Bila yang masih terbang dalam khayalan indahnya bersama Edwin tiba- terusik, ibunya saat itu masuk ke dalam kamar.
"Bila ada teman kamu datang"
"Siapa buk?"
"Ibu ndak tau, katanya namanya Caca"
Wajah bila berubah jadi suram, ia merasa ada sesuatu yang tidak beres menghampirinya.
Bila keluar menemui Caca sambil membawa dua gelas teh hangat, sebenarnya ia malas menemui Caca, ia yakin Caca hanya ingin menghasutnya, ia sudah tahu prilaku Caca dari Edwin.
Bila masuk ke ruang tamu, tampak didepannya Caca yang cantik sedang duduk menunggunya.
"Kak... " Bila menyapa Caca dengan keramahan yang dipaksa.
"Bila maaf, aku ke rumah kamu tanpa memberitahu kamu" Caca menjelaskan " Bila kalau bisa hari ini kimu ikut aku ke semarang"
"Ke Semarang, untuk apa kak?" Bila bertanya dengan heran.
"Aku mau ngasih kejutan ke Edwin, sekali-kali lah Bil buat kejutan untuk Edwin, aku janji akan memgantar kamu dan kamu akan selamat sampai rumah" Caca berkata dengan nada probokatif.
Bila berpikir cukup lama "kak kayaknya ga mungkin deh, orang tuaku tidak akan mengizinkannya"
"Bila kalau kamu bersedia, aku yang akan minta ijin sama orang tua kamu" dengan mantap ia menjelaskan.
"Aku sih mau kak, tapi...kita coba ya kak, tapi kak apa boleh kalau aku ngajak Fani" Bila meminta persetujuan Caca.
Caca tersenyum mendengar permintaan Bila ia mengangguk dengan semangat "jangankan cuma Fani, kamu ngajak orang sekampungpun aku jabanin Bil, bagus semakin banyal orang yang menonton pertunjukan ini maka semakin menguntungkan buatku" ia berkata dalam hati.
Sebenarnya Caca sudah menyiapkan rencana licik, ia sudah menghasut Vita ia meminta Vita untuk bersandiwara, supaya Edwin mau mendatanginya, Cacapun dengan suka rela meminjamkan kamarnya dirumah yang ia tempati di Semarang untuk menyajikan tontonan sepektakuler itu.
Bila meminta ijin pada ibunya dibantu Caca dan mengatakan Fani akan ikut bersama mereka.
Setelah Bila merapikan bawaannya mereka berpamitan pada orang tua Bila, kemudian menjemput Fani yang sebelumnya sudah diberitahu.
Tanpa curiga mereka mengikuti alur sekenario Caca, mereka berangkat jam 14.30 sepanjang perjalanan Mereka bercanda sesekali Caca menggoda Bila dengan membicarakan hubungannya dengan Edwin.
Satu jam sebelum mereka tiba, Caca meminta sopirnya untuk berhenti disebuah rest area untuk istirahat dan makan malam, mereka keluar dari mobil menuju rumah makan, lalu memesan makanan, ditengah suasana hangat itu Caca meminta ijin untuk pergi ke toilet.
Caca melangkah menuju kamar mandi, sebelumnya ia menoleh ke arah Bila dan Fani sambil tersenyum licik, sesampainya ia dikamar mandi ia menelfon Vita.
📞"Halo Vita, kamu sudah dirumahku kan, kita jalankan rencana kita, aku yakin setelah ini berhasil Edwin tidak akan meninggalkan kamu"
📞"Ya...apa yang harus aku lakukan?"
📞"Kamu tinggal ganti baju kamu dengan baju tidur yang sudah aku siapkan, dan minum minuman yang ada digelas samping ranjangku, sudah itu saja, nanti yang lain biar aku yang akan menyelesaikan"
📞"Baik" dengan patuh Vita melakukan apa yang diinstruksikan Caca
Vita masuk ke dalam kamar Caca ia melihat diatas ranjangnya sudah disiapkan baju, ia mengganti bajunya, ia tampak ragu mengenakan baju itu, gaun malam yang begitu minim dan menerawang, dengan panjang hanya satu jengkal diatas lututnya, dengan belahan dada yang rendah hingga menampakan kemolekan tubuhnya, ia bercermin dan menatap pantulan bayangannya "apa sebenarnya rencana Caca, ah....apapun itu yang penting dia tidak akan meninggalkan aku" ia menghapus keraguannya.
Setelah membiasakan diri dengan penampilan sexinya caca mengambil gelas disamping ranjang Caca lalu meminumnya,wajahnya berubah ekspresi seketika menenggak minuman itu "minuman apaan sih ini, ga enak banget" ia protes pada diri sendiri, setelah ia menghabiskan satu gelas tiba-tiba kepalanya pusing dan bumi disekitarnya berputar, tubuhnya terasa panas dan seolah hilang keseimbangan "kok aku tiba-tiba pusing ya", etelah itu ia tak sadar apa yang ia perbuat, Vita hanya menyebut nama Edwin.
Caca kembali menelfon Vita setelah limabelas menit, tapi setelah tiga kali panghilan Vita tak juga mengangkat, Caca tersenyum jahat ia tahu sebagian rencananya telah berhasil, saat itu ia sedang melanjutkan makan bersama Bila dan Fani, ia menatap Bila dengan pandangan menyedihkan "Berbahagialah kamu Bila, dan sebentar lagi aku yakin kamu akan menangis" ia berkata dalam hati dan bersorak penuh kemenangan.
Setelah selesai makan Caca menyuruh Bila dan Fani masuk ke dalam mobil ia berdalih akan membayar makanan terlebih dahulu dan membeli beberapa makanan kecil, tapi setelah suasana aman bukannya ia langsung pergi ke kasir, tapi ia menelfon Edwin.
Edwin sedang bermain game ketika Caca memanggilnya, ia mengangkat ponsellnya dengan malas.
📞"Ya ca ada apa?"
📞"Win tolong aku, aku ga dirumah tapi Vita ke rumah ku, dan sepertinya Vita tidak enak badan, Win tolong kamu lihat dia ya"
📞"Ok, sebentar habis main game"
📞"Sekarang Win tolong"
📞"Ya...ya...ya..."
Edwin segera pergi menuju rumah Caca, tapi sebelum ia pergi, tiba-tiba ia ingat bagaimana sifat Caca, akhirnya ia menelfon Dimans agar tidak terjadi hal buruk, lagi pula jika Vita memang sakit bukankan Dimas adalah seorang dokter, tentunya itu akan lebih baik.
Dengan segera ia menelfon Dimas.
📞"Hallo ada apa Win?"
📞"Mas sekarang Vita sedang di rumah Caca, katanya dia kurang enak badan, mas Dimas bisa menjemputnya?"
📞"Bisa Win, tapi aku masih ada kerjaan sebentar lagi, tolong kamu jemput dia dulu" Dimas meminta "aku setengah jam lagi aku sampai, oh ya kirim alamat rumah Caca"
📞"Ok"
Setelah mengirim alamat rumah Caca, Edwin segera bergegas menuju rumah Caca dengan mengendarai motornya.
Sepuluh menit kemudian ia telah memarkirkan motornya lalu masuk ke rumah Caca, ia mencari Caca disemua ruangan, tinggal dua kamar yang belum ia masuki yaitu kamar tamu dan kamar Caca, sebenarnya ia merasa risih harus masuk kekamar orang lain tanpa ijin.
Tapi ia mau tidak mau membuka kamar Caca dan betapa kagetnya dia ketika melihat Vita dalam keadaan yang begitu buruk, ia memakai gaun malam yang minim juga sedang dalam keadaan mabuk, dengan segera Edwin mendekati Caca bermaksut untuk menyadarkan Vita.
Akan tetapi Bukannya sadar, Vita malah merayunya agar Edwin mau melakukan apa yang ia inginkan
"Edwin peluk aku Win, jadikan aku milikmu, jangan tinggalkan aku"
Dengan brutal Vita memeluk dan mencium Edwin dan menyeretnya kedalam pelukannya, Edwin berusaha untuk menghindari tapi Saat itu Vita seolah punya kekuatan lebih.
Walau sudah mengerahkan semua kekuatannya Edwin masih belum bisa menghentikan kelakuan Vita, ia berusaha menelfon dimas, setelah telfon tersambung dengan panik Edwin berkata.
📞"Mas tolong, Vita mabuk dia kehilangan kendali, tolong segera kemari, aku bingung harus berbuat apa lagi"
Edwin berkata sambil menepis tangan jahil Vita, yang seperti orang sedang kerasukan dibawah pengaruh minuman yang tak pernah ia sentuh sebelumnya.
Mulai kacau nih.
Happy reading pemirsah ???