Mika hanya bisa mengusap genangan air mata yang mengambang di sudut matanya. Sekuat apapun dia memberontak, tak akan mampu melawan badan Doni yang besar. Lengan Doni yang berotot itu berada tepat di hadapannya. Mika menutup mata dan membuang mukanya ke sisi kanan. Andaikan terjadi, dia tetap menyayangi Doni meski mungkin tak dapat ia maafkan seumur hidupnya.
Tubuh Doni nyaris menindih badan mungil Mika, yang terbaring pasrah. Lalu detik berikutnya, Doni menghentikan gerakannya. Dipegangnya lembut pipi Mika yang sudah dialiri tangisan. Mata yang memejam itu terus mengeluarkan airmata. Doni tak sanggup melihatnya.
"Maaf aku terlalu emosional, Sayang."
Dia menjatuhkan badannya tepat di sebelah Mika. Mika pun membuka mata dan menoleh. Doni memeluknya dan justru kini ia hampir menangis menyesali perbuatannya yang telah membuat Mika ketakutan.
"Always think before you speak, and watch the friends you keep" (Sharp Edges, 2007)
..jadi author berpesan, jika kalian ingin tahu siapa diri kalian maka lihatlah siapa teman-temanmu.
Teman yang baik akan menjadikanmu pribadi baik, begitu pula sebaliknya.
Beruntung Mika memiliki Doni yang teguh. Pun Doni pantas memiliki Mika yang tegas. Keduanya berjalan bersama menghadapi dunia baru yang masih asing bagi mereka.