Geraman Arland terdengar. Pemuda itu tiba-tiba terlihat sangat menyeramkan. Tak perlu dijelaskan lagi, Arland marah besar. Dia tidak suka saat ada orang asing menyebut nama adiknya.
Tak terkecuali dengan Lea.
"Terus kenapa kalau kelemahan gue dia?! Lo mau nyakitin dia?" Desis Arland sembari terus mendekat ke arah Arasha.
Arasha diam tak berkutik. Tubuhnya serasa terpaku di tempat. Gadis itu benar-benar tidak bisa melarikan diri. Dia menyesali ucapannya. Seharusnya Arasha tidak main-main. Lagipula, dia tidak mungkin menyakiti keluarga Arland.
"Gak mungkin lah! G-gue cuman bercanda. Sorry, gue keterlaluan." Lirih Arasha sembari menunduk.
Hal itu membuat amarah Arland surut seketika. Pemuda itu menghela napasnya, menatap Arasha sangat tajam sebelum akhirnya melenggang pergi meninggalkan gadis itu.
"Untung selamat. Bisa habis gue dicaci-maki." Rutuk gadis itu pada dirinya sendiri.
***