinya. Ia terdiam dan meletakan gelas itu.

"(Aku... Terlalu lelah, mungkin,)" Ah-duken memegang kepalanya lalu berjalan ke kamar.

"Haaaa... Ini nyaman," ia mulai tidur nyaman di kasur. Dengan lampu gelap yang sudah mati.

Disaat Ia akan menutup mata, ada suara muncul dan suara itu bersuara seperti lompatan manusia yang berasal dari atas. Ah-duken memutar tubuhnya dan tidur miring kiri agar tak terganggu suara itu. Tapi suara itu semakin keras.

"(Cih, tetangga atas pasti yang melakukanya, dia benar benar menjengkelkan,)" dia berwajah kesal.

Hingga ia benar benar terbangun karena suara berisik itu. "Akh.... Apa yang terjadi sebenarnya....!" dia kesal, tapi ia baru terpikirkan sesuatu.

"Tunggu.... Saat aku di permainkan lift, di ikuti jejak kaki, lalu beberapa kejadian di apartemen ku..... Tidak mungkin manusia yang melakukan nya, apalagi situasi nya juga gelap... Apa yang terjadi....?!" dia gemetar, sepertinya dia paranoid. Lalu ia mencoba bangun dari ranjang tapi siapa sangka, selimut yang berantakan membuat nya terjatuh ke lantai.

"Akh....!" terjatuh keras tapi ia terkejut ketika menemukan sesuatu yang ia lihat melalui penglihatan jatuh itu, di bawah kasur ada sebuah buku gambar kecil membuat nya bingung lalu mengambilnya.

Karena gelap, dia berjalan menyalakan lampu dan duduk di kursi meja, ia membuka buku gambar yang terlihat sudah lama hilang dan ia temukan sekarang itu.

Betapa terkejut nya dia, karena itu adalah gambar seorang gadis yang sangat cantik.

"(Ini..... Aku kenal dia..... Itu ketika saat..... Aku bersama ayah ku.....)"


next chapter
Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C18
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login