Baixar aplicativo
44.03% Memory Of Love / Chapter 48: Masihkah Aku di Hatimu

Capítulo 48: Masihkah Aku di Hatimu

Tiga tahun kemudian.

Dengan setelan celana dan blazer seorang gadis keluar dari sebuah divisi keuangan menuju ruang direktur

Dengan penampilan yang cukup modis dan make up yang natural membuat kesan anggun gadis berjilbap tersebut, seulas senyum tampak tersungging dimulutnya ketika bertemu dengan rekan kerjanya.

"Nisa....laporan keuangan yang kemarin sudah selesau?" tanya menejer bu Sinta atasannya.

Bila menoleh dan dengan mantap menggangguk, di tpatnya bekerja Bila lebih dikenal dengan panggilan Khorunnisa "sudah buk, sudah saya letakan dimeja ibu"

"Oh ya makasih"

Bila tersenyum lalu melangkah menuju pantry dengan membawa bekal makanan yang tadi ia bawa.

Dua orang laki-laki disebuah restorant sedang membicarakan hal penting, dua orang pria muda seorang berkulit putih dengan kumis tipis memakai stelan texudo biru dongker, kemeja biru muda berdasi yang senada dengan jasnya dan berkaca mata Reifan seorang GM perusahaan dimana Bila bekerja PT Garuda Sakti, dengan seorang pria yang tak kalah tampan dengan tubuh atletis yang mirip artis Bollywood dengan setyle yang hampir sama.

"Jadi mulai kapan bro cabang di kota gua akan di mulai" Edwin bertanya pada Reivan setelah menanda tangani kontrak perjanjiannya.

"Secepatnya bro, setelah orang dari perusahaan gua ketemu, sementara lo siapin dulu perusahaan lo"

Saat ini Edwin telah kembali dari jepang tiga bulan lalu dengan gelar masternya, walau banyak tawaran kerja untuknya, ia lebih memilih menjalankan usaha ayahnya yang mulai tak terurus karena usia sang ayah yang memang telah senja dan mulai sakit-sakitan.

"Bro lo ga gabung diperusahaan lain saja yang lebih gede, dan usaha bokap lo kan bisa lo serahin ke orang lain"

"Ga bro, perusaan bokap gua tuh dalam posisi hidup segan mati tak mau, dan ini usaha beliau yang membuat gua jadi seperti sekarang, jadi gua tetep mau menjakankan perusahaan ini, memang sih perusahaan kecil tapi semoga dengan ilmu dan pengalaman gua perusahaan ini bisa maju, dan tentunya dengan bantuan dari perusahaan lo bro"

"Ok bro, gua hargai keputusan lo"

Disela percakapan mereka seorang wanita datang ia terlihat anggun dan berkelas, Ia adalah tunangan Reivan, setelah duduk sebebtar wanita itu berbincang dan segera pergi kembali.

"Win gua sudah mau nikah, lo kapan nih?"

"Gua belum tahu bro, sudah tiga tahun ini gua ga pernah ketemu Bila, dan gua juga krhilangan kontaknya" Edwin berkata dengan muka kusut.

"Sabar bro, kalau memang dia jodoh lu pasti Tuhan akan mempertemukan kalian" Reifan menguatkan sahabatnya.

"Thnks bro"

Tiga tahun lalu Edwin dan Bila mang los kontak karena Bila kehilangan ponselnya dan entah kenapa akun media sosialnya juga terblockir walau ia sudah membuat yang baru akan tetapi ia tak begitu aktif dengan akun-akun tersebut karena kesibukannya.

"Bila apa aku boleh istirahat dulu?" Khafiz meminta dengan manja karena kelelahan.

"Kamu capek?" Bila tersenyum melihat tingkah dan muka kusut Khafiz "ok kita istirahat dulu, tapi masalahnya mau istirahat dimana?"

"Dimana ya....."Khafiz berkata dengan nada menggoda sambil melirik Bila.

"Apa.....Bila melot" dan berbicara dengan nada ketus.

"Seandainya kamu sudah jadi istriku" Khafiz berkata dengan penuh pengharapan.

"Sudah lah Fiz.... ga usah berandai-andai kita jalani aja dulu, lagian orang tua kamu kan ga suka sama aku" Bila berkata dengan nada datar.

Khafiz tak lagi bisa menjawab pertanyaan Bila karena memang orang tua Khafiz tidak menyetujui hubungan mereka.

Awalnya walau Bila tidak mencintai Khafiz ia tetap berusaha untuk menerima dan mencoba membuka hatinya, akan tetapi karena orang tua Khafiz yang tidak menyukai hubungan mereka dan yang paling membuatnya tak bisa menerima Khafiz adalah karena orang tua Khafiz pernah berkata bahwa Bila dan keluarganya hanya memanfaatkan kebaikan Khafiz.

Walau demikian Bila tetap tidak enak untuk memutuskan hubungan mereka, karena perasaan hutang budi, ia merasa seandainya waktu itu Khafiz tidak membantu mereka mungkin ayahnya tidak akan tertolong.

Mereka berhenti didepan alun-alun kota walaupun malam hari suasana di alun-alun tersebut masih cukup ramai, Mereka keluar dari mobil dan duduk dibawah pohon beringin yang rindang.

Udara malam terasa begitu dingin, akan tetapi justru membuat Bila merasa tenang, ia memejamkan matanya menikmati suasana damai yang jarang ia dapatkan selama ia beraktifitas di kantor.

Tanpa Bila sadara dalam keheningan itu, Khafiz mendekatkan tubuhnya pada Bila dan ketika Khafiz telah berada pada posisi siap mecium bibir manisnya Bila mendadak membuka mata dan seketika mendorong tubuh Khafiz dengan pelan sambil berkata "maaf ya pak... ga usah cari kesempatan" Bila berkata dengan nada merajuk.

"Sedikit Bil..., masak nyium dikit aja ga boleh"

"He...."Bila menggelengkan kepala sambil tersenyum dengan senyum yang dibuat-buat.

"Bila kita kan sudah pacaran sepuluh bulan, masak sih sedikit aja kamu ga ijinin aku untuk nyium kamu"

"Khafiz... maaf kalau aku mengecewakan kamu tapi aku belum bisa, jangankan sepuluh bulan, aku dulu pacaran sama kak Edwin dua tahun aja belum pernah dia menciumku"

Khafiz tampak terpukul karena kata-kata Bila, "ngapain sih Bila, pake ngebandingin aku sama Edwin sialan" Ia berkata dalam hati.

Suasana kembali hening, dan bila menjauh dari Khafiz takut Khafiz mencoba berbuat aneh lagi "ya...elah Bila jangan jauh-jauh dong, aku ga akan gigit kok" dengan kesal Khafiz berkata pada Bila.

"Habis... kamu gitu sih"

"Maaf..., janji aku ga akan melakukannya lagi, tapi kalau cuma megang tangan kamu boleh kan?"

"Boleh"

Dengan semangat Khafiz mendekati Bila, meraih tangan dan menggenggamnya dengan erat, seolah tak mau melepaskannya, Bila hanya tersenyum lalu ikut menggenggam tangan Khafiz, mereka duduk memandang ribuan bintang langit sambil bergandengan tangan, raut bahagia tergambar dari wajah Khafiz ia bersyukur karena memiliki gadis yang berpribsip seperti Bila, bahkan walaupun orang tuanya tidak merestui medeka, Khafiz bertekat untuk segera memperistri Bila.

Khafiz berandai-andai tentang masa depan bersama Bila kelak jika mereka telah menikah dan memiliki anak,kata-kata yang keluar dari mulutnya begitu tulus, namun Bila hanya menyikapinya dengan datar dan senyum tipis penuh keraguan.

Entah mengapa dengan semua kebaikan Khafiz yang selama ini ia terima, Bila belum mampu mencintai Khafiz, walau ia telah mencobanya.

Dan dalam hati Bila masih terukir satu nama yaitu Edwin, semakin Bila berusaha melupakan atau mengingat hal yang menyakitkan tentang Edwin justru rasa itu semakin kuat, dan kalimat yang pernah Edwin ucapkan lewat pesan bahwa kelak ia akan kembali membuat Bila tak henti berharap akan kedatangan Edwin.

Tapi kenyataannya sekarang hal tersebut sangat sulit, diaisi lain kini ia telah memiliki hubungan dengan seorang laki-laki yang juga tulus mencintainya.

Memikirkan semua itu membuat pikiran Bila jadi stres.

Disebuah kamar tampak Edwin sedang membuka kotak, ia mengambil sebuah jam tangan bibgkai yang berisi sekuntum mawar merah yang telah mengering, ia tersenyum mengingat kenangan tentang bunga mawar itu yang tanpa sengaja Bila letakkan dalam bungkusan berisi kue buatannya.

Namun dibalik senyumnya ada rasa sesak dalam dadanya karena kini ia takbisa lagi berkomunikasi dengan Bila "dimana kamu Bila..., apa kamu masih mengingat aku" ia berkata dengan lirih.

Edwin memasang figura didinding samping ranjangnya, didekat figura itu juga ia gantung jam tangan cuple yang dulu ia pakai bersama Bila,saat itu Edwin sengaja memakai jaket usang hadiah kelulusan yang dulu Bila berikan, walau sudah terlihat usang tapi jaket itu terawat dengan baik.

Ia membuka laptop dan menyalakannya wallpaper laptopnyapun masih dihias dengan Foto gadis pujaannya "Bila... seperti apa kamu sekarang, apa masih sama seperti kamu yang lugu dan apa adanya dulu, masihkan aku di hatimu?" Edwin memegang laptopnya seolah ia sedang menggenggam tangan Bila.


PENSAMENTOS DOS CRIADORES
Bubu_Zaza11 Bubu_Zaza11

Maaf pembaca sekalian kemarin saya tidak Update cerita, karena aktifitas yang padat.

Maklum Minggunya emak-emak, harus nginem kita.

Sekain itu juga bingung mo nulis apa, gitu sih kadang, pikiran keknya ruwet abis efek kangker kali ya.

Do'ain aja smg saya sehat dan rejeki saya dikasih lancar biar ceritanya juga bisa lancar.

???

Happy reading and love you all ???

next chapter
Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C48
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login