Baixar aplicativo
7.4% My dokter saranghae / Chapter 4: Chapter 4

Capítulo 4: Chapter 4

Chacha masih termenung memikirkan kesalahann ya itu , sedangkan sepasang suami istri itu masih berdebat tidak peduli dengan orang orang yg akan merasa terganggu dengan suara mereka. karna Rumah Sakit ini adalah milik mereka , jadi jika ada yg mau protes. sialhkan angkat kaki dari Rumah Sakit ini.

Ckleaaak

Pintu ruang IGD itu terbuka dan keluarlah seorang Dokter muda yg sedikit meringis karna perdebatan antara Jarwo dan Tania akhirnya berhenti ketika ia keluar , karna jujur saja suara mereka sampai terdengar ke dalam. dan hal itu sedikit menganggu konsentrasi mereka untuk menangani pasien.

"Bagaimana keadaan putri saya Dok? "tanya Jarwo cepat dengan wajah khawatir nya membuat Dokter muda itu sebisa mungkin tersenyum , walau dalam hati mengumpat tidak jelas karna masih kesal

"Keadaan nona Lisa sudah baik baik saja Tuan , dan kami akan memindahkan nya ke Ruang VVIP tadi yg nona Lisa tempati sebelum nya. namun , ada satu hal yg membuat saya khawatir " ucap Dokter muda itu membuat degup jantung Jarwo semakin memacu cepat

"Apa itu , katakan? "desak Jarwo sambil mencengkram bahu Dokter muda tersebut dengan cukup kuat hingga membuat Dokter itu hanya bisa meringis dalam hati

"Saya khawatir jika kondisi nona Lisa terus terluka seperti ini , akan membuat Leukimia nya semakin memburuk kedepan nya Tuan Jarwo . dan bisa saja di kemudian hari akan berakibat fatal " ucap Dokter muda itu membuat cengkraman tangan Jarwo melemah dengan tubuh tak berdaya menerima kenyataan pahit ini

"Putri ku hiks , putri ku"racau Jarwo sambil menangis tersedu sedu membuat Tania memutar bola mata nya malas dan berlalu pergi begitu saja tanpa mrngatakan apapun

Vero yg melihat kepergian ibu nya , hanya bisa diam menatap nanar kepergian ibu nya . karna ia tak berani mencegah ataupun mengejar sang ibu agar tidak pergi dari sini , sedangkan Chacha semakin keras menangis membayangkan hal buruk terjadi kepada Lisa.

"Kalau begitu saya permisi Tuan "ucap Dokter muda itu pamit karna baru ingat ada jadwal operasi setelah ini

Ckleaaak

Pintu Ruang IGD itu kembali terbuka memunculah kedua Suster yg membawa tubuh Lisa di atas brankar dengan wajah pucat pasi nya , Jarwo , Vero , dan Chacha yg melihat itu langsung mengendalikan emosi mereka dan mengikuti brankar Lisa dari belakang

**********

_

_

_

_

_

_

_

New Zealand*

Saat ini , Jennie tengah menemani Kevin di ruang Rawat nya karna saat ini sudah waktu nya anak kecil itu untuk segera tidur. dan jam kerja nya pun juga sudah selesai , jadi ia bisa ikut beristirahat di sini . sambil menikmati hangat nya tubuh si kecil Kevin malam ini.

" Doktel cantik kapan akan pelgi ke Indonesia? "tanya Kevin dengan wajah polos nya membuat Jennie tersenyum dan mengusap puncuk kepala Kevin dengan lembut

"Besok Kevin , Dokter cantik akan pergi setelah kamu selesai meminum obat mu "

"Kenapa halus besok !! , kenapa tidak hali ini saja? "tanya Kevin lagi membuat Jennie jadi ingin mencubit pipi gembul yg Kevin miliki itu

Namun ia masih bisa menahan nya , karna takut jika Kevin akan marah dan tidak mau makan seperti kejadian beberapa hari lalu. karna kesalahan nya lah membuat kondisi Kevin menurun drastis dan berakibat hampir saja ia kehilangan bocah kesayangan nya itu

"Karna Dokter cantik ingin menghabiskan waktu lebih lama lagi bersama dengan mu Kevin , sebenarnya juga Dokter cantik tidak sanggup jika berjauhan dengan mu , apalagi malam ini adalah malam terakhir kita . jadi bisa kah kita melupakan hal itu sejenak dan menikmati malam ini hanya berdua saja eoh" pinta Jennie dengan gummy smile nya membuat kepala Kevin mengangguk cepat , hingga tak sadar Jennie mencubit pipi Kevin hingga anak kecil itu mengaduh kesakitan

"Huu uuu uuu .. , sakit.. "rengek Kevin sambil mengusap kedua pipi gembul nya dengan tangan kecil nya itu dengan bibir melengkung kebawah

"Aaa.. Kevin , jangan membuat ku semakin gemas melihat mu "ucap Jennie dengan wajah senang nya ingin mencubit pipi gembul Kevin lagi , namun terhenti ketika Kevin mulai berbicara kembali

"Stop , jangan mendekat. atau aku tidak mau minum obat lagi " ancam Kevin membuat Jennie kalap sendiri menghadapi situasi sekarang jika Kevin sudah mulai mengancam

"Ish.. , jangan gitu ah. nanti kalau Kevin drop lagi dan terus Dokter cantik tidak ada di sini bagaimana "ucap Jennie dengan bibir yg ikut ikutan melengkung ke bawah dengan wajah di buat buat sedih , agar Kevin mau luluh padanya.

"Bial saja , bial Kevin mati saja sekalian "ucap Kevin sedikit keras membuat Jennie jadi sedih karna Kevin tak bisa di luluh kan dengan mudah kali ini , sampai suatu ide muncul di kepala nya.

"Yah.. kok gitu sih , baiklah - baiklah Kevin . Dokter cantik mengalah dan tidak akan mencubit mu lagi. dan Dokter cantik juga akan memberi kan mu banyak mainan yg kamu suka , bagaimana? "tawar Jennie membuat Kevin mulai tergiur akan tawaran dari Jennie tadi

"Baiklah , Kevin akan memaafkan Doktel cantik kaki ini . tapi janji ya jangan mencubit pipi Kevin lagi , dan memberikan Kevin banyak - banyak hadiah nanti? "ucap Kevin masih dengan wajah cemberut nya membuat Jennie sekuat mungkin menahan diri untuk tidak mengingkari janji nya itu

"Iya Kevin , aku mengerti " ucap Jennie tanpa sadar mengatakan nya menggunakan bahasa Indonesia yg ia tau selama ini , membuat Kevin merubah mimik wajah nya dengan cepat dan menyatakan apa arti dari kalimat yg Jennie ucapkan tadi

"Aku mengelti itu altinya apa? "tanya Kevin polos membuat Jennie tersenyum miris , karna terlalu ceroboh mengatakan bahasa lain sedang kan ia selalu berkomunikasi dengan bahasa Inggris selama ini. jadi wajar saja jika Kevin tidak mengerti

"Aku mengerti" jawab Jennie memakai bahasa Inggris kembali justru malah membuat raut wajah Kevin terlihat kesal

"Kenapa wajah mu jadi seperti itu? "tanya Jennie yg melihat tatapan Kevin mulai berbeda , tak seperti tadi yg polos dan sederhana. kini mata bocah kecil itu manatap nya tajam

"Aku kesal pada Doktel cantik , aku beltanya sungguh sungguh tadi. tapi kenapa jawaban Doktel cantik sepelti itu " jawab Kevin kesal dengan tangan yg menyilang di dada , dan bibir kecil itu mengerucut lucu seperti ikan koi di dalam aquarium

"Kevin , Dokter cantik tidak sedang membohongi mu. apa yg Dokter cantik katakan tadi memang benar artinya seperti itu "ucap Jennie menjelaskan dengan perlahan agar Kevin tidak marah lagi

"Benalkah ? "tanya Kevin kembali ke mode polos nya membuat Jennie menganggu kan kepala nya pertanda bahwa itu memang benar

"Kalau begitu , apakah Doktel cantik mau

mengajal kan ku bahasa yg sama sepelti Doktel cantik tadi? "ucap Kevin membuat Jennie tersenyum

"Dokter cantik sangat senang jika bisa mengajari mu Kevin , namun sebelum itu katakan lebih dulu. alasan yg sebenarnya kamu ingin mempelajari bahasa tersebut " ucap Jennie membuat Kevin ragu untuk mengatakan nya dan lebih memilih menundukkan kepalanya

Jennie yg melihat itu semakin melebarkan senyuman nya , dan mulai mengangkat kembali dagu kecil itu untuk menatap nya.

"Katakan dengan jujur , karna Dokter cantik tidak suka ada kebohongan di sini "ucap Jennie cukup tegas membuat Kevin tersadar dan mulai mengatakan kegelisahan yg ada di hati nya

"Aku .. ingin belajal kalna , jika suatu saat nanti aku beltemu lagi dengan Mommy. aku akan mengatakan nya langsung dengan tegas , jika aku melindukan nya "ucap Kevin sambil menunjukkan senyuman manis nya membuat tubuh Jennie diam mrmbatu


next chapter
Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C4
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login