Setelah yang terjadi malam ini, Ametsa ternyata tidak bisa tertidur sehingga membuat gadis itu menghela nafas seketika. Ia yang semula sedang berbaring di tempat tidur langsung beranjak dari tempat tidurnya dan melangkahkan kaki menuju ke arah balkon kamarnya sendiri.
Kini seseorang sedang mendudukkan diri di sebuah kursi yang berada di dekatnya. Gadis itu tidak bisa berhenti memikirkan Daniel yang saat ini sedang marah kepadanya membuat Ametsa merasa tidak nyaman dengan laki-laki itu.
Beberapa saat lalu Ametsa baru saja mengiriminya sebuah pesan kepada laki-laki itu, hanya saja sepertinya Daniel masih belum bisa memaafkannya sehingga membuat gadis tersebut merasa bersedih dengan yang terjadi kepadanya saat ini.
"Aku harus bagaimana? Aku tidak memiliki siapapun lagi selain kamu, Daniel."
Entah kenap Ametsa mendadak jadi ingin menangis ketika seseorang yang sudah menemaninya selama bertahun-tahun itu kini sedang marah terhadapnya. Sesungguhnya ia sangat takut kehilangan Daniel yang merupakan teman terbaik dirinya. Bagi gadis itu, hanya laki-laki itu yang mau menerimanya menjadi seorang teman disaat semua menjauhinya.
Di sisi lain saat ini seorang laki-laki baru saja sampai di Rumahnya dengan wajah datarnya seperti biasa. Daniel melangkahkan kakinya masuk dan mendapati kedua orang tuanya yang sedang berada di ruangan tengah. Akan tetapi ia memilih untuk mengabaikannya sehingga dirinya kini terus berjalan tanpa peduli kehadiran seseorang.
"Daniel," panggil seorang wanita yang baru saja menyadari kehadiran dari putranya itu. "Dari mana saja kamu? Kenapa baru pulang jam segini?"
Laki-laki tersebut yang mendengarnya pun langsung menghentikan langkahnya dan memutar balik tubuhnya sehingga kini wanita itu bisa melihat dengan jelas wajah dari putranya sendiri.
"Pasar Malam dengan Ametsa," jawabnya dengan malas. "Udah, ya, aku lelah ingin beristirahat."
"Pasar Malam?" ulangnya yang langsung diangguki oleh Daniel. "Lalu bagaimana kabar Ametsa sekarang?"
Sejujurnya Daniel sedang malas jika membahas tentang gadis itu, akan tetapi ia sadar bahwa dirinya tidak akan pernah bisa menghindar dari Ametsa yang sudah lama disukainya.
"Aku tidak tahu. Mama tanyakan saja sendiri bagaimana kabarnya," jawab Daniel yang kini langsung kembali melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju ke lantai atas dimana kamarnya berada.
Entah kenapa ada yang aneh dengan sikap dari putranya itu sehingga Meyra tidak bisa berhenti memikirkannya. Kemudian seorang pria yang sedari tadi diam memperhatikan pun langsung beranjak mendekati istrinya itu dengan kedua tangan yang berada di atas pundaknya.
"Kau kenapa?" tanya pria tersebut. "Apa telah terjadi sesuatu pada kalian?"
Dilihatnya kini Meyra yang sedang berpikir sembari menundukkan kepala membuat pria itu yang melihatnya pun menghela nafas.
"Aku tidak apa-apa," jawab Meyra yang kini mendongak membalas tatapan dari suaminya itu. "Tetapi sepertinya telah terjadi sesuatu di antara Daniel dan Ametsa."
Kedua alis dari seseorang yang berada di hadapannya saat ini pun terangkat dengan kekehannya yang begitu khas membuat Meyra yang melihatnya cukup terheran dengan suaminya itu.
"Tunggu, mengapa kau tertawa?"
"Lucu saja, kau terlalu berlarut-larut dalam memikirkan masalah mereka berdua. Apa kau masih tidak tahu dengan situasi yang terjadi?"
Meyra yang tidak mengerti dengan yang baru saja dikatakan oleh prianya itu pun menggelengkan kepala. Sedangkan Hanzo yang merupakan suami sekaligus sosok ayah dari Daniel menjadi gemas dengan wanita yang berada di hadapannya saat ini.
"Aku tidak mengerti dengan yan kau katakan, Sayang."
"Kisah anak muda," jawab Hanzo dengan senyuman. "Apa kau sudah mengerti sekarang?"
Kedua manik mata dari wanitanya itu pun langsung membelalak setelah mendengar yang dikatakan oleh Hanzo kepadanya sehingga membuatnya benar-benar terkejut.
"Apakah itu mungkin?" tanya Meyra dengan tidak percayanya. "Jadi maksudmu, Daniel dan Ametsa ... mereka ... punya hubungan?!"
"Aku tidak berkata bahwa mereka memiliki hubungan, tetapi yang jelas itu bisa mungkin saja terjadi di antara mereka berdua."
Senyuman dari Meyra tidak pernah luntur menjadikan wanita itu tak bisa berhenti bagaimana senangnya jika seandainya Ametsa benar-benar menjalin hubungan dengan putranya sendiri. Perlu kalian ketahui bahwa persahabatan mereka sangat didukung oleh keluarga Daniel, maka dari itu tidak heran jika di sebuah acara keluarga sering kali terlihat keberadaan dari gadis tersebut.
"Bukan kau saja, jika ternyata mereka memang benar-benar memiliki sebuah hubungan, tentu aku tidak akan melewatkan kesempatan itu untuk mendukungnya."
"Kau benar, aku pun sangat berharap jika Ametsa-lah yang menjadi menantu keluarga kita, Sayang. Dia adalah anak yang baik dan sosok yang tegar, dan aku benar-benar menyukai gadis sepertinya."
"Semoga saja harapan kita bisa menjadi kenyataan, ya, Sayang."
Hanzo memeluk Meyra sembari saling menatap satu sama lain. Tanpa mereka sadari bahwa sedari tadi ada seseorang yang memperhatikannya dari atas sana dan diam-diam mendengarkan apa yang sedang dibicarakan oleh kedua orang tuanya itu.
Daniel langsung memutar tubuhnya kembali memasuki kamar dengan pintu yang ditutup kencang sehingga menimbulkan suara yang begitu keras sampai ke bawah. Hal tersebut tentunya membuat Meyra dan Hanzo benar-bena khawatir terhadap putra tersayangnya itu.
"Apa Daniel baik-baik saja?" tanya Meyra kepada suaminya. Sedangkan pria itu yang mendengarnya pun langsung menghela nafas, kemudian mengusap puncak kepala istrinya dengan penuh kasih sayang dan kembali berkata, "Kau tenang saja."
"Apa aku harus membantunya?" lanjut wanita itu yang membuat Hanzo dengan tegas menggelengkan kepala membuat Meyra menghela nafas beratnya itu.
"Jangan terlalu mengkhawatirkannya sepert itu," ujar Hanzo yang saat ini sedang mencoba meyakinkan istrinya itu. "Kau percaya dengan dia, 'kan?"
"Tapi Sayang," jeda Meyra yang kini sedang memandang seseorang yang berada di hadapannya saat ini. Hanzo tetap menggelengkan kepala lalu berkata, "Tenanglah, lagi pula Daniel sudah dewasa, dia pasti bisa mengatasi masalahnya sendiri."
Mendengar hal itu membuat Meyra tidak bisa berkata apapun lagi selain diam dan menundukkan kepala membiarkan Hanzo memeluknya. Jika prianya sudah berkata seperti itu, wanita tersebut tidak bisa melakukan apapun, meskipun begitu ia masih tetap tidak bisa berhenti mencemaskan yang sedang terjadi di antara Ametsa dengan Daniel yang cukup membuat dirinya penasaran.
Sementara saat ini Daniel sedang berbaring di tempat tidur sembari memandang ponselnya yang mendapati beberapa notifikasi pesan chat dan panggilan masuk dari Ametsa yang membuatnya cukup khawatir.
"Apa yang harus aku lakukan, Ametsa?" gumamnya dengan rasa bersalah yang sedang menggerogoti hatinya. "Maafkan aku, sepertinya aku tidak akan pernah bisa berteman lagi denganmu."
Kemudian ponselnya pun kembali di simpan di sampingnya dengan Daniel yang kini bangun dari baringannya tersebut dan menghela nafas panjang. Pikirannya saat ini benar-benar dipenuhi oleh seorang gadis yang bernama Ametsa.
"Tetapi jika aku pergi, siapa yang aka menjaganya? Dia tidak memiliki keluarga, teman dan seseorang yang selalu menemaninya terkecuali aku. Apa aku sudah terlalu kejam kepadanya?"
Belum ketemu dulu sama Mas mimpi ya wkwk