Baixar aplicativo
69.23% Mereka Ada / Chapter 18: Jawaban Dari Rasa Penasaran

Capítulo 18: Jawaban Dari Rasa Penasaran

"Terus hubungan kalian apa?" tanya Tania yang sangat bingung dengan dua makhluk di hidupnya sekarang.

"Nanti gue ceritain ke lo," ucap Rafel.

"Okey," sahut Tania yang kini berjalan masuk ke kelasnya.

Suara bel memecah keheningan kelas tersebut, seluruh siswa dan siswi keluar dari kelas tersebut, termasuk Tania. Kini, ia tengah berjalan menuju taman tempat ia duduk tadi.

"Tan, kok lo kesini sih? Gak mau ke kantin gitu?" ucap Rafel.

"Gak deh Raf, gue gak laper," jawab Tania.

"Lo yakin, gak ke kantin? Ntar lo sakit loh," ucap Rafel.

"Gua gak laper," ucap Tania, yang kini duduk pada kursi yang di dudukinya tadi pagi

"Ya udah deh, terserah lo," ucap Rafel, yang dudu di samping Tania.

"Ooh iya, lo ada utang ama gue," ucap Tania.

"Hah? Utang? Masa sih, orang gue gak pernah tuh ngerasa ada utang ama lo," ucap Rafel.

"Iya, lo utang cerita ama gue, tadi kan lo janji bakal ceritain tentang lo sama tu cowo," ucap Tania.

"Perasaan lo dari tadi penasaran banget ya sama tu cowo," ucap Rafel.

"Gue cuma penasaran aja, kenapa kalian terlalu mirip," ucap Tania.

"Terus, gue harus ceritain sekarang nih?" ucap Rafel.

"Gak, tahun besok aja lo cerita ama gue," ucap Tania kesal.

"Hahahaha, gitu aja marah," ejek Rafel.

"Ayo, ceritain itu," desak Tania.

"Iya-iya lo gak bisa sabar dikit napa?" ucap Rafel.

"Lo kelamaan sih," ucap Tania.

"Ya udah deh, jadi ceritanya gini," ucap Rafel.

"Waktu awal gue masuk sekolah ini, di sini terjadi gempa dan paling menakutkannya gempa itu kenceng banget dan saat itu gue lagi di ruang ganti untuk ganti baju. Saat gempa lagi kenceng-kencengnya gue gak bisa keluar dari ruangan tersebut gue terjebak di sana dan gue udah minta tolong dan saat itu Zefran juga ada di sana dan dia udah bantu gue buat dobrak pintunya tapi gak bisa, dan gue gak mau Zefran kenapa-kenapa dan gue udah suruh buat dia selematin dirinya sendiri, namun ia gak denger ucapan gue dia masih tetap bantuin dan akhirnya sebuah balok jatoh dan kena Zefran dan saat itu gue gak tau apa dia baik-baik aja atau gimana. Setelah itu, bangunan tersebut roboh dan nimpa gue, makanya gue sekarang gak ada," jelas Rafel.

"Terus mayat lo?" tanya Tania.

"Udah ketemu, setelah 2 minggu lamanya," ucap Rafel.

"Tragis banget," ucap Tania.

"Ya mau gimana lagi Tan, udah suratan gue untuk rasain itu kali, gue mah ikhlas menerima semuanya," ucap Rafel.

"Sorry, gue buat lo sedih," ucap Tania yang melihat ke arah Rafel yang tampak sedih.

"Udahlah gue gak apa-apa," ucap Rafel.

"Terus Zefran itu siapa?" tanya Tania.

"Cowo yang ada di samping lo tadi," ucap Rafel.

"Dia siapa lo?" tanya Tania.

"Kembaran gue," jawab Rafel.

"Iih, lo bercanda mulu, gak waktunya untuk bercanda Raf," ucap Tania.

"Gue serius, dia saudara gue kita kembar," ucap Rafel.

"Terus sejak kapan lo tau kembaran lo itu masih hidup?" tanya Tania.

"Baru tadi, sejak lo bawa gue ke kelas itu," ucap Rafel.

"Apa dia bisa liat lo?" tanya Tania.

"Gue juga gak tau itu," ucap Rafel.

"Kalo boleh jujur nih Tan, gue masih pengen hidup kaya lo dan jadi manusia lagi, gue gak enak kaya gini," ucap Rafel yang kini menundukkan wajahnya.

"Rafel," panggil Tania yang memegang bahu cowok tersebut.

"Jangan sedih, gue jadi ngerasa bersalah ama lo," ucap Tania.

"Gak, ini semua bukan salah lo. Udah takdir gue untuk dapet ini semua, jadi ini bukan salah lo kok, percaya itu," ucap Rafel yang kini melihat ke arah Tania.

"Gue juga kangen ama Zefran, gue nyesal selama ini gue gak pernah akur dengannya," ucap Rafel.

"Iya gue tau, gimana jadi lo sekarang," ucap Tania.

"Gue pengen bicara dengannya," ucap Rafel.

"Tapi, kan kita belum tau kalo dia bisa liat lo apa engga," ucap Tania.

"Itu makanya, gue bingung," ucap Rafel.

"Terus gimana?" tanya Tania yang ikutan bingung mendengar penuturan Rafel.

"Apa lo mau bantu gue?" tanya Rafel.

"Hmm, bantu apa?" sahut Tania.

"Bantu sampein ke Zefran kalo gue udah tenang sekarang dan sampein ke orang tua gue," ucap Rafel.

"Tapi, kalo dia gak percaya dengan omongan gue gimana?" tanya Tania.

"Ya udah deh, mending gak usah aja Tan. Lagian, gue juga kasian ama lo ntar yang ada Zefran malah nganggap lo aneh juga," ucap Rafel.

"Hmm, tapi gue usahain deh, buat ngomong ama Zefran," ucap Tania.

"Udah gak usah aja, ntar yang ada dia pasti gak percaya dengan lo," ucap Zefran.

"Lo tenang aja," ucap Tania.

"Terserah lo deh, tapi gue gak mau lo kenapa-kenapa karena itu," ucap Rafel.

"Iya," sahut Tania.

"Tan, mending kita ke kantin aja yuk," ucap Rafel.

"Ngapain? Lo laper?" sahut Tania.

"Bukan gue yang laper, tapi lo," ucap Rafel.

"Gue? Ya kagalah, malahan gue kenyang sekarang, gue lagi gak mau makan," ucap Tania.

"Makan roti aja gitu, dari pada perut lo sakit nanti," ucap Rafel.

"Tapi gue gak laper," ucap Tania.

"Ya udah, gue pastiin nanti lo bakal sakit perut," ucap Rafel.

"Jangan lo do'ain juga kali," ucap Tania.

"Makanya lo makan yuk, gue gak mau liat lo sakit perut nanti," ucap Rafel.

"Gak mau, gue gak laper Rafel," ucap Tania.

"Ayolah Tan, ntar lo sakit, percaya gue," ucap Rafel.

Kriiing, kriiing

"Nah, udah bel masuk, gue mau ke kelas sekarang," ucap Tania yang berdiri dari duduknya.

"Gue ikut," ucap Rafel.

"Terserah lo, gue gak larang," ucap Tania.

***

Jam pelajaran pun, kembali berjalan seperti tadi pagi. Semua siswa sibuk dengan tugasnya masing-masing, kecuali Tania, ia kini memegang perutnya dan merintih kesakitan.

"Tania, lo kenapa?" tanya Rafel.

"Sakit perut gue," bisik Tania.

"Tuh kan, lo gak dengerin gue sih," ucap Rafel.

"Tania kamu kenapa?" tanya guru yang berada di depan.

"Perut Tania sakit bu, magh Tania kambuh lagi," ucap Tania.

Mendengar penuturan Tania, wanita berambut cepol dan kacamata di hidung itu, menggelengkan kepalanya.

"Ya udah, mending sekarang kamu istirahat di UKS," ucap guru tersebut.

"Baik bu," sahut Tania yang berdiri dari duduknya.

"Jeje," panggil ibu tersebut.

"Tolong antarkan Tania ke UKS," ucapnya.

"Iih, males bu," ucap Jeje.

"Yatudah kamu aja Alea," ucapnya.

"Gak ah bu, males," sahut Alea.

"Gak usah bu, saya bisa sendiri kok," ucap Tania yang berjalan untuk segera keluar dari kelas tersebut.

Entah kenapa kini perut Tania sangat sakit, membuatnya sedikit susah untuk berjalan.

"Bu, biar saya aja yang ngantar dia," ucap Zerfan yang bangkit dari duduknya.

"Gak usah, gue bisa sendiri," ucap Tania.

"Ya udah, tolong kamu anter dia ya," ucap ibu tersebut.

"Baik bu," sahut Zerfan yang segera berjalan mendekati Tania.

"Jangan sok," ucap Zerfan yang terlihat dingin, dan kini meletakkan tangan Tania kebahunya.

"Gue bisa sendiri," ucap Tania yang menjauhkan tangannya dari bahu Zerfan.

"Ya udah," ucap Zerfan yang menjauhkan bahunya dari lengan gadis yang berada di sampingnya.

"Lo sih udah gue bilangin makan dulu," ucap Rafel yang berada di samping Tania.

Tania hanya diam tak menghiraukan ucapan Rafel padanya, kini mereka telah berada di depan UKS. Tania segera masuk dan duduk pada ranjang tersebut, yang telah ada beberapa pengurus UKS di sana.

"Gue keluar dulu," ucap Zergan yang berjalan menuju pintu UKS.

"Zerfan tunggu," panggil Tania.

"Lo tau nama gue?" tanyanya.

"Iya, dari name tag lo," jawab Tania bohong, karena gak mungkin ia menjawab bahwa ia tahu dari Rafel, yang ada panjang ceritanya.

"Ooh," sahut Zerfan.

"Apa?" tanyanya.

"Makasih, udah bantuin gue," ucap Tania.

"Iya," sahutnya yang segera keluar dari ruangan tersebut.

Kini Tania tengah istirahat, keadaannya sedikit lebih baik dari sebelumnya.

"Tania, dah mendingan?" tanya Rafel yang kini berada di samping kasur tersebut.

"Udah," sahut Tania yang duduk dari tidurnya.

"Makanya lo sih gak nurut ama gue, udah gue bilang makan dulu, ntar sakit. Sekarang gimana? Enak sakit?" omel Rafel.

"Iya, mending lo diem deh, gak usah ngomel mulu yang ada perut gue sakit lagi," ucap Tania.

"Iya lo sih, bandel gak denger gue," ucap Rafel.

"Iya," sahut Tania.

***


next chapter
Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C18
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login