Risti menatap Ello seperti wanita itu tidak pernah menatapnya sebelumnya. Ello mulai merasa tidak nyaman dengan caranya menatap. Benteng pertahanan segera dibangun untuk menutupi hatinya.
Ello tidak terbiasa mengobrol dengan wanita sedekat ini. Ia biasanya menjaga jarak.
"Ello, jika dilihat-lihat, kamu banyak berubah ya," kata Risti.
"Oh ya? Apanya yang berubah?"
"Kamu jadi tambah tinggi dan … hmmm … berotot begitu." Risti mengulurkan tangannya seperti yang hendak menyentuh tangan Ello, tapi ia tidak berani melakukannya. "Wajahmu itu jadi … jadi …."
"Apa? Apa ada yang aneh dengan wajahku? Ada nasi ya? Apa saus yang menempel di pipi?"
Ello memeriksa wajahnya, memastikan tidak ada yang menodai wajahnya. Sepertinya memang tidak ada.
"Bukan itu, Ello," ujar Risti sambil terkekeh. "Ah, kamu itu lucu sekali. Mana mungkin bisa ada nasi di wajahmu?"