Arland menggigit bibir bawahnya. Pemuda tampan dengan rambut hitam legamnya tersebut merasa sangat gugup saat ini. dia benar-benar takut ibunya murka. tak dapat dipungkiri, Arland memang salah. Dan dia mengakui hal itu. Arland tidak munafik. Saat itu, dia tidak bisa mengontrol nafsunya sendiri. pemuda itu merasa sedikit kewalahan. Dan entah setan darimana, tiba-tiba si resepsionis seolah menawarkan tubuhnya pada Arland. Hal itu tentunya tidak Arland sia-siakan begitu saja. Dia memanfaatkannya dengan baik.
"Mam! Arland bisa menjamin kalua tidak ada media dan reporter yang melihat Arland saat itu." Pemuda itu mengangkat keuda jarinya, mencoba meyakinkan sang ibu.
Alaric yang mendengar hal itu tertawa kecil. Di saat semua orang akan terpesona dengan ketampanan Alaric saat tersenyum, Arland tidak.
Dia merasa ketakutan. Nyalinya ciut setiap kali mendengar Daddy nya tertawa.