Baixar aplicativo
3.65% My Possessive Brother / Chapter 3: Bab 3. sambutan yang meriah

Capítulo 3: Bab 3. sambutan yang meriah

Terlalu lama kamu bertindak, sampai kamu tidak sadar bahaya apa yang mengintai sang Dewi.

***

Seperti biasa suasana pagi di Internasional Senior High School atau lebih dikenal dengan IS atau IHS ini, diwarnai dengan hiruk pikuk para penghuninya yang mulai berdatangan. Tepat di ujung koridor kelas XII IPA 1. yang terkenal dengan anak unggul dan juga kaya itu. terlihat sekelompok siswi yang terlihat sangat serius dengan obrolan mereka, tidak peduli dengan beberapa siswa yang menatap penuh minat kearah mereka.

" jadi Apa rencana lo Karin. " tanya salah satu dari mereka.

".....".seorang gadis yang di panggil Karin itu mulai membisikkan rencananya kepada empat temannya.

" wow bagus tu. gue yakin itu cewek pasti kapok. " tanggap yang lainnya.

" tentu saja Shion, anak baru itu pasti akan kapok. memangnya siapa dia berani melawan gue” balas Karin sambil tersenyum sinis, senyum yang beberapa hari ini terus menghiasi wajah cantiknya.

" dia tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa, gue Karin Billiendra pasti akan menghajar anak baru kurang hajar itu" Ucap Karin angkuh, namun siapa yang akan membantah. Selama ini sebelum anak baru itu datang dia selalu mendapatkan apa yang dia inginkan.

sedangkan di tempat lain, jauh dari pandangan Karin dan teman-temannya. seorang gadis cantik sedang asik dengan dunianya sendiri. tidak menghiraukan tatapan heran dari teman-temannya yang lain.

"hy Lexsa " sapa Feby dan memgambil kursi di depan Lexsa.

" hn, ada apa?" Tanya Lexsa, tanpa mengalihkan pandangannya dari novel yang sedang dia baca.

" lo mau pilih ekskul apa nanti?. " tanya Feby kesal, Alexsa terlalu fokus dengan Novel yang gadis itu baca.

“hy” diabaian, Feby yang kesal langsung menarik novel yang di baca Lexsa.

"HYYYYY" teriaknya marah. " kembalikan novel gue" pintanya, yang lebih terdengar seperti perintah.

Melihat itu Feby mendengus jengkel, mereka sedang berada di dalam kelas sekarang. Dia, Mona, Alexsa juga Monika, tapi Alexsa malah asik dengan dunianya sendiri.

Menyebalkan!.

"lagipula kami juga penasaran lo Lexsa. " timpal monika, sambil mengambil alih novel di tangan Feby sebelum berhasil direbut Alexsa kembali.

Alexsa hanya menghela nafas pastrah, kalau sudah jadi begini. lebih baik dia jawab saja pertanyaan sahabatnya atau novel barunya tidak akan kembali ketangannya lagi.

"karate" balas Alexsa singkat.

" what karate lagii" protes mereka secara bersamaan.

" wah kalian kompak sekali. " ucap Alexsa yang lebih terdengar seperti ejekan ditelinga mereka.

" kami serius Lexsa, memangnya tidak ada yang lain yang bisa kamu ikuti. Masih banyak ekskul yang lain. Drama, cheerleaders, reporter sekolah, OSIS atau apa lah lagi. yang pasti bukan karate.. " protes Feby jengkel. Dia sudah melihat Alexsa dalam balutan seragam karate sejak mereka Junior Hight School dulu. Dan dia sudah bosan melihatnya.

"yang lain gak seru" balas Alexsa tidak peduli dengan Feby dan Monika yang sudah menatapnya jengkel.

" Memang ngapain sih ikut karate lagi. kan sudah pas SMP Lexsa " geram Bella yang baru saja muncul, ikut nimbrung kedalam pembahasan sahabat-sahabatnya.

" belum cukup, untuk memusnahkan nenek sihir dari muka bumi ini. " jelas Alexsa sambil mendelik tak suka, dia tentu dari beberapa hari lalu ingin mencekik Karin setiap kali sadar gadis itu satu sekolah dengannya.

"Maksud lo Karin. " tanya Monika.

Memangnya siapa lagi.

"Senior yang lo tampar waktu ospek itu" tanya Feby sambil menangkup pipinya dengan kedua tangannya, membayangkan betapa keras tamparan sahabat tomboynya ini.

" wahhh. sepertinya lo bakalan dapat heaters baru sa" balas Mona, yang sedari tadi diam mendengar perdebatan di antara sahabat-sahabatnya.

" gue gak peduli. " balas Alexsa sinis, mendengar nama gadis itu disebut saja sudah berhasil membuat mood nya buruk apalagi bertemu langsung dengan Karin, dia yakin dia siap menghajar gadis itu saat itu juga kalau Karin berani bertingkah di depannya.

Mereka langsung diam, sadar sahabat mereka tidak dalam kondisi yang bagus sekarang. Sepertinya setelah ini mereka harus lebih waspada, amarah Alexsa bukanlah hal yang bagus. Mau bagaimana lagi bukan, Alexsa memang selalu menjadi magnet masalah setiap kali para gadis diluar sana yang menggilai Alex tidak tahu hubungan Alexsa dan Alex itu apa.

***

Alex mendengus jengkel, Sejak tadi pagi dia ingin menyapa Alexsa adik perempuannya itu. Tapi sayangnya Alexsa terus saja menghindarinya dengan alasan dia masih marah padanya karena insiden saat dia membentak kelompok Alexsa saat ospek sehari yang lalu.

padahal Alex yakin dia tidak membentaknya, hanya kebetulan saja Alexsa ada dalam kelompok itu. sehingga Alexsa berpikir Dia memarahinya.

FlashBack On:

jam sudah menunjukkan pukul 10:00 Am. sudah sejak dari tadi sore Alex menunggu Alexsa keluar dari kamarnya, tapi dia tetap betah disana. beberapa kali coba Alex ketuk pintu kamar Alexsa tapi tak ada jawaban. hanya terdengar alunan musik Pop Amerika yang Alex yakin penyanyinya Justen Bieber, dengan Volume yang tidak begitu keras..

baru sekarang ketika sudah jam 10 malam dia keluar dari kamarnya. Alex langsung menyapa Alexsa saat dia melewati ruang keluarga. tapi sayangnya Alexsa malah mengabaikan panggilannya, Alex yang tidak tahu meengapa Alexsa bersikap seperti itu, langsung mengikuti Alexsa menuju dapur.

"hy sayang" sapa Alex sampil memcium pipinya. Alexsa langsung mendorong kasar tubuh Alex disampingnya, membuat Alex mengernyit heran tidak paham dengan sikap Alexsa.

"minggir" balasnya sambil mendelik tak suka ke arah Alex. Membuat Alex semakin bertanya-tanya sebenarnya ada apa.

" hy ada apa, apa kamu marah karena kakak cium princess" tanya Alex mencoba meneba perubahan sikap Alexsa yang tiba-tiba seperti ini.

Tida ada jawaban, Alexsa kembali mengabaikannya.

Tidak ingin membuat Alexsa semain marah, Alex mulai mengikutinya lagi saat Alexsa mulai menjauh dengan langkah kaki yang sengaja Alexsa percepat. Alexsa benar-benar ingin menghindarinya ternyata. Melihat Alex yang semakin debat Alexsa sengaja mempercepat langahnya sampai terlihat seolah gadis itu sedang berlari saja, tapi sayangnya langkah lebar Alex tentu dapat mengimbanginya. Menyadari itu Alexsa menghentikan langkahnya dan langsung menghadap Alex sinis sambil mendengus jengkel.

" bisa lo berhenti ngikutin gue seperti penguntit. " ucapnya sambil menatap Alex seolah mengusirnya

What penguntit.

Alex menggeleng tidak percaya, bagaimana mungkin Alexsa menuduhnya sejahat itu.

" kamu kenapa princes. kamu marah karena aku cium. " tanya Alex lagi, masih dengan kecuriigaannya yang pertama. Alexsa memutar matanya malas, kakaknya tidak peka sekali.

" berhenti sok gak tahu. " ucapnya dengan nada marah, Alex semakin menatapnya tidak paham membuat Alexsa ingin memaki saudara nya saat ini juga.

" apa maksudmu. " balasnya lagi sambil menyentuh bahu Alexsa, yang kemudian di tepisnya kasar. Alex semakin tidak paham.

" pergi lo. gak usah sok lembut sekarang. setelah lo bentak gue tadi siang" bentak Alexsa kesal, mengapa saudaranya setidak peka ini.

Alex diam, otak cerdasnya memproses cepat, mulai berpikir keras setelah mendengar ucapan Alexsa yang penuh amarah itu. Sampai sebuat ingatan tentang kejadian tadi siang membuatnya menganguk mengerti, Alexsa marah padanya karena itu ternyata.

" kakak tidak bermaksud membentak kamu Princess" jelas Alex saat sadar kejadian yang mana yang Alexsa maksud.

Baru sadar ternyata, Alexsa mendengus jengkel. Padahal dia sudah merajuk sejak siang tadi. Tapi baru saat malam tiba Alex baru membujuknya, menyebalkan sekali.

" kakak jahat. Alexsa benci kakak. " Alexsa berlari cepat menuju kamarnya, tidak peduli dengan Alex yang sudah berteriak-teriak memanggilnya.

Flashback Off

Alex mengusab wajahnya frustasi, dia yakin kali ini Alexsa benar-benar marah padanya, mau bagaimana lagi disini dia yang kurang peka. Alex semakin mendengus frustasi, kilasan ucapan Alexsa yang membencinya semakin membatnya menggeram jengkel. Alexsa benar-benar terluka dengan tindakan nya.

Alex mengeram prustasi mengingat pertengkaran singkat mereka semalam.

" lo kenapa Lex." tanya Reno, saat mereka sudah tiba di kantin sekolah.

" hn" Alex menggeleng pelan, sambil menitip makanannya pada Xarly.

" oya tadi pagi gue lihat lo. gak pergi bareng sama Lexsa" tanya Dion curiga, keingin tahuannya tentang Alexsa dan Alex membuatnya ingin tahu apa yang menyebabkan Alex tidak berangkat bareng Lexsa tadi pagi.

Alex mendengus jengkel, padahal dia sedang tidak ingin membahasnya sekarang. Otaknya sedang penuh dengan pemikiran-pemikiran bagaimana menjelaskan semua ini pada Adiknya yang keras kepala itu. Tapi Dion malah menyinggung masalah itu sekarang

" lo marahan ya sama Lexsa. " tanya Xarly, yang baru saja tiba sambil membawa pesanan merea dibantu dua petugas kantin di belakangnya, setelah mengantar semua makanan mereka diatas meja kedua petugas kantin tadi undur diri.

" .... " Alex hanya diam tida ingin menjawab, netra kelamnya malah lebih tertari melihat salat buah di depannya dari pada menjawab kekepoan sahabat-sahabatnya.

" wahh apa jangan-jangan lo udah putus ya sama Lexsa. " tanya Dion, sambil memasang wajah bahagianya yang sukses membuat Alex ingin melempar jus tomatnya kewajah Dion saat ini juga sebelum air bewarna orange lebih dulu mengenai wajah Dion diikuti suara batuk Daniel disampingnya.

Uhuuukk

" hy, Daniel jorok banget. sampai nyembur ni kearah gue." protes Dion yang kebetulan duduk tepat di depan Daniel, Alex menyeriangai puas, dia tidak perlu bersusah payah menyiram wajah Dion, sudah ada Daniel yang melakukannya.

.

" hihi" Reno hanya terkikik geli melihat exspresi Daniel. dan kemudian beralih melihat Alex masih dengan kikikan tidak jelasnya itu.

" waah kalau putus, gue boleh dong dekatin Lexsa. " timpal Dion dengar berbunga bunga. Alex mendelik geram ke arahnya. Sepertinya semburan jus wolter dari Reno tadi belum cukup membuat lelaki itu diam.

Terlalu malas berdebat, Alex kembali menghela nafas panjang sepertinya memang dia harus membuat pengumuman penting sekarang, dia dan Alexsa itu saudara. Tapi walaupun begitu dia tentu tidak rela Dion bersama adiknya. Dia tidak bodoh, dia tahu Dion sedang menjalin hubungan dengan seorang gadis putri perawat senior di Robecha Hospital. Mana mungkin dia membiarkan lelaki playboy ini mendekati adiknya. Mana mungkin.

" siapa yang putus. gue sama Lexsa tu_ "

" berani lo dekatin Alex lagi. gue pastiin lo gak akan hidup tenang.. " teriak suara itu marah

Ucapan Alex terpotong begitu saja saat netra kelamnya menangkap pemandangan yang sangat mencurigakan tidak jauh darinya, apalagi kali ini namanya juga ikut dibawa-bawa.

" Alex, bukan kah itu Lexsa" ucap Reno cepat saat melihat ada Bella disana dan tentu Alexsa juga ada disana, dan benar saja netranya melihat Alexsa tidak jauh dari Bella. ada apa sebenarnya, mengapa gadis manis itu bisa ada disana. Reno langsung bangkit dari kursinya hatinya tidak tenang, tidak ingin hal buruk menimpa gadis itu. Reno segera berjalan cepat kearah Bella, Diikuti Alex yang sepertinya sudah sadar bahwa ada Alexsa disana.

"Alex bukan milik lo. " balas Alexsa dingin. tak menghiraukan perkataan sahabat-sahabatnya yang memintanya untuk mundur saja. Dia tidak akan kabur, beraninya wanita ini mengancamnya. Alexsa menatap tajam Karin yang menatap remeh dirinya.

aku bukan pengecut. yang lari terbirit birit dari nenek sihir ini.

" KAU."... Karin berteriak marah, tidak terima dirinya kembali dipermalukan didepan semua orang seperti tempo hari. Dengan cepat tangannya langsung mengambil minuman yang semula ada diatas meja Lexsa.

BRUUURRR

“YAAA” Alexsa memekik kaget saat cairan dingin nan manis itu membasahi wajah dan pakaiannya.

Sial! Seharusya tangannya bergerak lebih cepat dari karin. Menyebalkan. Tapi ini belum terlambat, dengan cepat Alexsa mengambil jus apokkat yang semula dipesan oleh Salsa diatas meja mereka dan hendak menyiramkannya kewajah menyebalkan Karin. Tapi sayangnya memang mungkin hari ini adalah hari sialnya, Karin malah lebih dulu mendorongnya sampai minuman yang berada ditangannya malah membasahi bajunya sendiri.

"hahahaha rasain lo hahaha.. " Alexsa hanya bisa meringkih kedinginan di lantai kantin. dengan pakain yang basah. dan beberapa makanan yang ikut ditumpahkan Karin di sekitarnya, dia benar-benar terlihat sangat menyedihkan sekarang. rasanya dia ingin menangis saja, kalau saja dia tida ingat sedang dimana dia sekarang dapat dipastikan airmatanya pasti akan mengalir deras. Bahkan untuk bangun pun rasanya dia gak sanggup. Netra kelamnya menatap sahabat-sahabatnya yang sepertinya masih terkejut melihatnya, ingin berteriak saja. Tapi dia terlalu malas melakukannya.

" LO, “ Feby menunjuk-nunjuk Karin kesal. “BERANINYA LO LAKUIN INI PADA SAHABAT KAMI.. " geram Feby, sambil mendorong Karin. Setellah menyingkirkan salah satu teman Karin yang mencoba menahannya.

" salahkan sahabat bodoh lo itu. beraninya dia mendekati Alex. Alex hanya milik gue. DENGAR LO". Balas Karin jengkel, hendak membalas mendorong Feby tapi sayangnya gerak tangan gadis itu lebih cepat menepis tangannya sampai membentur meja, dia yakin tangannya akan membiru setelah ini.

Siall! Ini sakit

Alex yang masih kesusahan menembus kerumunan siswa menatap murka kearah Karin yang masih menatap Feby sinis, netra kelamnya bisa melihat Alexsa yang sedang di bantu berdiri oleh Salsa dan Monika. sedang kan Bella sedang mendorong kasar Shion menjauh. yang kembali mencoba melemparkan tepung lagi kearah Alexsa.

Mereka benar-benar sudah keterluan kali ini.

" memang siapa lo berani melarang Lexsa. Lexsa lebih punya hak terhadap Alex dari pada lo. dasar jalang.. " balas Feby geram. sambil menarik rambut panjang Karin kasar. Karin yang tidak terima hendak membalas menjambak gadis sombong didepannya ini, namun sayangnya Feby lebih dulu mendorongnya sampai punggungnya terbentur meja dengan keras.

Feby yang mellihat itu menyeringai Sinis.

“mampus lo”

Alex yang melihat itu menyeringai sinis, Karin benar-benar memancing amarahnya. Dengan kesal dia mendorong kasar seorang Siswa yang masih saja menghangi jalannya, membuat Siswa yang dia yakin Juniornya itu telonjak kaget tiba-tiba didorong kasar dari belakang membuatnya ditatap heran oleh para siswa dan siswi yang ada disana, ingin memaki siapapun pelakunya sayangnya lidahnya langsung kelu saat tahu siapa yang mendorongnya tadi. Dengan cepat dia memberi jalan sebelum mengundang amarah salah satu seniornya ini.

" Lexsa” panggil Alex, yang sukses membuat Karin telonjak kaget melihat ALex berada diantara mereka. Alexsa mengangat pandangannya menatap Alex dengan netra kelamnya yang menyorot sedih. Dia pasti terlihat sangat jelek sekarang, dengan baju basah, rambut lepek bahkan hiasan tepung diatas rambut bahkan wajahnya.

"Alex" gumam Karin masih dengan ekpresi kagetnya, dengan cepat dia melepaskan Feby dan hendak mendekati Alex setelah yakin epresinya sudah terlihat lebih baik, dia harus mengatur emosinya dengan baik. Ini saatnya dia membuat Alexsa terlihat begitu buruk didepan Alex.

" Alex, hikz. akhirnya kamu datang juga. Hikz, aku takut. Alexsa mengancanku, dan mencoba menamparku lagi hikz untung saja ada _" adu Karin sambil mengeluarkan air mata buayanya, yang membuat semuanya menatap tak percaya kearahnya bagaimana mungkin gadis itu bisa memutar balikkan cerita padahal jelas semua orang tahu Karin lah yang salah dinisi.

"dasar pembohong, lo yang labrak Lexsa lo lihat apa yang lo lakuin ke dia. " geram Feby. sambil mencoba menghajar Karin lagi, tangannya benar-benar sudah gatal ingin menghajar wanita ini sekarang juga. tapi Daniel malah menahannya membuatnya menatap Sinis Daniel.

Alex melangkah cepat, tidak peduli dengan wajah menyebalkan Karin ataupun Feby yang sudah siap kembali menghajar Karin. yang dia pikirkan hanya satu, Alexsa.

" sayang kamu gak apa kan" tanya Alex Khawatir dan ikut duduk di sampingnya.

"..." diam, dia hanya diam. Alex menghela nafas berat, pikirannya yang kalut sejak tadi pagi membuatnya memilih membiarkan Alexsa sendiri dulu. Tapi sayangnya malah ini yang dia dapatkan. Rasa bersalah itu semakin menggunung, saat Alex sadar apa yang memicu masalah ini terjadi. coba dari awal dia memperkenalkan Alexsa sebagai adiknya, mungkin ini tidak akan terjadi.

Ini memang salahnya.

" Kau. sudah gue bilang, jangan pernah menyentuh nya. Apa peringatan sebelumnya belum cukup jelas Hah " bentak Alex, netra kelamnya menyorot sinis wanita didepannya. Apa semua yang sudah dia katakan tidak cukup menjadi peringatan untuk Karin.

" aku melakukan ini semua demi kamu Alex" jelasnya sambil memasang wajah sedihnya, Alex semakin menatap sinis wanita didepannya. Apa boleh dia menyingkirkan Karin saat ini juga.

" enyah kau dari hadapanku Karin, gue muak " sinis Alex yang sukses membuat Karin terdiam tidak percaya, bukankah selama ini Alex senang saat dia menyingkirkan setiap wanita yang mencoba mengganggu Alex, lalu mengapa kali ini Alex tida memihak padanya. Sebenarnya siapa gadis ini, siapa Alexsa.

" ayo kita UKS " tidak peduli dengan Karin yang sudah siap dengan semua rayuan memuakkan wanita itu, Alex mengendong cepat Alexsa tidak peduli seragamnya yang ikut kotor karena tindakannya.

" aku mau pulang". Alex mengangguk cepat, tidak peduli semua mata yang menatapnya, Alex membawa cepat Alexsa eluar dari area kantin. Dia yakin para sahabatnya akan membereskan semuanya untuknya.

" baiklah kita pulang. "

mulai hari ini dan selanjutnya aku berjanji tidak akan ada yang bisa melukai kamu lagi Lexsa, kakak janji. dan kesalahpahaman ini. pasti akan kakak luruskan, pasti!.

****


next chapter
Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C3
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login