:: This chapter based on Mika's point of view ::
"Huh. Memangnya yakin mereka gak minta apa-apa ke kita?"
Aku bukan menolak, tapi juga tidak menerima begitu saja penawaran Kak Alina. Sesungguhnya apa yang ia katakan menjadi penyejuk hatiku. Seperti menemukan bongkahan emas setelah menggali gua hingga bagian terdalam. Sayangnya aku tidak langsung mengiyakan. Pikiranku begitu kompleks mempertimbangkan banyak hal.
"Soal itu bisa dibicarakan lebih lanjut. Yang penting, kamu mau gak?"
"Hm.. masih sama."
Aku menjawab datar pertanyaan Mas Doni. Kutinggal dia begitu saja lalu aku keluar kamar karena ku dengar mereka ribut membahas makanan. Kak Alina melambaikan tangannya mengajakku bergabung.
Begitu riuh suasana malam itu di rumah Boy, ditambah pula semakin larut teman-temannya mulai berdatangan. Sam dengan pacar booty-nya, David dan tunangannya, Viki, Richi dan teman fwb-nya. Semuanya saling bercanda, berbagi makanan dan botol, lengkap dengan permainan kartu remi.
Doakan Doni menang ya.. Dua belas jutanya biar gak ilang, haha..