Baixar aplicativo
100% Newone / Chapter 15: Chapter 15

Capítulo 15: Chapter 15

Udara terasa sedikit lebih hangat dari suhu tadi pagi saat waktu memasuki siang hari, meski masih lebih dingin jika dibandingkan siang hari di musim gugur kemarin. Hal itu juga bisa dirasakan oleh Kyungsoo, saat ia melangkah di lorong kelas, melewati beberapa sekumpulan mahasiswa yang ramai mengobrol sambil merapatkan jaket masing-masing, ada pula para mahasiswi yang sibuk menunggu kelas dengan saling merapatkan duduk agar terasa lebih hangat.

Meski belum bersalju, tapi suasana musim dingin mulai terasa menusuk melewati jaket yang rupanya tidak begitu ampuh menahan hawa dingin di tubuh Kyungsoo, saat ia juga harus sedikit mengatur nafasnya dan berkali-kali menggosok-gosok kedua telapak tangannya agar memunculkan rasa hangat.

Masih berusaha membunuh rasa dingin, Kyungsoo berjalan diantara mobil-mobil yang terparkir di area parkir, menghampiri sebuah mobil sedan sport berwarna merah, dimana seorang laki-laki jangkung berkulit putih pucat dengan jaket bomber berwarna hijau, berdiri disampingnya. Hampir saja Kyungsoo tak mengenali laki-laki yang warna rambutnya tidak seperti biasanya itu jika orang itu tidak mendongak menyadari ada yang berjalan menghampirinya.

Senyum mengembang di wajah Sehun ketika melihat laki-laki bermata bulat yang sejak tadi ditunggunya, kini berdiri di depannya.

"Aku hampir putus asa kalau kau tak akan datang," katanya.

"Maaf aku tidak mengabarimu dulu. Sunbae, kenapa kau mewarnai rambutmu menjadi pirang?" tanya Kyungsoo, mengamati rambut Sehun dengan penuh ketertarikan. Rambut yang dulu berwarna hitam, kini berubah menjadi pirang keemasan dengan model sama, dibuat rapi tersisir ke belakang dan sebagian poni jatuh ke depan wajah.

"Aku hanya ingin sesuatu yang baru. Bagaimana menurutmu, kau suka?" tanya Sehun menggelengkan kepalanya sekali ke kanan dan ke kiri untuk menunjukan rambutnya pada Kyungsoo.

"Aku sedikit terkejut, tapi keren menurutku," kata Kyungsoo tersenyum.

"Kau tidak kedinginan dengan jaket tipis seperti itu? Mau pakai jaketku ini?" Sehun menawarkan sambil mengangguk pada jaket yang dikenakannya.

"Aniyo. Aku tidak apa-apa, sunbae. Ini cukup hangat," Kyungsoo sedikit tersipu menerima tawaran Sehun itu. Entah kapan terakhir kali Sehun berbuat hangat begitu untuknya.

"Baiklah, ayo kita pergi sekarang."

Kyungsoo mengangguk. Ia lalu masuk ke dalam mobil sementara Sehun berjalan memutar dan masuk ke pintu kemudi. Setelah menghidupkan mesin mobil, Sehun mulai menginjak gas dan mobil pun melesat melewati gerbang kampus.

Sepanjang perjalanan keduanya larut dalam diam. Entah kenapa Kyungsoo merasa canggung sekali, karena sudah lama dirinya tidak berdua bersama dengan Sehun seperti sekarang ini. Jika pada awalnya dia lah yang akan menjadi yang paling cerewet, dengan menanyakan apapun atau membahas apapun yang dianggapnya menarik meskipun Sehun hanya menanggapi dengan senyuman atau tawaan ringan, kali ini berbeda rasanya bagi Kyungsoo saat mereka berdua duduk berdampingan di dalam mobil.

Belum sempat membahas topik apapun, sebuah pesan Line masuk ke ponsel Kyungsoo. Ada nama Baekhyun disana.

"Bagaimana?"

"Aku sudah di dalam mobil bersamanya. Bagaimana di kampus?"

"Aku sedang makan ramyeon di apartemenmu sekarang. Aku belum melihat Kai atau Chanyeol lagi di kampus atau di kantin tadi."

Kyungsoo menghelas nafas pelan. Dia merasa bersalah sekali melakukan hal ini. Memang dia tidak mengatakan pada Kai bahwa dia diajak oleh Sehun untuk makan siang. Kabar terakhir Kai meneleponnya kalau ia ada kelas tambahan dengan Chanyeol sebagai hukuman dari Dewan Guru atas perkelahian mereka berdua tempo hari.

Kemudian Baekhyun mengusulkan ide kalau Kyungsoo bisa makan siang dengan Sehun, dan jika Kai bertanya maka sebagai alibi Kyungsoo akan mengatakan kalau ia makan siang bersama Baekhyun di apartemennya. Awalnya Kyungsoo menolak ide ini, karena ia merasa akan menipu Kai. Memang Baekhyun tidak memaksakan idenya ini, tapi karena Kyungsoo ingin menghargai ajakan Sehun, maka akhirnya ia pun menerima ide ini. Ia percaya pada Baekhyun tak akan membocorkan sendiri idenya pada Kai, dan sebagai kompensasi Kyungsoo harus menraktirnya makan siang besok.

Kyungsoo mengetik pesan balasan.

"Aku pun tidak akan pergi terlalu lama."

"Memang kalian makan siang dimana?"

"Aku tak tahu kemana Sehun akan membawaku. Aku belum bertanya padanya."

"Kumohon jangan terlalu lama. Jika sekali atau dua kali Kai menelepon lalu tidak kau angkat rasanya tidak akan apa-apa. Tapi jika tiga kali atau lebih itu bisa jadi bencana."

"Aku mengerti. Aku juga tak mau tampak menipu Jongin dengan menerima ajakan Sehun. Kau pasti paham. Gomawoyo, Baek."

Kemudian Kyungsoo membuat ponselnya mode silent. Ia tidak ada niat lain-lain dengan berbohong pada Kai. Ia menerima tawaran makan siang bersama dari Sehun ini semata-mata hanya untuk menghargainya.

"Kita akan makan siang dimana, sunbae? Aku ada kelas jam dua siang," kata Kyungsoo memulai percakapan.

"Oh, jangan khawatir, tidak terlalu jauh," kata Sehun sambil tersenyum.

"Belakangan ini aku jarang melihatmu di sekitar kampus, ataupun di ruang Yeonhab."

"Selesai Campus Solidarity aku memang terlalu fokus pada tugas kuliah. Sehingga jika jam kuliah usai, aku segera pulang ke rumah untuk mengerjakan tugas. Lagipula tidak ada kegiatan penting lagi, kan?"

"Iya memang."

Kyungsoo menggosokan kedua telapak tangannya untuk membunuh rasa dingin sambil meniup-niup pelan. Menyadari hal itu, tanpa permisi dan tanpa bicara, Sehun meraih tangan Kyungsoo, menggenggamnya dan meletakan di depan pemanas mobil.

Menerima perlakuan tiba-tiba itu membuat rona merah menghiasi pipi Kyungsoo. Jantungnya sedikit berdegup kencang lagi. Ia cukup terkejut dengan yang dilakukan oleh Sehun, yang entah kenapa tak sanggup dicegah dan tak mampu ditolak olehnya. Ada sensasi aneh tersendiri terjadi di dasar perutnya melakukan kontak fisik langsung dengan lelaki jangkung yang ia rindukan ini.

Benar. Kyungsoo mengakui kalau ia rindu pada Sehun. Hanya ia memendam saja perasaan itu dan berusaha tidak membuatnya semakin membesar seperti dulu. Ia sadar, tidak boleh membuat rindu itu menguasainya sekaligus menyakitinya lagi.

Kyungsoo hanya menunduk dan tak ada percakapan lain diantara mereka. Keduanya larut dalam diam sepanjang perjalanan, dengan jemari Kyungsoo membalas menggenggam Sehun.

Tak lama, mobil pun masuk ke halaman parkir sebuah restoran Cina. Setelah mobil terparkir dengan sempurna, dan Sehun baru melepaskan genggamannya pada Kyungsoo, keduanya turun kemudian berjalan ke arah pintu masuk restoran.

"Huanying, Mr Oh," sapa pelayan yang menyambut di pintu masuk dengan ramah. Nampaknya Sehun sudah sangat dikenal di restoran ini, pikir Kyungsoo, sampai-sampai baru saja memasuki pintu namanya sudah disambut seperti itu.

"Meja anda sebelah sini, mari saya antar," kata pelayan itu berjalan memimpin. Kyungsoo dan Sehun mengikuti dari belakang.

Suasana restoran tidak begitu ramai walau sudah memasuki waktu makan siang seperti ini. Kelihatannya orang lebih memilih untuk makan siang tidak jauh dari tempat mereka bekerja atau sekolah mereka atau mungkin di rumah masing-masing, karena suasana diluar suhunya memang mendingin. Dan lagi restoran ini memang terlihat restoran mahal, dengan interior yang tampak mewah dan alat makan berkilauan, pengunjungnya pun rata-rata berpakaian rapi dan seperti orang-orang penting.

"Silahkan," pelayan itu membuat gerakan sopan di sebuah meja di samping jendela. Sehun mempersilahkan Kyungsoo duduk terlebih dulu, kemudian ia juga duduk di depan Kyungsoo.

"Jika siap untuk memesan, silahkan memanggil teman saya disana," kata pelayan itu setelah meyimpan buku menu di hadapan masing-masing, sambil menunjuk pada rekannya yang mengangguk sopan tak jauh dari meja mereka.

"Xiexie," kata Sehun.

Lalu pelayan itu meminta diri dan berlalu.

"Kelihatannya sunbae mahir berbahasa Cina. Dan sudah sangat dikenal di tempat ini," kata Kyungsoo kagum.

"Bahasa Cina-ku memang tidak begitu fasih, tapi cukup mengerti dengan beberapa percakapan. Aku belajar dari halmoni-ku yang memang asli dari Shanghai," kata Sehun.

"Wow, itu luar biasa," kata Kyungsoo kembali terkagum-kagum.

"Kau mau pesan apa?" tanya Sehun.

Kyungsoo membaca deretan menu yang membuatnya sedikit kebingungan. Ia belum pernah makan masakan Cina sehingga ia hanya bisa menelan ludah melihat nama makanan yang aneh-aneh itu.

"Aku tak mengerti dengan menu makanannya," katanya dengan mata membulat lucu. Hal itu membuat Sehun tertawa pelan.

"Baiklah, aku akan memesankan menu yang enak, kau tinggal makan saja," kata Sehun.

Lalu ia memanggil pelayan yang dengan segera menghampirinya. Kyungsoo mengamati dengan wajah bingung saat Sehun menunjuk di buku menu sambil mengatakan sesuatu yang tak dimengertinya pada pelayan. Setelah selesai, pelayan itu membungkuk sopan kemudian pergi.

"Euh, kau memesan apa, sunbae?" tanya Kyungsoo, yang sebenarnya tahu jika yang akan dijawab Sehun pun tak akan membuatnya mengerti.

"Yang pasti sesuatu yang akan membuatmu suka," jawab Sehun singkat sambil tersenyum. Dengan rambut pirang seperti itu entah kenapa membuat Kyungsoo merasa kalau Sehun lebih cerah dan tampan dari biasanya. Hal itu membuat Kyungsoo agak salah tingkah.

"Kenapa?" tanya Sehun, mengamati Kyungsoo yang agak sedikit menunduk.

"Aniyo," kata Kyungsoo mencoba menyembunyikan rona merah di wajahnya.

"Rasanya sudah lama sekali kita tidak pernah jalan berdua lagi. Kau sibuk sekali nampaknya akhir-akhir ini."

"Kau kan sendiri tahu jika kesibukanku hanya kegiatan Campus Solidarity kemarin, sunbae. Pengalaman pertama berorganisasi seperti itu memang cukup melelahkan, tapi aku senang," kata Kyungsoo dengan senyum lebar.

"Hmm, apa benar hanya sibuk karena Campus Solidarity saja?" tanya Sehun dengan nada sedikit menggelitik.

Kyungsoo tahu ke arah mana pertanyaan itu, jadi dia lebih memilih tersenyum sambil mencoba menutupi rona merah pipinya lagi. Kemudian sebuah pertanyaan muncul di kepala Kyungsoo, pertanyaan yang menurutnya sedikit sensitif namun sangat penasaran baginya untuk ditanyakan. Kebetulan orang yang ingin ia ajukan pertanyaan tepat ada di hadapannya saat ini.

"Ada yang mau aku tanyakan, sunbae," kata Kyungsoo.

"Walau kau belum menjawab pertanyaanku sebelumnya, tapi silahkan," kata Sehun.

"Errr...benarkah kau sudah putus dengan Sulli sunbae?" tanya Kyungsoo sedikit ragu dan takut-takut.

Sehun sedikit mengernyitkan keningnya, "kau tahu dari mana? Karena tidak banyak orang yang tahu tentang itu."

Mata Kyungsoo membulat terbelalak. Kenapa Sehun berkata seolah memang kabar tersebut adalah sebuah rahasia pribadi? Pikir Kyungsoo dalam hati. Bukankah Chanyeol yang mengatakan kalau hal itu sudah diketahui banyak orang di SM Seoul University.

Jika benar tidak banyak orang yang tahu tentang hal itu, berarti Kyungsoo merasa dalam masalah besar karena tidak seharusnya menanyakan itu pada Sehun.

Karena tidak dijawab, Sehun hanya tersenyum sekilas. Tak lama setelah itu, pelayan muncul dengan membawa dua minuman dan meletakkannya masing-masing di depan Kyungsoo dan Sehun, kemudian dia pun pergi.

"Aku tak tahu kau dapat darimana kabar itu. Tapi yang kau katakan memang benar," kata Sehun, "hubunganku dengan Sulli sudah berakhir."

"Tapi kenapa?" tanya Kyungsoo tak sabar. Namun kemudian ia menyadari kalau yang baru saja diucapkannya agak kurang sopan, dan memilih diam kembali. Tapi Sehun tidak mempermasalahkan hal itu.

"Bukan hal yang penting," jawab Sehun singkat, menandakan bahwa ia tak berminat membahas lebih jauh tentang itu. Kyungsoo pun tidak berani mengajukan pertanyaan lain dan lebih memilih meminum minumannya dari sedotan.

"Hanya ada hal yang perlu kau tahu," kata Sehun tiba-tiba membuat Kyungsoo berpaling lagi padanya, "kami putus bukan karena dirimu."

"Aku tak mengerti," kata Kyungsoo, walau sejujurnya ia paham maksud dari ucapan Sehun baru saja.

"Mungkin kau belum lupa percakapan kita sebelum pertandingan basket beberapa hari lalu saat kau sedang bersama Kai, dan juga ketika aku datang ke apartemenmu pagi hari. Aku tak pernah lupa waktu dimana kau memintaku untuk tidak meninggalkan Sulli. Aku sudah menepatinya, namun sayang aku tak bisa mempertahankannya," ungkap Sehun.

Kembali Kyungsoo sedikit tak mengerti dan bingung maksud dari sebagian yang diucapkan Sehun. Tapi dia merasa belum saatnya untuk mengajukan pertanyaan, lagipula Sehun terlihat masih akan melanjutkan penjelasannya.

"Asal kau tahu, bukan aku yang memutuskan Sulli, tapi dia yang meminta hubungan kita berakhir."

"Apa?" bisik Kyungsoo tak percaya.

"Iya, kau tidak salah dengar, memang benar dia yang meminta putus," Sehun berkata santai seakan yang diceritakannya bukanlah hal yang sangat sensitif, "tapi aku tidak terkejut. Dia memang tidak memberikan alasan kenapa ingin mengakhiri hubungan denganku, tapi aku sudah menyadari kesenjangan itu sejak lama."

"Sejak lama? Aku melihat kalian berdua tampak baik-baik saja. Bagiku sedikit aneh jika kau mengatakan begitu," kata Kyungsoo.

"Tentu saja tidak aneh. Memang kenapa kau berpendapat kalau kami baik-baik saja?"

"Aku tak melihat ada keganjilan dalam hubungan kalian, kalian berdua tampak baik-baik saja dan sangat..." Kyungsoo terdiam. Apa yang akan dikatakannya sedikit membuatnya tercekat.

"Ya?" Sehun menatap penasaran.

"Sangat...sangat mesra dan serasi," kata Kyungsoo pelan.

"Oleh sebab itu kau mengatakan saat di apartemenmu kalau dia sangat mencintai aku, dan begitu juga sebaliknya?" Sehun mengangkat kedua alisnya.

"Benar, kan? Kau sebenarnya sangat menyayangi dia. Aku memang melihatmu terlihat tidak terpengaruh dengan putusnya hubungan kau dengan Sulli sunbae, tapi hal itu tentunya hal yang aneh, kan?"

"Aneh bagaimana? Memang menurutmu aku harus bagaimana?" Sehun menatap bingung.

"Sebelumnya aku mau bertanya, apa kau menyesal telah putus dengan Sulli? Apa kau merasa sedih karena dia telah memutuskan hubungan kalian? Dan apa kau...kau...masih mencintainya dan berharap kembali?" ucapan Kyungsoo yang tegas sebelumnya, berubah menjadi sebuah bisikan ketika ia mengajukan pertanyaan terakhir di kalimatnya itu.

Sehun diam dan tidak langsung menjawab.

"Mianhae, aku keterlaluan berani bertanya sejauh itu padamu, sunbae. Maaf. Aku mau ke toilet dulu," kata Kyungsoo, yang langsung bangkit dari kursinya, kemudian berjalan meninggalkan meja mereka berdua ke arah belakang restoran.

Entah apa yang ada di pikiran Kyungsoo ketika tanpa terkendali ia langsung mengajukan banyak pertanyaan yang sangat sensitif pada Sehun. Kembali dia sadar seharusnya bisa menahan emosinya untuk tidak bertanya seolah sedang mencari jawaban yang selama ini ia inginkan. Sudah beberapa waktu terakhir ini sesungguhnya Kyungsoo sudah tidak banyak tertarik dengan apapun yang berbau Sehun karena ia merasa ada Kai. Namun demikian, bukan hal yang wajar jika ia tak tertarik mendengar kabar putusnya Sehun dengan Sulli dari Chanyeol.

Hanya saja Kyungsoo memang mengakui karena ia kembali tertarik dengan hal-hal tentang Sehun, artinya ia masih ada perasaan pada Sehun dan belum sepenuhnya Kai bisa menghilangkan perasaan itu. Beberapa orang sudah menganggap ia dan Kai sudah berpacaran, tapi entah kenapa Kyungsoo sendiri masih merasa ada hal lain yang mengganjal. Entah apakah karena masih ada nama Sehun atau lainnya.

Kyungsoo bersandar di dinding depan toilet. Memang ia tak ingin buang air sebenarnya, hanya beralasan saja untuk bisa menghindari Sehun sesaat saat ia tak bisa menahan kesalah tingkahannya. Kyungsoo menunduk dan menghela nafas panjang dan lagi ia bisa merasakan jantungnya berdetak tak normal, sama seperti dulu ketika ia salah tingkah di hadapan Sehun. Dengan tangan kanan Kyungsoo meraih dadanya dan memegangi bagian dimana jantungnya itu masih berdegup kencang.

Mencoba untuk menenangkan dirinya, Kyungsoo merogoh ponsel di saku celana jeansnya. Belum ada tanda-tanda pesan masuk ataupun telepon dari Kai. Meski begitu, ia tak bisa terlalu lama pergi dan memutuskan untuk segera kembali ke meja.

Ketika berjalan berbelok, di kejauhan ia bisa melihat seseorang sedang berada di mejanya dan mengobrol dengan Sehun. Melihat orang itu, jantung Kyungsoo berasa copot dan jatuh ke dasar perutnya. Dengan segera ia setengah berlari kembali ke balik dinding dengan nafas terengah dan mata membelalak.

"Kenapa dia bisa ada disini," bisiknya panik. Kemudian pelan-pelan Kyungsoo mengintip lagi dari balik dinding ke arah mejanya.

Orang itu masih mengobrol dengan Sehun dengan antusias. Karena Sehun membelakangi jadi Kyungsoo tidak tahu bagaimana ekspresi Sehun saat mengobrol dengan orang itu. Tapi tidak lama kemudian orang itu sedikit tertawa kemudian meminta diri dan pergi meninggalkan meja. Kyungsoo tidak langsung kembali ke meja dan memilih sekitar lima sampai sepuluh menit hingga keadaan benar-benar aman.

Namun tak sampai lima menit, ada pesan masuk ke ponsel Kyungsoo. Saat ia lihat Sehun yang mengirimkan pesan melalui Whatsapp.

"Kembali-lah ke meja. Clear."

Kyungsoo sedikit mengerutkan keningnya membaca pesan singkat dari Sehun karena seolah Sehun mengerti kalau orang yang baru saja bertemu dengannya membuat Kyungsoo panik. Kemudian Kyungsoo berjalan kembali ke mejanya. Sesampainya di meja, ia duduk dengan Sehun yang memasang senyuman lagi di wajahnya. Beberapa hidangan makanan sudah tersedia diatas meja.

"Ayo kita mulai makan," katanya ramah, seperti tidak ada hal aneh yang baru terjadi. Tapi Kyungsoo tak tahan untuk bertanya tentang orang tadi.

"Sedang apa dia disini, sunbae?" tanya Kyungsoo.

"Mwo?" Sehun mendongak dari mangkok makannya.

"Iya, sedang apa Kris disini tadi," kata Kyungsoo memperjelas maksudnya.

"Oh. Dia sedang makan bersama entah siapa. Aku tak mengenal orang yang bersamanya dan lagi orang itu berjalan keluar terlebih dulu," kata Sehun.

"Lalu kalian mengobrol apa, kalau aku boleh tahu, sunbae?" Tanya Kyungsoo lagi.

"Tidak banyak, ia hanya menyapaku kemudian bertanya dengan siapa aku disini, aku bilang sedang menunggu temanku yang baru datang dari Cina. Lalu ia berpamitan pergi, setelah aku bisa melihat mobilnya pergi, aku mengirimkan pesan padamu," Sehun berkata datar dan terlalu santai, tidak seperti Kyungsoo yang panik luarbiasa beberapa saat lalu ketika melihat Kris, "aku tahu kau takut ketahuan, maka aku memastikan keadaan aman dulu," tambahnya.

Kyungsoo sedikit terkejut mendengar Sehun berkata begitu meski Sehun tidak menyadarinya.

"Ayo kita makan. Kau harus mencoba ini. Enak sekali," kata Sehun menyodorkan sepiring besar Ayam Cincang Gong Bao.

Saat akan meraih sendok, ponselnya kembali bergetar menandakan ada pesan masuk. Mengira itu Kai yang mengirim, Kyungsoo mengecek ponselnya. Kembali Kyungsoo dibuat gemetaran ketika membaca isi pesan Line itu dan menjatuhkan ponselnya ke meja dari genggamannya. Tidak ada nama pengirim pesan, karena pesan dikirim dari nomor tidak dikenal sama seperti pesan-pesan aneh belakangan ini.

"Ada apa?" tanya Sehun sedikit kaget.

Nafas Kyungsoo kembali tak beraturan dan bisa merasakan keringat dingin mengucur dari kepalanya. Sekali lagi ia melirik isi pesan itu bersamaan dengan helaan nafas ketika membacanya.

"Aku tahu kau sedang bersama siapa saat ini. Ini akan sangat menarik."

*

Setengah berlari Kyungsoo menyusuri lorong kampus. Baekhyun mendadak sulit dihubungi sepanjang perjalanan pulang tadi. Dan tak ada kabar juga dari Kai membuat Kyungsoo semakin panik saja hingga ia merasa tidak nyaman saat makan. Kyungsoo tidak menunjukan pesan misterius yang diterimanya pada Sehun dengan alasan tidak mau menambah situasi semakin rumit. Ia yakin pasti Sehun akan melakukan berbagai cara untuk mencari tahu siapa pengirim pesan misterius itu selama ini dan Kyungsoo tak mau membuatnya ikut pusing memikirkan hal ini.

Namun begitu, ada hal yang lebih penting sekarang dan ia merasa harus segera mencari Baekhyun.

Saat berjalan melewati sebuah kelas di lantai satu Gedung Einstein, ia berpapasan dengan Chanyeol yang baru keluar dari lift.

"Hey Kyungsoo, kelihatannya kau buru-buru sekali, kau mau kemana?" tanya ChanYeol, mengamati wajah Kyungsoo yang berkeringat.

"Ah, aku...aku mencari Baekhyun, Chan," jawab Kyungsoo sekenanya. Ia tak menduga bertemu dengan Chanyeol karena pasti sedang bersama Kai. Tapi Chanyeol berjalan keluar sendiri dari lift tanpa bersama siapapun.

"Memang kalian tidak bersama?" Chanyeol bertanya lagi, heran.

"Tadi kami sempat makan siang bersama di apartemenku, lalu ia kembali ke kampus lebih dulu," kata Kyungsoo, mencoba tidak menunjukkan keganjilan dalam suara dan ekspresinya.

"Oh, kau mau aku mengantarmu mencari Baekhyun?"

"Aniyo, aku bisa mencarinya sendiri. Ngomong-ngomong, bagaimana kelas tambahanmu?" Kyungsoo bertanya mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Membuat pusing sekali, syukurlah besok terakhir kelas tambahan sebelum ujian," jawab Chanyeol sambil berdecak lelah.

"Lalu dimana Jongin?"

"Kami berpisah setelah kelas selesai karena aku harus ke ruang guru mengantarkan tugas. Mungkin dia ada di cafetaria, bagaimana kalau kita kesana? Barangkali Baekhyun pun ada disana."

"Baiklah," kata Kyungsoo menyetujui usul Chanyeol.

Dan kemudian mereka berdua berjalan bersamaan melewati beberapa kelas yang kosong ke arah cafetaria.

"Nanti seusai ujian kau mau liburan kemana? Apa kembali ke Los Angeles?" tanya Chanyeol saat keduanya berjalan di taman.

"Aku ingin sekali ke Jeju Island, banyak orang mengatakan tempat itu menarik," jawab Kyungsoo antusias.

"Memang indah sekali. Aku sudah lama sekali tidak kesana, terakhir kali hampir dua tahun lalu bersama keluargaku. Kau akan pergi dengan Kai?"

"Aku belum mengajaknya, aku baru saja mengobrolkan hal itu dengan Baekhyun. Lalu bagaimana denganmu? Kemana kau akan berlibur?"

"Aku belum memiliki rencana apapun. Keluargaku akan menghabiskan waktu di Hong Kong tapi aku belum memutuskan apakah akan ikut atau tidak."

"Tahun lalu kau berlibur kemana?"

"Bersama dengan Kai kami liburan ke Hokkaido. Seru sekali. Aku dan dia baru saling mengenal karena sama-sama baru masuk kampus ini. Kurang lebih sama sepertimu dan Baekhyun saat ini," kata Chanyeol dengan mata berbinar.

"Bagaimana kalau kau juga ikut dengan kami berlibur? Aku rasa Jongin akan setuju."

"Hmmm," Chanyeol terlihat memutar matanya, berpikir, "kedengarannya menarik," katanya tersenyum dengan lukisan khas lesung pipinya.

"Wah, kelihatannya ini akan seru," kata Kyungsoo gembira, "dan aku bahagia karena kau dan Jongin sudah berbaikan," tambahnya.

"Oh ya?" Chanyeol kemudian tertawa, "itu bukan kali pertama kami bertengkar. Walau memang itu adalah perkelahian terparah kami sesungguhnya. Sebelumnya aku dan dia memang belum pernah berkelahi sampai adu pukul seperti kemarin. Kami hanya saling diam jika bertengkar."

"Kalian biasanya bertengkar apa?"

"Hmm hal yang remeh sih, terkadang bukan hal yang begitu penting pula. Kami pernah bertengkar gara-gara dia memberiku contekan saat ujian tapi aku yang mendapatkan nilai lebih tinggi dari dia dan diapun marah," kata Chanyeol kembali terkekeh sembari sedikit menerawang mengenang kejadian itu, "aku ingat bagaimana aku harus bersusah payah agar bisa kembali berbaikan. Tapi tidak lama, hanya sekitar beberapa jam kami kembali saling mengejek lagi."

"Kau dan Jongin memang sudah sangat dekat sekali kelihatannya. Aku sebenarnya menyesal atas perkelahian kalian kemarin. Jujur saja, aku merasa bersalah," Kyungsoo sedikit menunduk.

"Sudahlah," Chanyeol merangkul bahu Kyungsoo, "itu sudah berlalu, aku sudah melupakan kejadian itu." ia mengusap bahu Kyungsoo, yang memberikan senyuman setelah itu.

"Ehm, Chanyeol, bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?" tanya Kyungsoo tiba-tiba saat mereka berdua melewati taman. Entah mengapa sebuah pertanyaan muncul di benaknya dan ingin ia tanyakan pada lelaki jangkung disampingnya ini.

"Silahkan," Chanyeol menyunggingkan senyum lesung pipi lagi, memberi isyarat pada Kyungsoo untuk mengajukan pertanyaan.

"Kenapa kau bisa suka padaku?"

Pertanyaan Kyungsoo itu pelan namun terdengar tegas, seperti tidak ada keraguan atau ketakutan untuk diajukan. Mendengar itu malah Chanyeol nampak sedikit terkejut, kemudian sedikit memutar matanya seperti mencari jawaban, tanpa bertanya balik dengan mengatakan tidak memahami maksud Kyungsoo.

"Haruskah aku menjawab pertanyaanmu, Kyungie?" Kata Chanyeol. Panggilan 'Kyungie' memang khusus yang diberikan oleh Chanyeol pada Kyungsoo, yang tidak dimengerti alasannya oleh Kyungsoo dan tidak pernah ditanyakan olehnya.

"Ne," jawab Kyungsoo singkat.

"Kalau kau tanya kenapa aku bisa suka padamu, jawabannya adalah karena aku mengagumi-mu."

"Mengagumi bagaimana?" Kening Kyungsoo mengerut tak mengerti.

"Kau tahu, ketika kau menyanyikan sebuah lagu, aku bisa merasakan emosi-mu dalam lagu yang kau bawa, aku bisa merasakan betapa kau bernyanyi begitu dengan setulus hati. Kau benar-benar seorang penyanyi, yang bisa menyampaikan maksud dari lagu yang kau maksud, dan membuat orang-orang yang mendengarmu bisa jatuh cinta pada suaramu," ungkap Chanyeol, dengan pandangan menerawang ke depannya. "Itulah sebabnya aku bisa menyukaimu. Jangan tanyakan alasan lain, bagiku tidak begitu penting," tambahnya.

Kyungsoo sedikit terperangah dengan jawaban Chanyeol itu, dengan mulut sedikit menganga meski tidak disadari oleh Chanyeol. Jawaban yang singkat, tidak berputar-putar, namun begitu penuh arti menurut Kyungsoo.

Mulut Kyungsoo hendak membuka untuk berkata sesuatu, namun Chanyeol melanjutkan.

"Aku pun sesungguhnya tidak tahu kenapa aku bisa suka padamu dengan cara seperti ini, terlebih lagi dengan dekatnya kau dan Oh Sehun. Aku merasa tak mungkin bisa mengambil hatimu dari seorang Oh Sehun yang sempurna. Aku bisa melihat sinar matamu jika sedang bersamanya dan aku mengerti hal itu. Hanya saja aku tak mau membohongi perasaanku, kalau aku sedikit cemburu saat melihatmu bersamanya," Chanyeol lantas terkekeh pelan setelah berkata itu, namun melanjutkan lagi. "Ditambah ternyata kau malah memilih Kai, sebetulnya hal itu yang sedikit membuatku terkejut. Akan tetapi aku lebih memilih untuk merelakan perasaanku, dan menerima kenyataan bahwa kau sudah memilih sahabatku," Ia menoleh pada Kyungsoo dan melengkungkan senyum khasnya lagi sambil berbisik. "Aku bahagia jika kau bahagia, Kyungie."

Entah apa yang harus dikatakan Kyungsoo menanggapi hal yang diungkapkan oleh Chanyeol itu, ia benar-benar tak tahu harus berkata apa dan mengatakan apa. Mulutnya hanya bisa terbungkam, dengan hati mencelos.

Ungkapan perasaan Chanyeol itu membuatnya tertegun. Ia kini mengetahui seperti apa yang Chanyeol rasakan padanya, tahu bagaimana perasaannya selama ini pada Kyungsoo, dan Kyungsoo kembali merasa bersalah karena tidak bisa merasakan perasaan suka Chanyeol itu dari awal. Setidaknya, jika memang ia tak memiliki rasa yang sama untuk membalasnya, Kyungsoo bisa menghentikan perasaan Chanyeol lebih awal tanpa membuat hal itu lebih besar seperti sekarang ini.

Chanyeol orang yang baik, dengan kemampuan bernyanyi dan bermain alat musik yang selalu membuat Kyungsoo terpesona. Dia tak bisa mengatakan bagaimana perasaan yang lebih pada Chanyeol karena ia sendiri tak siap dan tak tahu seperti apa. Mengetahui ungkapan perasaan itu membuat Kyungsoo meruntuki dirinya yang tak bisa peka terhadap perasaan suka seseorang padanya.

Yang membuatnya semakin merasa bersalah adalah kembali, sama seperti Baekhyun, Chanyeol juga bisa melihat kalau Kyungsoo memiliki perasaan terpendam pada Sehun, jauh sebelum Kyungsoo menyadari sendiri perasaannya pada Sehun.

Kyungsoo kembali akan membuka mulutnya, saat kali ini ponselnya yang mengganggu niatnya, dengan kembali bergetar panjang menandakan ada panggilan masuk. Kyungsoo melihat nama Baekhyun disana.

"Baekhyun menelepon. Sebentar, aku harus mau menjawabnya," kata Kyungsoo, sedikit berjalan menjauh, sementara Chanyeol mengangguk dan menunggu dengan duduk di salah satu kursi taman.

"Yeoboseyo. Kau kemana saja? Aku hampir gila mencarimu," kata Kyungsoo dalam bisikan.

"Aku tertidur di tempat tidurmu, haha," suara Baekhyun memang terdengar sedikit parau menandakan dia memang baru saja bangun, "apa kau sudah kembali ke kampus?"

"Tentu saja sudah. Cepatlah kemari."

"Oke, aku akan segera kembali ke kampus, tapi aku harus membereskan dulu bekas ramyeon-ku ini."

"Tidak perlu, biar nanti aku yang bereskan. Sekarang kembali-lah kemari cepat. Jika ada yang bertanya kau harus bilang dari mall."

"Untuk apa aku menjawab begitu?"

"Tak usah banyak tanya. Ayo cepat!" desak Kyungsoo.

"Baiklah, baiklah."

Dan sambungan telepon pun terputus. Kyungsoo memasukan kembali ponselnya ke saku jeansnya setelah menonaktifkan silent mode-nya. Lalu ia berjalan menghampiri Chanyeol, yang berdiri dari bangku taman.

"Dimana Baekhyun memang?" tanyanya.

"Dia sedang di mall. Entahlah sedang apa," jawab Kyungsoo sambil terkekeh aneh.

"Memang kalian ada kelas lagi jam berapa?"

"Hmmm," Kyungsoo mengecek jam tangannya, "sekitar dua puluh menit lagi. Tapi dia sudah menuju kemari."

Mereka berdua kembali berjalan bersamaan sambil melanjutkan obrolan lagi tentang Chanyeol dan Kai. Untuk sekarang Kyungsoo berpendapat menunda pembicaraan dan kegundahan hatinya setelah mendengar ungkapan Chanyeol. Ia belum mau memikirkan terlalu jauh, meski sekali lagi tak bisa menutupi perasaan bersalahnya mengenai kepekaan terhadap perasaan orang lain.

Saat cafetaria sudah dekat, dilihat Kyungsoo ada orang yang, memang ia sedang cari, muncul keluar dari pintu cafetaria. Dengan wajah sedikit terkejut, Kai berjalan menghampiri Kyungsoo dan Chanyeol.

"Ah, aku sedang mencarimu," kata Kyungsoo.

"Aku juga mencarimu. Kau darimana? Kenapa kau berpisah dengan Baekhyun?" tanya Kai tajam dalam bisikan, dan terdengar khawatir dari nada bicaranya.

Belum sempat Kyungsoo menjawab, Chanyeol yang merasa canggung berkata disampingnya, "aku akan menunggu di dalam," katanya yang kemudian berjalan masuk ke cafetaria.

"Kau tahu, aku mencemaskanmu," kata Kai dalam bisikan, menarik Kyungsoo ke balik dinding.

"Aku tidak apa-apa. Tadi Baekhyun pergi dari apartemen duluan. Kau tak perlu cemas, aku baik-baik saja," kata Kyungsoo tersenyum menenangkan.

"Ponselku tadi lowbat jadi aku kesulitan menghubungimu tadi. Baru saja aku mengisi ulang baterai di cafetaria. Kau membuatku khawatir sekali."

"Memang ada apa? Khawatir kenapa?"

"Bagaimana aku tidak khawatir, jika ada seseorang mengirimkan pesan tentangmu sekitar setengah jam lalu," kata Kai menekan kalimatnya.

"Pesan apa?" tanya Kyungsoo tak mengerti.

Lalu Kai merogoh saku jeansnya dan mengeluarkan ponselnya. Tak lama setelah itu dia menunjukan sebuah pesan Line. Kyungsoo dengan ragu-ragu mengambil ponsel Kai. Entah kenapa jantungnya kembali berdegup kencang saat meraih ponsel dari tangan Kai dan membaca isi pesan.

"Kau tidak mengkhawatirkan kekasihmu? Aku tak yakin keberadaannya baik. Jika aku jadi kau, aku akan mencemaskannya."

"Setelah aku menerima pesan ini, ponselku langsung mati," jelas Kai, sementara Kyungsoo hanya mematung setelah membaca isi pesan lain yang sama misteriusnya.

"Hey?" Kai mengibaskan tangannya di depan wajah Kyungsoo yang mendadak menjadi pucat pasi, "kau kenapa? Apa memang sesuatu yang buruk terjadi? Kenapa kau tak bersama Baekhyun?" tanpa bisa ditahan Kai terus memberondong dengan pertanyaan.

"Baekhyun...Baekhyun tadi lebih dulu pergi meninggalkan apartemen karena ada perlu," jawab Kyungsoo yang masih merasa terguncang, meski dia mencoba untuk menutupinya dari Kai.

Namun Kai menyadari masih ada yang ganjil. Dia menyipitkan mata elangnya dan memandang Kyungsoo dalam-dalam, "kau yakin tidak ada yang aneh? Kau dimana tadi?" tanyanya.

Kyungsoo terdiam. Di dalam kepalanya banyak sekali hal berputar membuatnya sakit kepala. Untuk pertama kalinya sejak mendapat beberapa pesan dan juga kejadian misterius, Kyungsoo merasa ngeri sekali. Dia sadar, seseorang sedang mengawasinya sekarang, dan dia bertanya dalam hati, apa yang diinginkan orang itu darinya.

"Hey," Kai kembali mencoba menyadarkan laki-laki bermata bulat disampingnya itu, berbisik di telinganya, "apa benar sesuatu terjadi padamu?"

Masih dengan jantung yang berdegup kencang dan tangan sedikit gemetaran, Kyungsoo membuka mulutnya dan menjawab dalam bisikan, "aku takut."

Kai memegang wajah Kyungsoo dan menghadapkan wajah Kyungsoo padanya. Dia bisa melihat mata bulat itu kini berkaca-kaca.

"Aku takut, Jongin," bisik Kyungsoo lirih.

[TBC…]

*


next chapter
Load failed, please RETRY

Novo capítulo em breve Escreva uma avaliação

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C15
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login