Baixar aplicativo
30.76% Mereka Ada / Chapter 8: Jawaban Tania

Capítulo 8: Jawaban Tania

Hari ini Tania hanya berdiam diri di kamarnya, sejak tadi pagi ia berada di kamarnya yang hanya membaca novel kesukaannya.

Kali ini ia tak berangkat ke sekolah karena hari ini hari Minggu di mana semua manusia refreshing untuk melegakan otaknya. Namun, kini berbeda dengan Tania hari ini ia tak bisa merasakan hari Minggu pada umumnya, sebab dari tadi ia selalu memikirkan tentang keputusan yang Helven katakan di depannya. Ucapan Helven terus terngiang-ngiang diotak Tania, tentang di mana ia harus pindah dan tentang teman-temannya yang akhirnya pergi suatu saat tanpa Tania tau kapan waktunya.

"Pokoknya gue gak mau pindah!" ucap Tania lantang.

"Gue gak mau pergi dari sini," ucap Tania yang kini melempar sebuah novel yang berada ditangannya.

Tania membenamkan wajahnya pada bantal, dan teriak sekeras-kerasnya meski tak terdengar keras di dalam ruangan tersebut.

Tok, tok, tok!

Ketukan pintu tersebut membuat Tania segera bangkit dari tidurnya.

"Tania, buka pintunya sayang. Papi mau ngomong sama kamu," ucap Helven yang berada dibalik pintu kamar Tania.

"Tania!"

"Tania, buka pintunya nak," ucap Helven yang ketiga kalinya.

Tania yang sedari tadi hanya diam dan tak menghiraukan panggilan itu, namun semua itu ia hentikan karena ia tak bisa melihat papinya sedih. Tania segera berjalan ke arah pintu kamarnya dan membukakannya, Tania segera berjalan dan kembali duduk di ranjangnya dengan ponsel yang kini berada ditangan.

"Tania," panggil Helven.

Namun, Tania hanya diam dan fokus pada layar ponselnya.

"Tania, dengerin papi dulu sayang," ucap Helven.

"Apa pi?" sahut Tania yang hanya fokus pada ponselnya.

"Lebih milih ponsel ya dari pada papi," ucap Helven.

"Pilih papi lah," sahut Tania.

"Makanya kalo papi ngomong liat papi bukan ponsel kamu," ucap Helven.

"Iya, apa pi?" tanya Tania yang meletakkan ponselnya disampingnya.

"Gimana? Kamu mau kan pindah ke Jakarta bareng papi, mami dan kak Vina?" tanya Helven.

"Gak pi, Tania gak mau," jawab Tania pasti.

"Papi mohon sama kamu, untuk ikut kita pindah ke Jakarta. Kamu mau kalo kita bakal di sini perusahaan di Jakarta bakal bangkrut dan kehidupan kita bakal turun, seturun-turunnya. Kamu mau liat papi banyak pikiran terus nanti sakit dan masuk rumah sakit," tutur Helven.

"Tania gak mau pi. Tapi Tania juga gak mau pindah ke Jakarta," ucap Tania.

"Tania, papi ask you to follow papi's decision, please," ucap Helven dengan wajah memohon pada Tania.

Tania yang melihat papinya seperti ini, tak tega ia melihatnya. Namun, ia ingin mengikuti semua permintaan papi dan satu sisi ia juga tak ingin pindah dan meninggalkan semua teman-temannya. Kini, bener-bener susah jika berada disisi Tania.

"Tania papi mohon," ucap Barend.

Entah sentuhan dari mana, yang membuat Tania melupakan semua ucapannya tadi. Dan dengan tenangnya ia menjawab iya pada papinya.

"Iya pi, Tania mau," jawab Tania.

"Bener sayang? Tania beneran mau kan ikut kita pindah ke Jakarta? Papi ga salah denger?" ucap Barend yang terlihat kaget dengan jawaban Tania padanya.

"Iya pi, Tania mau," jawab Tania.

"Syukurlah, kalo kamu mau ikut kita pindah ke Jakarta. Makasih sayang, papi bakal sekolahkan kamu ditempat yang udah papi janjikan kemaren," ucap Barend yang kini memeluk putrinya.

"Iya pi, Tania ragu aja bakal sekolah di tempat lain, Tania juga gak maksa papi kok untuk masukin Tania ke sekolah itu, Karena itu semua tak ada bedanya pi sama sekolah lain, dan nanti jika Tania sekolah di sana mereka bakal anggap Tania cewe gila dan aneh pastinya," ucap Tania.

"Mereka gak bakal ngomong kaya gitu ke kamu," ucap Helven.

"Hmm, iya terserah papi deh," jawab Tania yang kini keluar dari pelukan papinya.

"Pi, emang kita bakal pindah kapan?" tanya Tania.

"Satu minggu lagi sayang, dan itu semua kita lakukan untuk persiapan pindah kita nantinya," jawab Helven.

"Terus yang bakal urus surat pindah sekolah Tania siapa? Kan papi bakal sibuk tentunya, mami juga, dan kak Tania apalagi," ucap Tania.

"Udah, kamu tenang aja, mami kamu yang urus semuanya," ucap Helven.

"Pi, tapi sebelum kita pindah Tania mau pergi ke cafe tempat Kevin, Tania mau ngomong dulu ama dia," ucap Tania.

"Ya udah, kapan kamu mau ke sana? Nanti papi temenin deh," ucap Helven.

"Sekarang aja, lagian Tania juga belum makan," ucap Tania.

"Ya udah, kamu siap-siap dulu. Papi tunggu di bawah," ucap Helven yang berjalan keluar dari kamar Tania.

"Iya pi," jawab Tania.

Setelah beberapa menit Tania menghabiskan waktunya untuk bersiap pergi ke cafe, akhirnya ia selesai juga. Tania segera berjalan keluar kamarnya menuju meja makan yang kini telah ada keluarga kecilnya.

"Udah siap?" tanya Helven.

"Udah pi," jawab Tania.

"Yaudah yuk," ucap Helven yang berdiri dari duduknya.

"Mau kemana dek?" tanya Adrien.

"Ke cafe tempat biasa mi, habis Tania pengen makan di sana," jawab Tania.

"Mami juga ikut," ucap Adrien.

"Vina juga," potong Vina yang berdiri dari duduknya.

"Ya udah ayo," ucap Tania.

***

Mereka sibuk menyantap makanannya masing-masing, kecuali Tania yang tak begitu menikmati makanannya karena dari awal ia datang Tania tak kunjung melihat Kevin.

"Tania, dimakan makanannya" ucap Helven yang memperhatikan gerak-gerik Tania.

"Iya pi," ucap Tania, namun ia tampak gelisah.

"Tania kenapa? Dari tadi gelisah mulu papi lihat," tanya Helven.

"Papi lihat Kevin ga?" tanya Tania pelan, yang bisa terdengar oleh keluarganya aja.

"Ya ampun, jadi lo ke sini makan cuma untuk cari si Kevin itu?" sela Vina.

"Bukan urusan lo, gue gak ada nyuruh lo untuk ikut kan, mending lo diem," ucap Tania.

"Iih, sensi amat lo," ucap Vina.

"Mungkin belum datang kali, tunggu aja," ucap Helven.

"Hmm, iya," jawab Tania.

"Gimana dek? Udah ada Kevin ya?" tanya Adrien.

"Belum mi," jawab Tania.

"Bentar lagi dateng kali, sabar yaa," ucap Adrien, yang hanya dibalas anggukan kecil oleh Tania.

Namun, seketika Tania kaget saat melihat sosok laki laki disampingnya yang sebaya dengannya.

"Kamu siapa?" tanya Tania pada sosok tersebut, yang membuat kakak dan maminya kebingungan dan berbeda dengan Helven yang kini bisa melihat sosok tersebut.

"Kamu Tania?" tanya sosok tersebut.

"Iya, kamu sendiri siapa?" tanya Tania yang masih tak kenal dengan sosok tersebut.

"Gue Kevin, lo lupa ya ama gue?" ucap Kevin.

"Lo Kevin? Yaelah, udah beda aja ya lo sekarang," ucap Tania.

"Lo juga kali," sahut Kevin.

"Tumben banget lo ke sini? Biasanya gue gak pernah tuh liat lo kesini lagi, terakhir waktu lo SD deh kalo gak salah," ucap Kevin.

"Haha, gue sibuk Kev sama pelajaran gue, biasa anak rajin," ucap Tania.

"Giliran sama makhluk asing gampang banget berbaur, eeh sama manusia jangankan punya temen bergaul aja susah, aneh-aneh aja deh ni anak," ucap Vina pelan yang melihat Tania.

"Gue ke sini juga pengen ngomong ama lo," ucap Tania.

"Ngomong apa?" tanya Kevin.

"Gue bakal pindah ke Jakarta, jadi gue mau bilang banyak terimakasih buat lo karena lo juga sering kan bantuin gue kalo digangguin makhluk aneh itu," ucap Tania.

"Serius lo bakal pindah? Emang kenapa harus pindah segala sih Tania? Kan gue juga sedih pisah sama lo," ucap Kevin.

"Iya gue bakal pindah Kev, gue juga sedih kali pisah sama lo. Tapi mau gimana lagi udah jadi kewajiban gue untuk ikut kemauan papi," ucap Tania.

"Ooh, lo pindah karena papi lo yang minta? Kalo itu sih gue juga gak bisa tahan lo, itu kan orang tua lo jadi lo harus nurut ama ucapan mereka jangan ngebantah," ucap Kevin.

"Iya, gue juga tau kali Kev," ucap Tania.

"Terus lo bakal pindah kapan?" tanya Kevin.

"Seminggu lagi," ucap Tania.

"Yaah, cepet banget sih. Kan gue jarang ketemu lo," ucap Kevin sedih.

"Jangan sedih juga kali, kan gue jadi gak enak ama lo," ucap Tania.

"Iya, lo hati-hati ya di sana, jaga diri baik-baik. Gue sebenernya pengen ikut sama lo dan jagain lo terus sampai kapan pun itu, tapi gue ga bisa, maafin gue Tania," ucap Kevin.

"Iya gak apa-apa kali Kev, lagian gue pasti bisa jaga diri di sana baik-baik, mau sampe kapan gue repotin lo, pokoknya lo doain gue supaya gue baik-baik aja disana," ucap Tania.

"Iya, gue bakal doain itu semua untuk lo," ucap Kevin.

Kini, Helven hanya kagum dengan ucapan Kevin yang benar benar menepati janjinya untuk menjaga Tania.

"Tania, kita tunggu kamu dimobil ya," ucap Helven.

"Iya, pi," jawan Tania.

"Ya udah, gue mau balik pulang dulu ga enak juga mereka nunggu gue kelamaan, byee Kev," ucap Tania.

"Tania, tunggu," panggil Kevin dengan suara yang lemah.

"Kenapa, Kev?"

"Maaf ya, kalo selama ini gue suka sama lo! Tapi gue sadar kalo kita udah beda alam,"

Deg.

"Gue juga suka sama lo selama ini, tapi untuk sebagai teman, takdir memang selalu suka bercanda," tukas Tania, yang kini merubah raut wajahnya menjadi sedih.

Sosok Kelvin, makhluk kasat mata yang menjadi sahabatnya, kini harus menyatakan perasaannya. Suatu hal yang mustahil.

"Gue harap lo bahagia terus, Tan," Kelvin menyeka air yang menetes di ujung matanya.

Tania mengangguk pelan.

"See you Kel,"

***


next chapter
Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C8
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login