Sesampainya di tempat kediaman orang tua robet.
Jin mengobrol dengan ayah Robert.
"Maafkan aku jika mengganggu, aku ingin langsung intinya saja ya... Apa putra anda menderita sesak napas atau pulang dengan tubuh yang keskitan?"
". . . Tidak ada..." balas ayah korban. Dia membalas dengan wajah sedihnya.
Sementara Samuel hanya diam memandangi jendela agak jauh dari mereka.
"Ada apa disini?" seorang wanita paruh baya muncul dan melihat mereka. Ia langsung memasang wajah kesal.
"Nyonya... Kami hanya ingin sedikit waktu," kata Jin.
"Kau sudah menemukan pelakunya?"
"Tidak ada tanda pelaku... Kami ingin meng autopsi nya."
"Apa.... Kalian mengambil jasad anakku dan ingin mengautopsinya??!"
"Autopsi sangat penting jika dia bisa mati sendiri," kata Samuel.
"Siapa kau?!" wanita itu menoleh dengan kesal.
"Aku dokter," balas Samuel. Dia hanya semata mata memalsukan identitas.
"Putraku tidak sakit, dia tidak butuh orang seeprtimu!!"
"Akan kucoba itu... Tapi, hukum itu juga ada fisikanya," tatap Samuel. Membuat semuanya terdiam.
--
Malamnya di rumah sakit. Hujan begitu deras di luar. Jin berjalan ke lorong rumah sakit dan masuk ke ruang autopsi. Sudah ada Samuel di dekat meja pasien autopsi.
"Dia hanya tertekan karena putranya pergi, kau bisa memahami itu bukan?" tatap Jin.
"Aku mengerti... Aku mengerti itu sudah lama, bersikap tak mau di ganggu hukum seperti kita dan menyalahkan kita yang tidak mengawasi... Memangnya kita Tuhan ingin mengawasi kematian... Ngomong ngomong tak ada apa apa sama sekali di tubuhnya, dia sehat," kata Samuel.
"Kau sudah periksa semuanya?"
"Apa itu harus...? Tubuhnya saja sudah di buka semua ini."
"Cih... Serius Samuel!" Jin menatap kesal.
"Baiklah baiklah... Otaknya belum aku periksa... Lebih baik otak kirinya dulu... Bisa kau temukan?" Samuel menatap dokter autopsi di sampingnya.
"Hm... Ups... Ini dia kawan... Ini yang kau cari," Dokter itu menunjukan sesuatu pada mereka yang membuat mereka terdiam terkejut.
". . . Ini sudah selesai," kata Samuel lalu dia berjalan pergi mengambil mantelnya.
"Samuel tunggu.... Ini selesai begitu saja?!"
"Sudah jelas kan... Dia mati karena tumor otak sebesar biji jagung, terlalu menekan dirinya sendiri... Dah lah aku mau pulang."
"Tunggu Samuel, kau harus ikut laporan denganku!"
"Sudahlah kau laporan sendiri.... Kau pikir aku tidak lelah apah.... Kenapa bisa bisanya aku tidak berpikir untuk autopsi saja dia dulu.... Malah pake segala mampir di rumah Joih, sekarang lebih baik kau urus Joih."
"Aku tidak bisa jika bukan kamu, dari awal kau tahu apa yang terjadi pada Nona Joih kan... Selesaikan kasus kedua ini langsung tanpa istirahat!!"
"Cih... Terserah lah... Ayo cepat," Samuel putus asa dan pasrah saja.
Hingga akhirnya kasus Robert telah usai hanya karena tumor otak yang ganas dan, sebesar biji janggung.
-
Mereka kembali melanjutkan kasus baru dan menuju ke ruang luar interogasi. Di dalam ruang interogasi sudah ada tersangka yaitu suami dari Nona Joih.
"Kenapa kalian menangkap ku, aku sudah bilang beberapa kali pada mereka bahwa aku tidak bersalah sama sekali."
"Sepertinya kau harus tahu sendiri bahwa Nona Joih mati karena kau tersangka utama bukan..."
"Ya dia mati karena racun di bak mandi itu," balas suami Nona Joih. Tapi hal itu membuat Samuel dan Jin terkejut diam.
"(Oh bagus....) Baiklah... Dia memang pelakunya," Samuel berdiri.
"Tunggu apa... Kenapa aku?!"
"Kami belum memberitahumu bahwa Nona Joih mati dengan racun di bak mandinya, sepertinya kau harus menjaga keceplosan mu saat panik," kata Samuel.
Seketika suami Nona Joih terdiam tak percaya.
"(Ke.... Kenapa aku bisa keceplosan!!!!??)"
Dia akan di tahan penjara selama masa hukuman berlaku dalam pasal yang sudah ada.
-
"Kemungkinan Nona Joih cemburu karena suaminya selingkuh," kata Jin yang mengikuti Samuel keluar dari kantor polisi.
"Yeah... Dia cemburu hanya karena suaminya selingkuh dengan seorang pelacur," Samuel menambah.
"Ngomong ngomong soal hal ini... Kapan kau nikah?" tanya Jin lalu Samuel berhenti berjalan.
"Kalau begitu aku tanya, kapan kau nikah... Nona..." tatap nya dengan kesal.
"Tentu saja aku akan menikah denganmu, mari buat kehidupan baru dan kita akan di kenal pasangan suami istri mantan agen ini.... Dan mari buat anak yang banyak," kata Jin dengan wajah yang menggoda.
"(Inilah kenapa aku tidak suka wanita dewasa sepertinya.) Aku akan pergi... "
"Hah tunggu... Kita harus laporan dengan Tuan Atas... Apa kau lupa dia yang akan menggantikan ku."
"Yeah aku ingat.... Aku akan menemui seseorang dulu, tenang saja aku tidak akan lama," Samuel berjalan keluar.
Di jalan Samuel bertemu dengan Hycan yang sedang berjalan saja. "Yo Samuel, kau benar benar sudah menyelesaikan tugasku itu ternyata, bagaimana bisa aku tidak percaya dengan kemampuan mu itu, pastinya akan repot jika kau tak bisa bahasa Jepang di sana," dia menatap Samuel yang terdiam dingin.
"Hei... Biarkan aku keluar dari mu," kata Samuel. Seketika Hycan terdiam lalu tersenyum kecil.
"Kau ini lahir di mana yah... Kemampuan mu di atas rata rata manusia... Sikap tenang dan gampang berubah mood. Apa kau memanfaatkan kemampuanmu untuk hanya mencoba masuk ke agen agen lain. Itu bukan nya sama saja kau menyia nyiakan kemampuan mu itu.... Samuel."
"Aku hanya ingin terlepas dari ini semua, aku ingin ini berakhir, dan aku menganggap tugas yang kau berikan padaku itu adalah tugas terakhirku."
"Apa kau tahu dari mana kau bisa bersikap seperti ini, mungkin kau harus memikirkan, kau dulunya seperti apa," tatap Hycan membuat Samuel terdiam dan menghela napas panjang.
"Dengar, sebuah pohon kecil yang hidup di hutan besar. Dipenuhi banyak nya pohon yang tentunya tak akan bisa di katakan sebaya dengan nya. Tetapi suatu hari nanti, dia akan lebih besar dan lebih tinggi dari mereka.... Tapi ini bukan soal pohon kecil, melainkan orang yang selalu kau kaitkan dengan masa lalunya, seseorang dapat berubah dan terkadang, masa lalu dapat membuat nya berpikir sangat lama," kata Samuel.
". . . Aku tahu itu, tapi apa kau perlu memikirkan masa lalu hanya karena orang orang yang melihat mu di masa lalu merasa kau berbeda. Pekerjaan mu adalah sebuah kegiatan yang harus kau lakukan, karena kemampuan mu di inginkan," kata Hycan membuat Samuel kembali menghela napas panjang.
"Sudahlah, ini semua sudah cukup...." dia putus asa.
"Baiklah... Tapi percayalah, aku belum menemukan orang yang dapat menggantikanmu."
"(Cih pak tua ini menyebalkan nya berlebihan sekali.) Kalau begitu begini saja, aku hanya akan menerima tugasmu jika aku benar benar mau menjalankannya."
"Itu membuatku setuju, tapi aku punya satu pertanyaan untukmu."
"Ajukan."
"Kenapa kau ingin keluar dari ku, bukankah kau sendiri yang bilang tak mau lagi bergabung dengan agen global itu, dari awal kau juga agak ambisius sekali masuk setelah ajakan ku itu."
"Itu hanya keinginan samata oleh mata ku... Setelah ini semua... Aku akan menikmati liburanku di pulau hawai... Di sana aku bisa bersantai sepuasku tanpa ada yang bisa menemukan ku... Aku pergi..." Samuel melewatinya berjalan dan meninggalkan Hycan pergi.
"(Samuel..... Ingatlah siapa dirimu itu.... Kau bukan lah manusia yang di gunakan oleh kami tapi kemampuanmu di inginkan oleh kami.)"
"(Aku tak mengerti dengan dunia ini, rasanya sangat lah aneh.)" Samuel berjalan dengan berpikir lalu ia kembali teringat seseorang yaitu Seo Jin.
"(Dia pasti sudah berpikir dulu bahwa aku tidak akan ke sana.... Tapi jangan khawatir, aku akan menjemputmu.... Sepertinya menyukai gadis Jepang itu akan sangat bagus... Jika di pikir pikir Seo Jin kelas 2 mungkin aku akan langsung mengambilnya saja.... Semua bisa ku lakukan dengan uang.)"
--
Di sisi lain, tampak Hycan menghela napas panjang, tapi ada yang datang dari tempatnya. Di tempatnya itu gelap malam dan juga hanya ada penerangan jalan.
Dia menoleh ke siapa yang datang itu yang rupanya adalah Jin. Hycan menjadi terdiam, tapi ia menghela napas panjang setelah Jin benar benar berdiri di hadapan nya dengan sepatu hak tingginya.
"Jadi, kau yang membuat nya keluar?!"
"Jadi, kau yang membuat nya keluar?!"
Mereka mengatakan itu bersamaan membuat keduanya juga terkejut bersamaan.
"Kenapa? Apa dia juga bilang ingin keluar dari tempat mu?" Hycan menatap.
"Haiz..... Aku tidak mengerti pemikiran nya, entah kenapa dia bisa saja memasang wajah yang begitu tidak bersemangat ketika bekerja sama dengan ku, sudah jelas kemampuan nya di butuhkan dalam hal ini.... Dia harus menjadi agen dan memanfaatkan kemampuan nya itu, bisa bertarung dari sejak dia polos, bisa berpikir dari sejak dia lahir.... Aku bahkan tak tahu lagi pemikiran nya...." kata Jin membuat Hycan juga menggeleng.
"Sepertinya kita tak perlu memaksanya, kita hanya perlu meminta bantuan nya ketika kita benar benar membutuhkan nya.... Mungkin kita juga tak perlu memaksanya..." tambah Hycan.
Jin menjadi terdiam, dia lalu menghela napas panjang dan menatap bulan di langit malam.
Di sisi lain, Samuel menutup pintu rumahnya setelah masuk, dia menghela napas panjang lelah. "Benar benar sungguh lelah...." ia lalu melihat sekitar, tapi ia berpikir sesuatu.
"(Aku sudah bilang pada mereka bahwa.... Aku hanya di butuhkan ketika mereka benar benar ingin meminta bantuan ku, jadi aku bisa jarang digunakan mulai dari sekarang.... Hal ini mengingatkan ku pada seseorang yang harus aku janjikan....)" pikirnya. Lalu ia mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang yakni Erick.
Saat ini Erick sedang membaca buku komik marvel di sofa rumahnya, lalu ponselnya berbunyi membuat nya mengangkat nya. "Halo?"
"Bagaimana kasus produsen dari obat merah itu? Bukankah aku harus ikut kau menyelidikinya, kenapa kau tidak menagih ku dari tadi?" tanya Samuel.
"Oh, soal itu, tadi pagi saja aku sudah ke tempat mu, tapi kamu tidak ada.... Jadi mungkin aku berpikir kau sibuk," kata Erick.
Lalu Samuel menghela napas panjang. "Ck, baiklah, besok saja kita cari informasi soal distributor obat merah itu, pagi pagi sekali harus sudah siap," kata Samuel.
"Baiklah, aku tepat di belakang mu," balas Erick.