Baixar aplicativo
4.28% Love Rain / Chapter 17: Memory yang Hilang

Capítulo 17: Memory yang Hilang

Kehilangan Chiko membuat gue suka menangis haru kalau ingat tentang kejadiannya, hingga beberapa hari berikutnya gue benar-benar lupa tentang sosok Chiko. Karna gue memutuskan untuk tidak membaca lagi moment dan kenangan tersebut. Gue hanya membaca moment-moment bahagia saat bersama Chiko

***

"Maaf, gue gak bisa selalu ingat kamu, Chiko." Ucap gue lirih, sambil memandangi foto Chiko.

Gue beralih ke sebuah catatan lain, catatan itu bertuliskan papa mama 2011. Foto mereka selalu ada di dalam dompet, buku catatan dan tertempel di dinding secret room gue.

Foto yang selalu gue liat adalah foto kami bertiga diacara kelulusan sewaktu SMA dulu, kami bertiga tertawa bahagia dan berlanjut makan bersama di salah satu kedai bakso yang menjadi langganan kami.

Saat ini gue berpikir sejenak sambil memandangi buku catatan tersebut, memikirkan apakah papa mama pernah pergi ninggalin gue. Jujur gue gak ingat pasti moment-moment bersama mereka, gue hanya mengingat tentang hari kelulusan itu. Karna foto itu yang selalu gue lihat setiap gue terbangun dari tidur.

Setiap hari gue juga selalu berkirim pesan atau menelfon papa dan mama, walaupun tidak pernah ada jawaban dari papa dan mama tapi gue tetap mengirim pesan hampir setiap hari.

Nenek hanya bilang kalau papa dan mama lagi sibuk di kampung, jadi gak sempet balas semua pesan dan mengangkat telfon gue. Nenek juga bilang, kalau kangen papa sama mama gue disuruh mengucapkan langsung apa yang ingin gue ucapkan ke papa mama, anggap saja mereka berdua tinggal bersama gue di sini.

Makanya gue jadi terbiasa melaporkan segala hal ke papa mama, entah disaat gue pulang atau pergi dari rumah, entah gue abis makan enak atau enggak, entah gue melalui hari bahagia atau tidak, gue selalu seperti itu hingga saat ini. Itulah note yang selalu gue lihat dan ingat dari nenek.

Setelah sedikit normal dengan pemikiran-pemikiran tentang papa dan mama, gue memberanikan diri untuk mulai membuka dan membaca catatan "papa mama 2011" tersebut.

**

9 september 2011 (flash back)

Hari ini adalah hari ulang tahun gue yang ke-20, karena jatuh di hari minggu jadi kami sekeluarga berkumpul di rumah. Mama yang mulai sibuk bikin makanan special di dapur, begitu bahagia sambil bernyanyi riang. Karena hari ini kami sekeluarga akan makan bersama bareng nenek, merayakan ulang tahun gue yang notabenenya anak tunggal di keluarga.

Nenek gue tinggal di semarang, jadi ulang tahun gue tahun ini akan sangat spesial karna dihadiri oleh nenek juga. Mengingat, gue sekeluarga gak bisa setiap saat untuk bertemu nenek. Hanya waktu gue libur kerja panjang aja bisa ketemu nenek di kampung.

Gue sekeluarga adalah keluarga perantauan, awal pernikahan papa mama memutuskan untuk mengadu nasib di Jakarta. Gue juga lahir di Jakarta, karena dari kecil gue hidup di Jakarta jadi kalau berkunjung ke rumah nenek gue sedikit kesulitan dalam berkomunikasi, bahasa jawa masih terlalu sulit gue pahami.

"Pah, nenek jadi ke rumah?" tanya gue.

"Jadi sayang, nanti papa yang jemput nenek di stasiun."

"Ara ikut ya, pah?"

"Gak usah sayang, nanti kalau kami beli sesuatu untuk surprise kamu, bakal ketahuan dong." ucap papa.

"Papah, Ara udah gede lho. Gak usah ada surprise-surprise seperti itu segala pah."

"Kamu itu tetep jadi anak-anak sayang buat papa," ucap papa sambil mengecup kening gue.

"Pah, barusan ibu telfon kalau ibu udah sampai stasiun pah." ucap mama dari arah dapur.

"Yaudah kalau gitu, papa siap-siap sekarang buat ke stasiun."

"Mama nebeng ya pah, mau ke toko kue sekalian. Biar ulang tahun Ara lebih berasa pah, iya gak sayang?" ucap mama sambil tersenyum lebar ke arah gue.

"Hari ini, kenapa Papa mama kompakan memperlakukan Ara seperti anak kecil lagi sih? Gak usah pakai kue-kuean mah, Ara udah gede mah."

"Sedewasa dan setua apapun kamu nanti, kamu tetap jadi anak bagi kami sayang. Dan mama yakin, nenek pasti akan seneng karna akhirnya bisa ngerayain ulang tahun kamu bareng-bareng kayak gini." ucap mama.

"Yaudah deh mah kalau mama maunya begitu, tapi ulang tahun selanjutnya jangan pakai kue-kuean lagi ya mah, please?" ucap gue.

"Iya sayang. Yaudah, mama sama papa berangkat ya."

"Iya mah, pah. Hati-hati ya, jangan lupa kabarin Ara kalau udah ketemu sama nenek!"

"Iya sayang. Assalamualaikum," ucap papa mama barengan.

"Waalaikumsalam pah, mah." Balas gue sambil, mencium punggung tangan kanan papa dan mama.

Tinggal beberapa langkah papa mama keluar pintu utama, tiba-tiba mama berhenti.

"Ada apa, ma? Ada yang ketinggalan?" tanya gue.

Mama tidak langsung menjawab, tapi berjalan menghampiri gue dan memeluk dengan erat banget.

"Mama kenapa?" tanya gue sedikit bingung dengan sikap mama.

"Selamat ulang tahun Ara sayang, maafin mama." ucap mama sambil memeluk gue.

Lalu papa menghampiri kami berdua, memeluk, dan mengecup kening kami berdua bergantian.

"Selamat ulang tahun sayang, kamu hadiah terindah dari Tuhan bagi kami berdua." ucap papa."

"Papa mama juga hadiah terindah bagi Ara."

"Yaudah, papa mama beneran berangkat ya?" ucap papa.

"Iya pah, hati-hati ya."

"Iya, sayang." ucap papa sambil berlalu menuju pintu utama diikuti mama.

Setelah sejam, dua jam, gak ada kabar apapun dari papa atau pun mama, gue berfikir mungkin jalanan macet jadi papa belum bisa kasih kabar. Mengingat jarak rumah ke stasiun lumayan jauh, jika naik motor bisa memakan waktu sejam perjalanan. Tapi untuk mama kan seharusnya bisa, karena pasti mama udah sampai di toko kue lebih dulu.

**

Ara 2013

Sejenak gue mencoba membuka-buka kembali lembar catatan yang barusan gue baca, tak ada bekas sobekan di dalam catatan tersebut. Tapi kenapa catatan yang gue baca hanya berhenti sampai sini saja. Dan tak ada catatan lanjutan dari hari berikutnya, gue mencoba membuka semua box yang ada di dalam secret room untuk mengecek catatan di tanggal 10 september 2011 dan catatan hari selanjutnya.

Tapi, gue gak menemukan berkas atau pun selembar catatan yang menunjukkan moment atau kenangan selanjutnya setelah hari ulang tahun gue. Gue hanya menemukan sebuah catatan tentang awal mula gue mulai menjadi penulis. Catatan ini berjarak kurang lebih 6 bulan sejak hari ulang tahun gue.

Lalu di mana catatan dan moment lain yang tidak ada di secret room gue sekarang?

Sebenarnya apa yang terjadi selama 6 enam bulan itu?

Ini sebenarnya ada apa?

Sedangkan di moment-moment berikutnya gue gak pernah menulis bahwa gue bertemu papa dan mama. Hanya menuliskan kalau gue selalu melaporkan semuanya ke papa mama dengan cara berbicara sendiri tanpa jawaban.

Bergegas gue mengambil ponsel dan melakukan panggilan cepat ke papa, lama terdengar bunyi menyambung tapi tak ada jawaban atau penolakan panggilan dari papa. Gue mencoba menghubungi nomer mama, tapi tetap sama seperti yang terjadi di panggilan ke nomer papa tadi.

Akhirnya gue putuskan untuk menghubungi nenek, nenek pasti tahu sesuatu tentang hari-hari gue selama 6 bulan setelah hari ulang tahun gue yang ke-20.

"Assalamualaikum sayang," ucap nenek.

"Waalaikumsalam nek, nenek gimana kabarnya?" tanya gue.

"Alhamdulillah baik, kamu gimana sayang?"

"Alhamdulillah baik nek. Nek, Ara boleh nanya sesuatu?"

"Boleh Ara sayang."

"Papa sama mama lagi apa sekarang?"

Lama nenek terdiam sampai gue memangil-manggil beliau berkali-kali.

"Nek, nenek masih bisa denger suara Ara, kan?"

"Bisa sayang. O iya, papa mama kamu lagi istirahat sayang."

"Oh, papa mama lagi tidur ya?" tanya gue lagi.

"Iya sayang."

"Padahal Ara pengen banget ngobrol nek sama mereka, Ara kangen. O iya nek, nenek ingat gak soal ulang tahun Ara yang ke-20 itu? Kita berempat jadi ngerayain bareng kan, nek?" tanya gue penasaran.

"Ara, besok pulang ke rumah nenek ya? Nenek tunggu di rumah, nenek kangen sama Ara."

"Iya nek, besok Ara ijin gak masuk kerja sama kuliah dulu kalau begitu."

"Nenek tunggu ya sayang."

"Iya nek, yaudah kalau gitu nenek istirahat ya! Salam buat papa sama mama, assalamualaikum nek."

"Waalaikumsalam sayang."

Setelah percakapan dengan nenek berakhir, gue mulai merapikan kembali catatan dan memasukkannya ke dalam box. Gue berpikir, pasti ada something yang terjadi di kampung. Dan bisa jadi something itu berkaitan dengan moment dan keseharian gue yang tak tercatat selama kurang lebih 6 bulan pasca ulang tahun ke-20 gue.

Kenapa moment gue bersama papa dan mama hanya berhenti sampai hari itu saja?

Kenapa tak ada catatan dan berkas apapun selama 6 bulan itu?

Pasti ada something yang selama ini gak gue tahu, dan gue harus mencari jawaban atas semua pertanyaan-pertanyaan gue ini.

Mungkin dengan bertemu nenek, gue bisa memperoleh jawabannya.

Besok, gue harus pulang ke kampung.


next chapter
Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C17
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login