Bryana menatap sendu pada ayahnya yang sangat memperihatinkan. Terbaring lemas di atas ranjang rawat beralaskan sprei berwarna putih, terpasang peralatan oksigen, infus, dan peralatan lainnya pada dada untuk membantunya tetap bertahan. Begitulah keadaan Stefan.
Suara monitor detak jantung menggema begitu jelas di ruangan yang sunyi itu, bahkan Bryana dan Dean harus memakai pakaian khusus saat memasuki ruangan untuk menjenguk Stefan.
"Ayah ...," lirih Bryana sambil memegang tangan Stefan.
"Dokter mengatakan, harapan hidupnya sangat tipis karena luka yang cukup parah dan penyakitnya juga tidak bisa dikendalikan lagi," ucap Dean yang masih berdiri di belakang kursi roda tempat Bryana duduk.
Bryana menggeleng dengan matanya yang berkaca-kaca. "Tidak, ayah harus berjuang dan semangat untuk tetap hidup. Ayah harus melihat Aidyn, mengajaknya bermain bersama Calvin dan Sofia. Seperti yang sudah ayah cita-citakan," ucapnya sendu.