Baixar aplicativo
16.21% My Teacher My Husband / Chapter 30: Ch. 30

Capítulo 30: Ch. 30

"Mr. Wu?" Guman Suzy. Menyeka air matanya dengan cepat lalu menegakkan kepalanya.

"Hhhh." Suzy menghela nafas saat tak ada satupun orang yang memperhatikannya. Itu lebih baik.

"Maaf, Mr. Bukannya anda pada jam terakhir?" Tanya ketua kelas mereka.

"Mr. Oh sedang ada rapat. Maka dari itu aku bertukar jadwal dengannya." Jawab Kris santai.

Membuka buku cetaknya lalu mengambil spidol. "Buka halaman 27 dan kerjakan latihan." Suruh Kris. "1 jam terakhir ulangan. Nilai terendah 90." Lagi. Ultimatum kris membunuh jiwa raga pengheni kelas.

"Ta-"

"No protes!" Sela Kris.

**

Suzy diam. Ia tak berniat dengan buku didepannya ini. Pandangan Suzy lurus ke arah lapangan. Membolak-balik penanya lalu mendesah parah.

"Mr." Panggil Suzy.

"Ya." Kris menjawab.

"Izin ke toilet." Ujar Suzy.

Setelah mendapat anggukan dari Kris. Suzy beranjak dari bangkunya, berjalan menuju pintu tanpa melirik pada Chanyeol. Melirik Chanyeol sama artinya dengan memancing air matanya.

"Aku tak masalah mereka marah. Asal jangan diam ya tuhan." Suzy mendesah lelah.

**

Semua siswa berkumpul di lapangan utama. Suzy hanya menatap malas dari kelasnya. Setelah pelajaran Mr. Wu tadi, ia tak beranjak dari kursinya. Memilih berdiam diri tanpa teman dan menatap layar ponselnya, sesekali.

"Suzy. Cepat! Ada berita heboh." Histeris temannya.

"Apa?" Tanya Suzy malas-malasan. Palingan juga gosip bulanan.

"Ikut saja." Seret mereka semua. Menarik tangan Suzy hingga menuju lapangan.

"Ad-"

"Suzy." Panggil seseorang. Tak tanggung-tanggung, menggunakan toa, speaker, plus microfon.

"Apa-apaan ini?!" Dengus Suzy tak terima.

Disana. Di tengah lapangan. Berdiri Daehyun. Dengan sebuah kue tart besar, segumpalan balon, kotak beludru merah dengan pita di atasnya. Dan juga, sebuket mawar merah di tangan Daehyun.

"Dae-"

"Suzy. Maukah kau menjadi milikku?" Ujar Daehyun.

"Kau in-"

"Ku mohon." Daehyun memelas. Berjalan mendekat dengan kotak beludru dan juga buket bunga.

"Ak-"

"Ya?"

"Berhenti menyela ucapanku!" Kesal Suzy. Melangkah mundur dan menatap sekitar.

"Sialan!" Maki Suzy. Di ujung sana, Sehun beserta beberapa guru dan juga Jiyeon, Baekhyun, dan Chanyeol.

"Suzy, aku serius. Aku su-"

"Ini bukan kisah klise Daehyun!" Kesal Suzy. "Dimana kau melakukan ini semua dan mendapat jawaban ia dariku." Sambung Suzy. "Aku tak memiliki perasaan apa pun padamu. Hanya teman, tak lebih." Ujar Suzy.

"Kenapa?" Suzy kaget. Itu bukan suara Daehyun. Tapi,

Jiyeon.

"Kenapa? Apa karna Sehun?" Tanya Jiyeon.

Suzy diam. Semua mata sekarang tertuju padanya, dan juga pada Sehun.

"Ya?" Pancing Jiyeon.

Suzy menggeleng. Matanya sudah berkaca-kaca. Melangkah mundur, dengan menatap sekelilingnya.

Sehun. Disana. Memandangnya. Antara cemas, kecewa, dan entahlah. Suzy tak tau lagi.

Chanyeol. Menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Datar. Namun ada banyak emosi di sana.

Jiyeon. Tersenyum sinis dengan mata menyala tajam. Mentapnya datar, seolah-olah ia menang.

Baekhyun. Diam bagai patung, namun ada raut sedih disana.

Dan juga, Daehyun. Tatapan sedih dan kecewanya.

Suzy merasa menjadi manusia paling buruk saat ini. Semua mata tertuju padanya.

Kaget.

Suzy melangkah mundur. Menggeleng-gelengkan kepalanya. Hingga saat satu bulir berlian mengalir dari manik hitamnya. Suzy berbalik. Berlari menuju kelasnya dan menangis sejadi-jadinya.

"Tidak. Aku tidak mau, tidak mau seperti ini." Ujar Suzy. Mengemasi barang-barangnya dan beranjak cepat keluar sekolah.

Ia tidak ingin berada di sana. Sekarang, skolah bagai neraka untuknya sekarang. Ia akan menjadi penyendiri sekarang.

Suzy berlari, tujuannya mungkin taman. Tentu saja bukan taman yang ada di skolah. Ia tak ingin mati muda karna tatapan orang-orang yang menusuknya. Kalau itu nyata, pembayangan Suzy adalah. Perempuan cantik dengan lobang menganga di sekujur tubuhnya. Belum lagi, darah segarnya yang mengalir.

"Tidak. Aku tidak mau."  Gumam Suzy. Duduk di bangku taman seorang diri. Menutup wajahnya dengan telapak tangan dan terisak dalam diam.

"Mama." Isak Suzy. Bahunya bergetar, dan juga beberapa tatapan iba yang tertuju padanya.

**

"What the hell!" Maki Sehun. Bersandar pada kursi empuknya dan mengusap wajah tampannya yang tiba-tiba terlihat kusam.

"Ada masalah apa bocah itu denganku?" Ujar Sehun.

Menghela nafas lelah dan mengepalkan kedua tangannya. Erat.

"Ku harap kau tak pergi bunuh diri Bae." Gumam Sehun. Meraih ponselnya, dan menekan beberaa digit angka.

"Sial!" Lagi. Sehun kembali memaki. Entah apa dan pada siapa. Kekesalannya makin bertambah saat ia menelfon Suzy. Bukannya sang gadis yang menjawab, namun suara operator menyebalkan yang menyapanya.

Bergumam resah. Sehun mencoba merilekskan tubuhnya. Ia bisa saja mengejar Suzy tadi. Masalahnya, jika ia melakukan itu. Semua warga sekolah akan mempercayai ucapan Jiyeon tadi.

"Kau perlu dimusnahkan nona Park!" Desis Sehun.

Brak.

Dan meninju mejanya keras. Bahkan suara debuman mejanya terdengar hingga keluar ruangan.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Jonghyun. Salah satu guru senior disini.

"Mm, ya." Jawab Sehun ala kadarnya.

"Sehun. Boleh aku bertanya sesuatu?" Tanya Heechul. Guru konseling yang digemari semua siswi, bahkan siswa. Pria yang cantik itu entah sejak kapan sudah berada di depan ruangannya.

"Kau sudah mengatakan 'apa aku boleh bertanya' itu artinya kau sudah bertanya." Ujar Jonghyun.

"Diam kau! Dan juga aku tidak berkata seperti itu." Sanggah Heechul.

"Maknanya itu!" Dengus Jonghyun tak mau kalah.

"Pergi kau! Pengganggangu!" usir Heechul.

Sehun hanya diam. Dua guru itu muncul keruangannya apa hanya untuk berdebat? Kepala Sehun pusing ngomong-ngomong.

"Ap-"

"Apa yang dikatakan Jiyeon tadi benar, Sehun?" Tanya Heechul.

Sehun diam. Mengeryitkan dahinya samar karna ucapan Heechul barusan. "Ini menyebalkan!" Bathin Sehun.

"Ah, yang di lapangan tadi? Tidak. Aku tidak ada hubungan apa-apa dengan siswi yang bernama Suzy itu." Sanggah Sehun kalem.

"Ah, syukurlah. Aku ingin melamar menjadi istri masa depanmu." Ujar Heechul dan berlalu begitu saja.

Jonghyun dan Sehun terdiam. Istri masa depan? Apa-apaan?

"Hahaha maklumi Sehun. Dia memang seharusnya ada di rumah sakit jiwa." Ujar Jonghyun. Tertawa sejenak dan berlalu menyusul Heechul.

"Gila!" Satu kata itu yang keluar dari mulut Sehun. Menggeleng pasrah dan kembali memandangi ponselnya.

**

Sudah empat jam Suzy berada di taman yang sama sedari tadi. Memandangi ujung-ujung sepatunya dan terisak kecil. Ia yakin matanya sudah memerah saat ini.

"Jam 6." Gumam Suzy. Menghela nafas lelah dan bangkit dari duduknya. Berjalan gontai menuju halte dan menanti kedatangan bus berikutnya.

Dalam pikirannya saat ini, hanya ada Sehun. Apa pria itu baik-baik saja? Maksudnya, apa Sehun tidak akan menjauhinya juga?

"Hiks." Lagi. Suzy kembali menangis. Membayangkan Sehun yang membencinya saja, sudah membuatnya sesak napas. Ingin bunuh diri, dengan cara melompat dari Sungai Han. Cukup bagus bukan?

"Apa tembok hidup itu,, hiks.. juga akan menjauhiku?" Gumam Suzy.

Menatap layar ponselnya yang terdapat foto Sehun. Hanya diam bagai patung di atas balkon kamar mereka.

"Jika iya, aku benar-benar akan melompat dari Sungai Han." Ujar Suzy.

**

Menghela nafas. Suzy membuka gerbang rumahnya. Sudah ada mobil Sehun disana. Itu tandanya Sehun sudah pulang. 

"Apa Sehun mencariku?" Gumam Suzy. Mengerucutkan bibirnya yang kembali bergetar karna menahan tangis.

Ceklek.

"Ak-"

Greb.

Belum juga ucapan salamnya selesai. Pelukan hangat Sehun sudah menyambutnya.

Menyadari itu. Suzy kembali menangis. Melingkarkan tangannya pada punggung Sehun, dan kembali terisak disana. Membiarkan pintu rumah tetap terbuka karna Sehun juga akan menutupnya nanti.

"Hiks.."

"Sstt.. biarkan saja. Mereka tak mempunyai bukti. Kemungkinan besar teman-temanmu yang lain tidak akan percaya." Ujar Sehun. Mengusap kepala Suzy dan mencium rambut hitamnya.

"Apa kau juga akan meninggalkanku?" Tanya Suzy. Bahkan air matanya sudah membasahi kemeja Sehun.

Sehun terdiam. Ada yang ingin Sehun bicarakan dengan istri mungilnya. Sehun sudah memikirkan ini seharian tadi. Dan ia kembali ragu saat melihat Suzy saat ini.

"Sehun." Panggil Suzy.

"Ada yang inginku bicarakan." Ujar Sehun. Melepas pelukannya dan menghapus air mata Suzy.

Perasaan Suzy tak enak. Bukannya diam, ia malah makin menangis kencang.

"Stt, dengarkan aku dulu." Ujar Sehun. Menggenggam pergelangan tangan Suzy dan menatap matanya.

"Kau-"

"Dengarkan dulu. Aku sudah memikirkan ini dari tadi."

"Hiks. A.. apa?"

"Bagaimana kalau kita bercerai?"

TBC

SEE U NEXT CHAP

THANK U

HAVE A NICE DAY

DNDYP


next chapter
Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C30
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login