Vrans menghempaskan tubuhnya ke kasur king size miliknya. Ternyata ayahnya sudah membelikan sebuah mansion yang jauh dari kata kecil untuk dirinya. Disana juga sudah lengkap dengan berbagai macam fasilitas yang lebih dari kata lengkap, sangat lengkap. Bahkan sudah ada beberapa maid yang dibayar ayahnya untuk mengurus mansion sebesar ini. Ada seorang chef khusus dan juga bartender dirumah ini. Pokoknya melebihi kata lengkap.
Jarak dari London Raya ke Amerika Serikat tentu saja tidak sebentar, menghabiskan waktu 7 jam 35 menit dengan pesawat jet pribadi milik keluarga Luis, membuat dirinya lelah. Hidupnya seakan sempurna, ia memiliki segalanya. Hanya saja hatinya masih mengharapkan seseorang yang bahkan tidak bisa ia gapai.
Seseorang gadis yang dengan tidak sopannya selalu menghampiri kinerja otaknya. Tidak ada lagi harapan, tapi hatinya belum punya niatan untuk melupakan seluruh kenangan gadis itu. Entahlah, ia masih nyaman dengan perasaan yang bertepuk sebelah tangan ini. Memang sedikit terlihat menyedihkan, namun dirinya bisa apa lagi selain menerima kenyataan? Kenyataan yang sangat pahit. Ia sendiri juga sudah tidak mampu untuk masuk kedalam hidup gadis itu. Karena dia... sudah memiliki seorang pasangan hidup. Ah iya, tolong jangan di banyangkan bagaimana rasa sakitnya.
Besok adalah hari pertamanya untuk mengambil alih Luis Company atas perintah ayahnya yang sangat ingin menjadikan dirinya seorang pengusaha muda. Lulus Universitas, langsung menjadi CEO. Gugup? Ia tidak gugup sama sekali. Sudah dari kecil dirinya dilatih oleh Leo, ayahnya, untuk menjalankan perusahaan. Mulai dari mengelola pengeluaran dan pemasukan, sampai menjelaskan kepada dirinya apa saja yang diperlukan untuk menjadi seorang pengusaha yang hebat.
Leo benar-benar mendidik dirinya supaya menjadi laki-laki hebat yang sudah bisa mengontrol keuangannya sendiri dengan hasil jerih payah. Ya walaupun harta kekayaannya tidak akan habis sampai generasi selanjutnya, namun tetap saja Leo menginginkan dirinya untuk menjadi laki-laki yang sukses tanpa mengandalkan marga 'Luis' di belakang namanya.
Baiklah, ia akan membuktikan seberapa hebatnya ia dalam bidang ini. Baginya, mengurus semua dokumen dan berkas lainnya adalah hal yang paling mudah, karena dirinya sudah pandai menguasai hal itu sejak lama. Jadi, bukan masalah besar baginya. Sepertinya ia akan menjadi laki-laki yang menggilai pekerjaan, berharap saja tidak seperti itu nantinya.
Dan untuk seseorang di dalam hatinya, berbahagialah. Karena kebahagiaannya adalah kebahagiaan Vrans juga. Terkadang memang harus menerima apapun konsekuensi dalam percintaan. Entah itu kebahagiaan atau justru menjadi boomerang yang melukai hati, itu semua adalah hal yang pantas untuk diterima.
Lagipula, Vrans tidak bisa memilih dengan siapa dirinya harus jatuh cinta, bukan?
Dia adalah Klarisa Vanaya Wesley. Seorang gadis yang ia kenal di University College London, berperan penting dalam hidupnya yang bernotabene sebagai sahabat. Bersembunyi di balik kata 'sahabat' memang sudah biasa. Ia kalah dengan hatinya sendiri, membuat dirinya jatuh ke dalam lubang besar yang menyesatkan sampai detik ini. Belum ada pengganti, ia masih setia menunggu hal yang tidak akan mungkin terjadi.
Vrans menatap langit-langit kamarnya dengan seulas senyum yang simpul. Ia sama sekali tidak menyalahkan takdir, dan dia juga tidak menyesal karena telah mencintai seorang gadis yang bahkan bukan untuk dirinya. Yang ia butuhkan saat ini adalah menunggu, menunggu gadis lain yang mampu menarik seluruh perhatiannya. Baiklah mungkin ia akan menunggu hal ini, menunggu untuk sesuatu yang mungkin akan mengubah hidupnya menjadi berwarna.
Ia hanya perlu mengingat satu hal mengenai 'cinta tidak harus memiliki'. Dan ia harus menemukan cinta yang sesungguhnya. Sampai kalimat 'I found my true love' mendeskripsikan seluruh hidupnya kelak.
...